scholarly journals KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA RAJUNGAN (Portunus pelagicus) MELALUI PEMBERIAN NAUPLIUS Artemia YANG DIPERKAYA DENGAN MINYAK IKAN DAN MINYAK JAGUNG

2018 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
Author(s):  
Katisya Abrina Prastyanti ◽  
Yuli - Andriani ◽  
Ayi Yustiati ◽  
Sunarto Sunarto
Keyword(s):  

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva rajungan (P. pelagicus) melalui pemberian nauplius Artemia yang diperkaya dengan minyak ikan dan minyak jagung. Penelitian ini dilakukan di Panti Pembenihan Family Portunidae, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah. Larva yang baru menetas (zoea 1) dipelihara dalam wadah plastik 20 L yang diisi 15 L air laut dengan kepadatan larva 50 ind/L. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dengan tiga kali ulangan, yaitu : A (tanpa pengayaan), B (100% minyak ikan + 0% minyak jagung), C (75% minyak ikan + 25% minyak jagung), D (50% minyak ikan + 50% minyak jagung), E (25% minyak ikan + 75% minyak jagung), F (0% minyak ikan + 100% minyak jagung). Parameter utama yang diamati adalah kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang mutlak. Analisis statistik dilakukan dengan analisis ragam (ANOVA) dan uji jarak berganda Duncan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva P. pelagicus. Pemberian nauplius Artemia yang dipperkaya 75% minyak ikan dan 25% minyak jagung mempunyai kelangsungan hidup terbaik sebesar 12,89% dengan pertumbuhan panjang mutlak sebesar 2,12 mm.

Author(s):  
D. Sahoo ◽  
S. Panda ◽  
B.C. Guru

Portunus pelagicus a commercially important crab species found in Chilika lagoon constitutes about 20% of the total crab production. The carapace width (CW) ranges from 4.5–10.5 cm in both the sexes during the study period. The maximum abundance of male was at 6.6 to 7.5 cm CW whereas the females predominate from 6.6 to 9.5 cm CW. The relationship between carapace length (CL) and CW is linear in both sexes which indicates isometric growth. However, the relationship between CL, CW with total body weight (TW) is exponential. The food habit from gut content analysis shows that the species is highly carnivorous and the main food items include prawn carapace and appendages (27.58%), molluscan remaining (21.55%), fish bone (7.75%), seagrass (1.72%), unidentified materials (4.31%) and the mixed food (37.06%). The feeding index was found highest (80.95%) in February whereas it is lowest (60.9%) in June. The mature females are observed from May to July with a peak in July in the lagoon. The highest gonadosomatic index is found in July with an average CW of 10.5 cm. No berried females are found in the study period, which indicates that it did not spawn inside the lagoon and migrates to the sea during the rainy season.


2008 ◽  
Vol 75 (1) ◽  
pp. 25-33 ◽  
Author(s):  
Anukorn Boutson ◽  
Chaichan Mahasawasde ◽  
Songsri Mahasawasde ◽  
Suriyan Tunkijjanukij ◽  
Takafumi Arimoto

2010 ◽  
Vol 42 (10-11) ◽  
pp. 1589-1592 ◽  
Author(s):  
Morakot Sroyraya ◽  
Naoko Goto-Inoue ◽  
Nobuhiro Zaima ◽  
Takahiro Hayasaka ◽  
Piyachat Chansela ◽  
...  

Author(s):  
Michael Josef Kridanto Kamadjaja ◽  
Sherman Salim ◽  
Birgitta Dwitya Swastyayana Subiakto

Objective: This study was to determine OPG and RANKL expression after hydroxyapatite (HA) scaffold from crab shells (Portunus pelagicus) application in tooth socket of Cavia cobaya. Methods: This study was a post-test only control group design. Twenty four Cavia cobaya was divided into 4 groups. The lower left incisor was extracted and given a combination of HA and gelatin scaffold. Experimental animals were sacrificed on the 7th and 14th day. The amount of OPG and RANKL expression was calculated under a light microscope at 1000x magnification. The statistical analysis was done by One Way ANOVA Test and Tukey HSD. Results: Compared to other groups, the lowest and the highest level of OPG and RANKL were in P14 group. Conclusion: HA scaffold from crab shells (Portunus pelagicus) can increase OPG expression and decrease RANKL expression in the process of regenerating alveolar bone after tooth extraction.


REAKTOR ◽  
2017 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 45 ◽  
Author(s):  
L. H. Rahayu ◽  
S. Purnavita
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untukmenentukan kondisi optimum  factor suhu dan waktu proses deatilasi dari khitin cangkang rajungan (Portunus pelagicus) menjadi khitosan dan mengetahui pengaruh pH adsorpsi dari kitosan terhadap penurunan jumlah ion merkuri (%). Proses deasetilasi dilakukan dengan memanaskan campuran khitin dengan larutan NaOH 50% (rasio 1:20 b/v) pada suhu 70 0C, 80 0C, 90 0C dan 100 0C dengan waktu proses masing-masing 30, 60, 90 dan 120 menit. Parameter respon adalah derajad deasetilasi khitosan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajad deasetilasi khitosan tertinggi adalah 79,65% yang dihasilkan pada suhu 90 0C dan waktu proses 120 menit. Khitosan selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion merkuri pada pH 2, 3, 4, 5, dan 6. Hasil uji aplikasi khitosan sebagai adsorben ion logam merkuri menunjukkan bahwa semakin tinggi pH adsorpsi semakin besar penurunan jumlah ion merkuri (%), dimana hubungan keduanya ditunjukkan dengan persamaan y = 7,50x + 26,11.Kata kunci : adsorpsi, cangkang rajungan, deasetilasi, litin, khitosan


2016 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 140-144
Author(s):  
Naser Koosej ◽  
Hojatollah Jafariyan ◽  
Abdolvahed Rahmani ◽  
Abdolrahman Patimar ◽  
Hosna Gholipoor

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Meuthia Maharani Kanedi ◽  
Priyanto Rahardjo ◽  
Mira Maulita

Abstrak Salah satu potensi perikanan laut adalah rajungan (Portunus pelagicus). Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas yang penting karena mempunyai nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar baik di dalam maupun luar negeri masih tinggi. Tujuan dilaksanakan praktik integrasi ini adalah untuk Menganalisis beberapa aspek biologi untuk mengetahui pola pertumbuhan sebagai acuan kajian stok rajungan di Pesisir Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung dan Mengetahui aspek perikanan di Pesisir Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.  Pengambilan data praktik meliputi penentuan hubungan lebar bobot karapas, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, ukuran pertama kali tertangkap dan ukuran pertama kali matang gonad. Hasil praktik menunjukkan rajungan yang ada di pesisir Kabupaten Lampung Timur diperoleh dari hasil pengukuran sampel lebar-bobot rajungan sebanyak 1013 spesies dengan pola pertumbuhan alometrik negatif. Hasil nisbah kelamin P. pelagicus memperlihatkan bahwa 544 rajungan jantan (54%) dan 469 rajungan betina (46%) memiliki sex ratio 1:0.862. Persentase Tingkat kematangan gonad jantan (46%) dan betina (54%). Ukuran morfometrik nilai standar length at first maturity (Lm) yaitu 12.48 cm. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Lc Total sebesar 13.23 cm. Rajungan di Pesisir Kabupaten Lampung Timur biasanya ditangkap menggunakan alat tangkap Jaring Rajungan dan Bubu.Kata Kunci : Rajungan; Lampung Timur, Alat Tangkap


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document