Hikmah: Journal of Islamic Studies
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

56
(FIVE YEARS 26)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) ALHIKMAH

2581-0146, 2088-2629

2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 219
Author(s):  
Ahmad Faozan

Abstract This article proposes the whole-school approach model, an approach to put multicultural education as strategy to involve all the stakeholders of schools in one system. Islamic education is a sub system of multicultural national education system. Religious moderation in Islamic education is a hidden curriculum, to present Islam as moderate religion, not to serve religious subject as violence and extremism. The strategy or religious moderation can be seen from some aspects, such as teacher, textbook and extra-curricular activities. Abstrak Artikel ini menawarkan model whole-school approach, pendekatan yang memandang pendidikan multikultural sebagai sebuah strategi pendidikan yang melibatkan semua elemen sekolah sebagai sebuah sistem. Pendidikan Agama Islam merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional yang multikultural. Moderasi beragama dalam pendidikan agama Islam dijadikan sebagai hiidden curriculum berarti cara mengajarkan pendidikan agama Islam yang moderat, bukan pendidikan agama yang mengajarkan kekerasan dan keekstreman. Strategi moderasi beragama dalam pendidikan agama Islam untuk masyarakat Indonesia multikultural dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain guru, buku ajar dan kegiatan ekstrakurikuler.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 185
Author(s):  
M. Zainul Hasani Syarif

Abstract Muslims will face many complex problem. They need solution to overcome. When Prophet Muhammad lived, all the problem either worldly or heavenly, were attributed to him. But after his death, the role of the companions, successor and ulamas at that time were such fatwa giver/council. It continues today. So, council of fatwa has significant position, dealing with religious affairs and also state-nation problems. They will be a reference to solve the problems. The position of the fatwa council is different in every muslim countries. It also influenced to the products of fatwa. Abstrak Dari hari ke hari permasalahan yang dilami oleh ummat Islam khususnya semakin kompleks sehingga membutuhkan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Saat Nabi Muhammad masih hidup, semua urusan baik yang bersifat duniawi, terlebih yang menyangkut ukhrawi langsung disandarkan sepenuhnya kepadanya. Namun beda halnya setelah ia wafat maka peran sahabat, tabi’in, ulama atau sejenis majelis fatwa kemudian menjadi estafet dalam melanjutkan tradisi sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi sebelumnya. Itulah maka majelis fatwa mempunyai kedudukan penting, tidak hanya dalam urusan agama tetapi meyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara serta berkehidupan sebagai salah satu sumber rujukan yang bersifat logis maupun yuridis secara eksplisit dalam menata kehidupan yang layak dan semestinya. Sebagai salah satu referensi atau rujukan dalam mengatasi problematika, namun kedudukan fatwa pada masing-masing negara bebeda-beda sehingga berdampak pula terhadap kualitas fatwa yang diproduksi.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 121
Author(s):  
Nabilah Yusof

Abstract This article deals with the divorce occurred during the wife’s menstrual period. It aims to examine the status of hadiths on the law of divorce during the wife’s menstrual period and also the opinion of fiqih madhab on it. The research is library research with analysis and descriptive method. Some hadiths on it are analyzed with takhrij method, either the text of hadith or the chains of transmitter (sanad). The article also analyses the opinion of fiqh scholars on the law of divorce during the wife’s menstrual period. Based on shariah, the divorce is allowed if the husband divorce the wife in non-menstrual and before having a sexual intercourse. But if the divorce occurred during the wife’s menstrual period, there are many opinions among ulama. The result of this research shows that majority ulama stated it is unlawful if if the husband divorce the wife during her menstrual period, and his divorce is unlawful. But, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah said that the divorce is not in line with shariah and unlawful and the husband is regarded sin doer. Abstrak Artikel ini adalah berkaitan dengan Talak Isteri Ketika Haidh. Penulisan ini bertujuan untuk meneliti status hadis-hadis berkaitan hukum talak isteri ketika haidh serta pandangan mazhab fiqh mengenainya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Penulis menganalisis hadis-hadis tersebut melalui kaedah takhrij (redaksi) hadis yaitu, analisis matan (teks) dan sanad hadis seterusnya meneliti pandangan para fuqaha sekitar hukum talak ketika isteri dalam keadaan haidh. Menurut hukum syarak, talak sah apabila suami menceraikan isteri pada saat isteri dalam keadaan suci yang sebelumnya tidak digauli. Namun jika talak dijatuhkan saat isteri dalam keadaan Haidh, antara jumhur dan Ibn Qayyim al-Jauziyyah serta beberapa fuqaha berbeda pandangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut jumhur ulama, hukum suami yang mentalak isteri ketika Haidh adalah haram dan hukum talaknya adalah sah. Namun, menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, talak tersebut tidak disyariatkan dan talak yang dijatuhkan tidak sah, serta suami tetap dianggap telah berdosa.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 203
Author(s):  
Isnaini Isnaini

