scholarly journals Pengaruh Suhu Wet Rendering yang Berbeda terhadap Karakteristik Ekstrak Kasar Minyak Ikan Lele (Clarias sp.)

2021 ◽  
Vol 41 (4) ◽  
pp. 335
Author(s):  
Magdalena Januasni Jati Martins ◽  
Lukita Purnamayati ◽  
Romadhon Romadhon

Pengolahan minyak isi perut ikan lele dapat meningkatkan nilai ekonomi limbah ikan lele. Wet rendering merupakan metode yang sering digunakan untuk mengekstrak minyak ikan. Metode ini menggunakan panas dan air untuk membantu proses ekstraksi. Perlakuan suhu bertujuan untuk menggumpalkan protein dan merusak membran sel sehingga minyak dapat terekstrak keluar. Adanya air memudahkan pemisahan karena minyak yang terekstrak akan mengapung pada permukaan. Penggunaan suhu ekstraksi berpengaruh terhadap kualitas minyak ikan yang dihasilkan. Suhu ekstraksi yang tinggi menyebabkan penurunan kualitas minyak akibat terjadinya reaksi oksidasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi wet rendering terhadap karakteristik ekstrak kasar minyak isi perut ikan lele dan mengetahui suhu ekstraksi optimum berdasarkan karakteristik ekstrak minyak isi perut ikan lele yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu perbedaan suhu ekstraksi wet rendering (80 °C, 90 °C, dan 100 °C) dengan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi menghasilkan minyak isi perut ikan lele dengan rendemen yang semakin meningkat. Namun, kualitas minyak ikan semakin menurun yang ditunjukkan dengan meningkatnya asam lemak bebas dan angka peroksida, yang berakibat pada penurunan nilai organoleptik, perubahan profil asam lemak dan slip melting point. Suhu 100 °C merupakan suhu ekstraksi terbaik dengan nilai organoleptik 7,87; rendemen 8,57%; slip melting point 37,53 °C; bilangan iod 16,01%; total SFA 42,9%; MUFA 31,8%; PUFA 11,51%; angka asam lemak bebas 2,00%; kadar air 0,56%; dan bilangan peroksida 7,26 meq/kg.

Agrika ◽  
2017 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Slamet Raharjo ◽  
Moh. Su’i ◽  
S Suprihana

Margarin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi ekstrak pewarna kunyit dan wortel pada produk margarin minyak kelapa dan lemak coklat yang mempunyai asam laurat tinggi. Warna yang diinginkan pada margarin adalah kuning mentega (Butter Yellow). Penelitian ini dilakukan dengan dua factor yaitu faktor pertama jenis pewarna yang terdiri ekstrak kunyit dan ekstrak wortel, Faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak pewarna terdiri dari 5%, 7% dan 10%. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis pewarna dan konsentrasinya tidak berpengaruh nyata pada Iodine Value (IV), kadar air dan titik leleh (Slip Melting Point), tetapi berpengaruh terhadap bilangan asam (Acid Value) warna. Perlakuan terbaik diperoleh pada jenis pewarna kunyit dengan konsentrasi 10% dengan nilai bilangan asam 2,04; iodive value 36,80; kadar air 10,13%; titik leleh 34,00 °C dan warna (kekuningan) 28,65. Kata kunci: Margarin, minyak kelapa, lemak coklat, kunyit, wortel


2020 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
NFN Sumartini ◽  
NFN Supriyanto ◽  
Pudji Hastuti

