The aims of this paper are: (1) to analyze the paradigm of Abi
Ubaidah, al-jahizh and Qadhi ‘Abdul Jabbar about the metaphors
of The Koran from the historical point of view. (2) to interpret
and describe metaphors analytically as one of the aesthetics
of language styles in The Koran. This paper applies qualitative
approach to discuss the problems as well as library research with
comparative and comprehensive analysis method. It means
that to know the paradigm of “mufassir” and metaphors in The
Koran, the writer should know the similarities and differences
among “mufassir' opinions, especially in the interpretation of
controversial verses. To obtain the data of those three “mufassir”
the writer uses historical approach. Abi Ubaidah and al-Farra’
have a great distribution in revealing the secret of the verses in
The Koran, especially the meaning of metaphors. Both “mufassir”
are the pioneers and inspirators of the next followers such as Al-
Jahizh, Ubnu Qutaibah and Al-Qodhi, ‘Abdul Jabbar. The result
of their thoughts will be inherited to the next generation as the
medium of streng their belifs .
Keywords: Majāz, Sejarah, al-Qur’an
Tulisan ini bertujuan untuk (1) mengkaji cara pandang Abi
Ubaidah, al-Jahizh dan al-Qadhi ‘Abdul Jabbar tentang majāz
al-Qur’an ditinjau dari perspektif sejarah. (2) menginterpretasi
atau mendeskripsikan secara analitis tentang Majāz sebagai
salah satu bentuk keindahan gaya bahasa al-Qur’an. Tulisan ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Dan untuk membahas
persoalan yang ada dalam penelitian ini, penulis menggunakan
penelitian kepustakaan (library research), dengan pendekatan
metode analisis komprehensif dan komparatif. Artinya, untuk
mengetahui cara bergulirnya pandangan para mufassir tentang
majāz dalam al-Qur’an, terlebih dahulu harus dilihat segi
persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih pendapat mereka
pada lafazh atau ayat yang diperselisihkan penafsirannya. Untuk
mendapatkan data mengenai ketiga tokoh tersebut, digunakan
pendekatan sejarah. Abi Ubaidah dan al-Farra’ memiliki andil
yang cukup besar dalam menguak rahasia kandungan susunan
kalimat baik al-Qur’an maupun bahasa Arab dalam pengertian
majāzī-nya. Keduanya merupakan pioner dan pembawa obor
bagi generasi selanjutnya seperti al-Jahizh, Ibnu Qutaibah, dan
Qadhi ‘Abdul jabbar. Hasil dari kedua pemikir tersebut, generasi
selanjutnya dapat menjadikan ta’wīl al-Qur’an sebagai media
memperteguh iman mereka.
Kata Kunci: Majāz, Sejarah, al-Qur’an