Abstract Mashlahah al-mursalah (consideration of public interest) is a part of mashlahah (public interest), functions as argument and method to formulate the law when no legal argument to do or not to do. There is a ulama consensus on the allowance to consider public interest as argument or ijtihad method. This article explores various problem dealing with, ranging from the terminology, etymology, various of it, the requirement of mashlahah al-mursalah, and mashlahah al-mursalah as argument and ijtihad method and the implementation of mashlahah al-mursalah in early period, contemporary and the future. Abstrak Mashlahah al-mursalah adalah bahagian dari mashlahah, yang berfungsi menjadi dalil serta alat perumus hukum ketika tidak ada dalil hukum yang menyuruh atau melarang. Maka di sini terdapat ketidaksepakatan ulama tentang kebolehan berhujjah sebagai dalil dan metode ijtihad. Walaupun seperti itu, mashlahah mursalah telah memberikan solusi dalam menyelesaikan berbagai persoalan perbuatan manusia yang terkait hukum semenjak zaman Nabi Saw. sampai sekarang. Dalam artikel ini akan dipaparkan berbagai persoalan terkait dengan mashlahah al-mursalah, mulai terminology mashlahah al-mursalah dari sisi etimologi dan terminologi, macam-macam, syarat-syarat kehujjahan mashlahah al-mursalah, mashlahah al-mursalah sebagai dalil dan metode ijtihad dan perwujudan mashlahah al-mursalah di zaman klasik, kontemporer dan masa mendatang.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 167
Author(s):  
Abdul Wafi Muhaimin

Abstract Covid-19 has been announced as global pandemic by World Health Organization (WHO). All countries, including Indonesia, implemented the health protocols in preventing the spread of viruses. Among those protocols is social distancing either in lockdown or physical distancing. This policy disrupted the life order and habit, especially in religious ritual. The religious problems should be answered by the ulamas for the law certainty. In the normal situation, the discussion on fatwa is usually held by collective ijtihad (Ijtihad Jama’i). This way is done by MUI and its fatwa commission, NU and Its Bahtsul Masail, Muhammadiyah and Its Majlis Tarjih. Unfortunately, in covid-9 pandemic, the meeting for collective ijtihad is not easy to do because of the healthy protocol. Instead of that, the discussion to determine fatwa should be done as responding religious problems, but by virtual ijtihad via Zoom and others application, such as whatsapp groups. Therefore, this article discuss about the way ulamas responds the law-religious problems during Covid-19 pandemic. Abstrak Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO) sehingga berbagai negara, termasuk Indonesia, menetapkan protokol kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran virus ini. Salah satunya adalah dengan melakukan social distancing baik dengan cara lockdown maupun hanya dengan melakukan physical distancing. Kebijakan ini tentu berpengaruh terhadap tatanan kehidupan manusia, termasuk dalam ritual keagamaan. Tentu persoalan keagamaan harus mendapatkan jawaban dari para ulama agar umat mendapatkan kepastian hukum. Problemnya adalah, setiap persoalan hukum biasanya dalam kondisi normal dilakukan dengan cara kolektif (ijtihad jama’i), baik yang dilakukan oleh MUI dengan komisi fatwanya, NU dengan Lembaga Bahtsul Masailnya, Muhammadiyah dengan Majlis Tarjihnya, dan ormas-ormas lainnya. Namun dalam kondisi seperti sekarang ini (masa pandemi Covid-19) tentu tidak mudah untuk dilakukan. Maka muncullah terobosan baru dengan cara memaksimalkan kecanggihan teknologi, sehingga persoalan keummatan tetap bisa direspon dengan baik melalui ijtihad ‘virtual’, baik dengan cara melalui aplikasi Zoom maupun melalui chatting dengan memaksimalkan group-group Whatsapp (WAG). Oleh karena itu, kajian ini akan membahas tentang bagaimana para kyai (ulama) merespons persoalan hukum selama pandemi Covid-19.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Mohamad Mahrusillah
Keyword(s):  