<p><em>Shortening </em>merupakan produk olahan lemak dan minyak yang berfungsi sebagai pembentuk pori dan pelembut pada pembuatan roti. <em>Shortening </em>diproduksi dari campuran stearin sawit (PS), minyak biji karet (RSO) dan minyak ikan (FO), pencampuran fraksi padat dan cair dilakukan dengan tujuan mendapatkan titik leleh dan konsistensi yang diinginkan sesuai dengan shortening komersial. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) menggunakan sepuluh campuran terner lemak dengan rasio dan metode berbeda, masing-masing PS / RSO/ FO (50/30/20, 60/35/5, 70/15/15, 80/10/10 dan 90/5/5) (% bb) dengan metode <em>blending</em>/<em>non interesterification </em>(NIE) dan interesterifikasi kimiawi/ <em>chemical interesterification </em>(CIE). Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Karakteristik fisik lemak yang diuji meliputi, titik leleh, indeks total padatan lemak, komposisi asam lemak, warna, dan tekstur. Seluruh hasil analisa dari semua campuran dilakukan uji statistik menggunakan <em>software </em>SPSS versi 22. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan rasio dan metode yang digunakan secara signifikan berbeda nyata (P&lt;0,05). Campuran interesterifikasi kimiawi dengan rasio (CIE) 80/10/10 dan 90/5/5 merupakan perlakuan yang menghasilkan sifat fisik yang paling mendekati <em>shortening </em>komersial dengan karakteristik meliputi <em>slip melting point </em>pada kisaran (40,38-42,54°C), titik leleh (47,33-50,46°C), indeks kepadatan lemak (17,92-31,63%), kecerahan (86,01-87,64), tekstur (421,75-872,25 gf/cm2).</p><p> </p><p><strong>Physica</strong><strong>l </strong><strong>Characteristic</strong><strong>s Of Shortening Results Of </strong><strong>C</strong><strong>hemical</strong> <strong>Interesterifications On Terner Mixed Seed Oil Rubber, Oil Fish, And</strong> <strong>Palm Stearin</strong></p><p>Shortening is produced from a mixture of palm stearin (PS), rubber seed oil (RSO) and fish oil (FO). The experimental design used ten fat ternary mixtures with different ratios and methods, each PS / RSO / FO (50/30/20, 60/35/5, 70/15/15, 80/10/10 and 90 / 5/5) (% bb) with blending (NIE) and chemical interesterification (CIE) methods. The physical characteristics of the fat tested include, melting point, total solid fat index, fatty acid composition, color, and texture. The experimental design used was a randomized block design. All analysis results of all mixtures were carried out using a SPSS version 22 statistical test. The statistical test results showed that the ratio and method used were significantly different (P &lt;0.05). Chemical interesterification mixture with a ratio (CIE) 80/10/10 and 90/5/5 is the treatment that produces the physical properties that are closest to commercial shortening with characteristics including slip melting point in the range of (40.38-42.54 ° C), melting point (47.33-50.46 ° C), solid fat index (17.92-31.63%), Lightness (86.01-87.64), texture (421.75-872.25 gf / cm2).</p>


Food Research ◽  
2021 ◽  
Vol 5 (S2) ◽  
pp. 70-77
Author(s):  
Siswanti ◽  
P. Hastuti ◽  
Supriyanto ◽  
R.B.K. Anandito

The production of margarine fat is not only intended to be free from Trans Fatty Acid (TFA) but is also expected to have a higher quality from a nutritional aspect. In this research, margarine fat from sesame oil (SO) and palm stearin (PS) by a chemical interesterification was synthesized. Chemical interesterification is one of the processes used to modify the physico-chemical characteristics of oils and fats. An attempt to chemical-restructure palm stearin and sesame oil to form margarine fat which is suitable for margarine was investigated using sodium methoxide as a catalyst. The effect ratio of PS/SO in color, slip melting point, solid fat index, texture and triacylglycerols (TAGS) profile of margarine fat were studied in research. This research was conducted by three major stages; characterization of sesame oil and palm stearin, synthesis of margarine fat by physical blending and chemical interesterification, and characterization of margarine fat. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with one factor, namely the ratio of sesame oil and palm stearin. Margarine fat produced with different variations of the raw material concentration (% w/w SO:PS = 30:70; 40: 60; 50:50, 60:40, and 70:30). Chemical interesterification caused: rearrangement of triacylglycerols, reduction of S3 and U3 and increase in S2U and U2S type TAGs content of all blend, resulting in lowering of melting point, solid fat index and increase texture. Margarine fat in the % ratio of SO:PS = 60:40, has a similar characteristic (texture, slip melting point, solid fat index, and TAGS profiles) which margarine commercial, so has the potential to be developed in the manufacture margarine industry


2020 ◽  
Vol 35 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Dhita Ulfi Lestari ◽  
Sumardianto Sumardianto ◽  
Lukita Purnamayati

<p>Striped catfish (<em>Pangasius hypophthalmus</em>) is a high-fat fish compared to other freshwater fish like snakehead fish and carp. Striped catfish oil contains unsaturated and polyunsaturated fatty acids that are beneficial for health. The quality of catfish oil is affected by the extraction method, especially the preliminary heating temperature for the extraction. This study aimed to determine the effect of different heating temperatures on the characteristics of catfish oil and find the best heating temperature in the dry rendering process. This study used a completely randomized design with three different heating temperatures (80°C, 100°C and 120°C). The result showed that the extraction at various temperatures was significantly different on the yield, moisture content, peroxide value, iodine value, free fatty acids value and slip melting point, but not significantly different in sensory properties. A higher heating temperature could increase the yield percentage, free fatty acids values, peroxide values, iodine values, except to the moisture contents, slip melting point and fatty acid profiles. The best temperature was 100°C for 20 minutes with 9.09% yield, 1.44% moisture content, 1.72% free fatty acid, 15.82% iodine value and sensory of 7.65&lt;µ&lt;8.15. Based on the results, it can be concluded that the dry rendering temperature affects the characteristics of the catfish oil.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document