Abstract This paper tries to trace the dispute (pro-konta) on sharia formalization in Indonesia and presents the description how far the sharia formalization is implemented. Regardless to the dispute, the difficulties to implement the formalization is no country in the world implement the sharia totally. This research is used social and historical approaches and also literary reviews on legislation, journal, quoting ulama’ ideas and their activities and others related opinions. Abstrak Artikel ini berupaya untuk melacak kekacauan (baca: pro-konta) mengenai formalisasi syariat di Indonesia, dan mencoba memberi gambaran seberapa jauh peluang formalisasi syariat ini disetujui. Namun terlepas dari adanya pro dan kontra mengenai gagasan formalisasi syariat, kesulitan dalam mewujudkan formalisasi tersebut adalah hingga saat ini tidak ada satu pun negara di dunia yang menerapkan formalisasi syariat secara utuh. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial historis dengan menggunakan penelitian kepustakaan melalui pengumpulan dan studi literatur, legislasi, jurnal, dan mengutip pendapat ulama dan aktivis serta pendapat terkait lainnya.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Zaenal Arifin

Abstract Finland has been acknowledged as having the best education system in the world. Many countries, such as Australia, Japan and Singapore, adopted Finland education system. Those countries have reformed and transformed their education system, and now, those countries are listed in the best management and quality education countries. The integration among curricula, market and philosophical values of nation founding fathers as world view has resulted transformation of education. Programme for Internasional Student Assessment (PISA) 2019 assessed the quality of education in term of reading, math and science and made Indonesia ranked on the 72nd out of 77 countries. In other word, Indonesia is the 6th ranking from below. At the same time, Singapura took the runner up position. Indonesia has left behind from other countries, including Malaysia and Brunei. It is imperative for Indonesia to learn more to those countries which succeeded in designing the system of education. By doing this, Indonesia will be equal to neighboring countries. Abstrak Finlandia diakui memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Banyak negara di dunia belajar dari kesuksesan Finlandia, seperti Australia, jepang dan singapura. Ketiga negara ini, telah melakukan reformasi bahkan transformasi pendidikan untuk memperbaiki sistem pendidikannya sehingga sekarang mampu menempatkan diri dalam jajaran negara-negara terbaik dalam manajemen mutu pendidikan. Sinergi aspek kebijakan, kurikulum dan pasar serta nilai-nilai filosofis sebagai pandangan hidup yang telah dilahirkan para pendiri bangsa telah melahirkan transformisme pendidikan. Pada tahun 2019, Programme for Internasional Student Assessment (PISA) yang merupakan lembaga survei kualitas pendidikan di dunia dari aspek kemampuan membaca, matematika, dan sains telah menempatkan Indonesia pada urutan 72 dari 77 negara. Jadi, Indonesia berada pada peringkat keenam dari bawah sedangkan Singapura berada pada posisi kedua terbaik dan juga jauh tertinggal di belakang negara-negara tetangga lainnya, seperti seperti Malaysia dan Bruai Darusaalam. Indonesia harus banyak belajar dari negera-negara yang telah sukses mendesain sistem pendidikan yang baik sehingga kualitas, mutu pendidikan dapat disejajarkan dengan negara-nega lainnya.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Muhammad Shodiq

Abstract This study aims to reveal the interpretation of the Koran about doing good (ihsan) to parents which is explicitly mentioned 13 (thirteen) times, and which is mentioned 7 (seven) times directly after Allah swt invites and calls on people to tauhid and thanksgiving. to him. In social practice, how a person has good character to both parents is revealed in this study with Tafsir al-Amthal fi Tafsir Kitabillah al-Munzal by Makarim Syairazi as the primary source. This Interpretasion is a contemporary social interpretation. Meanwhile, the secondary data in this study are other authoritative and relevant social interpretation works. The findings of this research are that the meaning of ihsan applies to both parents in the Koran is in the form of monotheism that must be put forward to accompany the worship of both parents. Ihsan is absolute covering all goodness, including the category whether the religious status of both parents is Muslim or infidel. be civilized when both parents are weak, old and old, who desperately need protection and affection from their children. Be gentle and respectful when communicating with him. Be tawadhu 'and pray for them when they are still alive or not. Always ask Allah for an easy way to serve both parents. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penafsiran Al-Quran tentang berbuat baik (ihsan) kepada orang tua yang secara tersurat disebutkan sebanyak 13 (tiga belas) kali, dan yang 7 (tujuh) kali disebut langsung setelah Allah swt mengajak dan menyerukan umat kepada tauhid dan sukur kepada-Nya. Dalam praktik sosial, bagaimana seseorang berakhlaq baik kepada kedua orang tua diungkap dalam penelitian ini dengan Tafsir al-Amthal fi Tafsir Kitabillah al-Munzal karya Makarim Syairazi sebagai sumber primer. Tafsir Al-Amthal merupakan tafsir yang bercorak sosial kontemporer. Sedang data sekunder dalam penelitian ini adalah karya tafsir sosial lainnya yang otoritatif dan relevan dengan kajian ini. Temuan penelitin ini adalah bahwa makna berlaku ihsan kepada kedua orang tua dalam Al-Quran adalah berupa tauhid yang harus dikedapankan yang mengiringi kebaktian terhadap kedua orang tua. Ihsan bersifat mutlak meliputi semua kebaikan termasuk kategori apakah status agama kedua orang tua muslim ataupun kafir. bersikap beradab ketika kedua orang tua dalam masa lemah, renta dan tua yang sangat membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dari anaknya. Bersuara lembut dan hormat ketika berkomunikasi dengannya. Bersikap tawadhu’ dan mendoakan mereka ketika masih hidup maupun telah tiada. Selalu memohon kepada Allah untuk di anugerahi jalan mudah untuk berkhidmat kepada kedua orang tua.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Nurlaila Nurlaila

Abstract This article discusses the method of Qur’an memorization for children based on the age levels. Mushrooming tahfiz programs in schools, this library research elaborates some pivotal consideration that parents should take into account before deciding to take their children into tahfiz program. Qur’an memorization can not be instantly conducted. It need perseverance and persistence in the process of repeating in order the memorization resulted is very strong in the heart. Implementation of proper method in Qur’an memorization will make children attracted in memorizing the Qur’an with no coercion. Abstrak Tulisan ini membahas metode menghafal Al-Qurán untuk anak-anak yang sesuai dengan jenjang usianya. Dilatarbelakangi oleh maraknya sekolah-sekolah berprogram tahfiz (menghafal Al-Qurán), kajian dengan metode library research ini sedikit memberikan ulasan beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan para orangtua sebelum memutuskan anak-anak mengikuti program hafalan Al-Qurán. Menghafal Al-Qurán tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh ketekunan dan kontinuitas dalam proses pengulangannya agar hafalan yang dihasilkan benar-benar kuat. Penggunaan metode menghafal Al-Qurán yang tepat dapat membuat anak-anak tertarik untuk menghafal Al-Qurán tanpa paksaan.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Nofi Maria Krisnawati

Abstract The research on the role of parents in stimulating children cognitive intelligence aims to uncover parents attention to the children cognitive intelligence, namely the result of learning. It is a non-experiment qualitative research examined to 33 students the fourth grade in social sciences subject. The date is qualitatively and descriptively analysed. The result shows that parents attention influences the stimulus of children cognitive intelligence. It can be concluded from the result of student learning. The result is in line with calculated-t hypothesis greater than ttabel with dk = n-k = 33-2 =31 on significant level 0,05. A one-tailed test is 1.695 meaning t value (17,447) is greater than ttabel (1,695). It means Ho rejected. Therefore, the hypothesis is sound that parents attention contributes positively to the stimulus of children cognitive intelligence. It can be seen form the student result of learning. In other word, the more attention the parent give to the children, the better the result of children’s learning and vice versa. Abstrak Penelitian peranan perhatian orang tua dalam menstimulus kecerdasan kognisi anak bertujuan untuk mengetahui pengaruh perhatian orang tua terhadap kecerdasan kognisi anak yang berupa hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non experiment yang diujicobakan kepada 33 peserta didik kelas IV mata pelajaran IPS, sedangkan data dianalisis secara diskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan perhatian orang tua mempengaruhi stimulus kecerdasan kognisi anak, dapat dilihat dari hasil belajar siswa IPS. Hal ini sesuai dengan pengujian hipotesis t hitung yang lebih besar dari ttabel dengan dk = n-k = 33-2 =31 pada taraf signifikansi 0,05 uji satu sisi adalah 1.695 yang berarti thitung (17,447) lebih besar dari ttabel (1,695) hal ini berarti Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis penelitian terbukti kebenarannya bahwa Perhatian Orang Tua berpengaruh positif terhadap stimulus kecerdasan kognisi anak yang berupa hasil belajar siswa. Simpulannya bahwa adanya pengaruh perhatian orang tua dalam menstimulus kecerdasan kognisi anak, yang mana semakin tinggi perhatian orang tua, maka cenderung semakin tampak kecerdasan anak dari segi hasil belajarnya, sebaliknya semakin rendah perhatian orang tua maka semakin rendah pula hasil belajarnya.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document