scholarly journals EVALUASI SISTEM PENYIAPAN GURU UNTUK MENGAJAR PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 49-68
Author(s):  
Simon Sili Sabon ◽  
Widodo
Keyword(s):  

Kajian ini bertujuan mengevaluasi sistem pendidikan yang mempersiapkan guru SD pada Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yaitu dengan membuat deskripsi tentang: (i)  sistem pendidikan penyiapan guru, (ii) status akreditasi LPTK dan program studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) serta Pendidikan Profesi Guru (PPG), (iii) pemenuhan standar mutu dosen di LPTK, (iv) mutu input mahasiswa LPTK, dan (v) mutu magang oleh mahasiswa LPTK. Pendekatan kajian ini adalah campuran kuantitatif dan kualitatif dengan memanfaatkan data sekunder yang ada di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) dan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN PT). Kajian ini juga menggunakan data primer berupa data survey online terhadap mahasiswa tingkat akhir di empat LPTK di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hasilnya: Sistem pendidikan penyiapan guru SD sedang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, namun perubahan itu tidak diimplementasikan secara ketat. Jika sebelumnya lulusan sarjana pendidikan bisa langsung direkrut menjadi guru, maka setelah terbitnya Permendibud 87/2013 tentang PPG, seorang sarjana pendidikan harus mengikuti PPG terlebih dahulu jika ingin menjadi guru profesional. Ditemukan juga bahwa sebagian besar Prodi PGSD dan PPG belum terakreditasi BAN PT. Prodi PGSD yang sudah terakreditasi, sebagian hanya memperoleh nilai C. Pemenuhan LPTK terhadap standar dosen, pada umumnya sudah sangat siap untuk menghasilkan lulusan yang bermutu karena sebagian besar sudah memenuhi standar yang ditetapkan yaitu minimal berpendidikan S2. Pada sejumlah LPTK jumlah dosennya justru berlebih sehingga beban kerjanya kurang dari standar yang ditetapkan. Mutu input mahasiswa, sudah cukup baik sebab animo masyarakat yang tinggi untuk masuk PGSD, dan sebagian besar mahasiswa memilih masuk PGSD karena memang bercita-cita untuk menjadi guru. Terkait Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) atau Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM), sebagian besar mahasiswa merasa telah mendapat pengalaman memadai dari PPL/PKM untuk menjadi guru. Mengacu pada temuan ini kajian merekomendasikan agar Kemendikbud dan LPTK menerapkan secara ketat Permendikbud 87/2013 yaitu hanya mau menghasilkan guru profesional saja melalui PPG. Agar program ini dapat berjalan maka Kemendikbud harus bekerja sama dengan Pemerintah daerah (Pemda) agar mulai melakukan rekruitmen guru baru dengan persyaratannya hanya menerima lulusan PPG. PPG juga harus lebih mengutamakan mutu sehingga hanya mau menerima lulusan sarjana pendidikan. Selain itu khusus untuk BAN PT, agar segera melakukan akreditasi terhadap Prodi yang hanya diselenggarakan berdasarkan ijin operasional. Jika ada Prodi yang tidak memenuhi persyaratan maka sebaiknya diusulkan untuk dihentikan ijin operasionalnya. Kata kunci: Lembaga Pendidikan Guru, Akreditasi, Standar dosen, mutu input mahasiswa

2017 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 73-83
Author(s):  
Rahmayati Alindra ◽  
Heroe Wijanto ◽  
Koredianto Usman

Ground Penetrating Radar (GPR) adalah salah satu jenis radar yang digunakan untuk menyelidiki kondisi di bawah permukaan tanah tanpa harus menggali dan merusak tanah. Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang terhubung ke generator sinyal dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA dan ADC yang kemudian terhubung ke unit pengolahan data hasil survey serta display sebagai tampilan output-nya dan post  processing untuk alat bantu mendapatkan informasi mengenai suatu objek. GPR bekerja dengan cara memancarkan gelombang elektromagnetik ke dalam tanah dan menerima sinyal yang dipantulkan oleh objek-objek di bawah permukaan tanah. Sinyal yang diterima kemudian diolah pada bagian signal processing dengan tujuan untuk menghasilkan gambaran kondisi di bawah permukaan tanah yang dapat dengan mudah dibaca dan diinterpretasikan oleh user. Signal processing sendiri terdiri dari beberapa tahap yaitu A-Scan yang meliputi perbaikan sinyal dan pendektesian objek satu dimensi, B-Scan untuk pemrosesan data dua dimensi  dan C-Scan untuk pemrosesan data tiga dimensi. Metode yang digunakan pada pemrosesan B-Scan salah satunya adalah dengan  teknik pemrosesan citra. Dengan pemrosesan citra, data survey B-scan diolah untuk didapatkan informasi mengenai objek. Pada penelitian ini, diterapkan teori gradien garis pada pemrosesan citra B-scan untuk menentukan bentuk dua dimensi dari objek bawah tanah yaitu persegi, segitiga atau lingkaran. 


Konstruksia ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Indah Handayasari ◽  
Abdul Rokhman ◽  
Shevina Halusman
Keyword(s):  

Simpang Puri Kembangan Jakarta Barat merupakan persimpangan yang menjadi akses masyarakat menuju pusat perbelanjaan, perkantoran, pemerintahan, perumahan dan jalan menuju pusat kota Jakarta dengan menggunakan jalan tol. Hasil data survey menunjukkan bahwa volume lalu lintas dan nilai derajat kejenuhan melebihi syarat ketentuan, dimana dapat dinyatakan persimpangan ini sudah jenuh dan perlu dilakukan perubahan kriteria desain. Optimalisasi yang dilakukan dengan perubahan penetapan fase dan waktu isyarat maupun lebar pendekat memberikan hasil nilai derajat kejenuhan untuk setiap lengan simpang yaitu pada lengan utara sebesar 0,76, lengan selatan 0.43, lengan barat 0,63 serta lengan timur 0,067. Hasil nilai derajat kejenuhan pada semua lengan simpang memenuhi nilai yang lebih rendah atau kurang dari 0,85 mengacu pada Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014.


2016 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Dara Adistia Sahara ◽  
Darma Jasuli ◽  
Abdul Muthalib Farajd
Keyword(s):  

Minimnya     perhatian     pemerintah     KabupatenSumenep menyebabkan angkutan perdesaan trayek Sumenep – Kalianget tidak berkembang sehingga peneliti mengkaji  dan    mengevaluasi  angkutan  perdesaan  dari segi  trayek,  sarana  maupun  prasarana  guna meningkatkan kualitas angkutan. Metode yang digunakan adalah  metode  deskriptif  kuantitatif.  Data  yang digunakan adalah data survey lapangan dan data dinas.Hasil  penelitian  menunjukkan  dari  75  angkutan yang beroperasi diantaranya 30 angkutan layak, 24 tidak layak, dan 21 tidak diketahui. Rute operasi angkutan adalah Pasar Anom Baru – Kalianget dan Pasar Bangkal– Kalianget. Angkutan tidak singgah di terminal Arya Wiraraja serta tidak ada  informasi  trayek. Hasil analisa kuesioner dari pelayanan keamanan 39,08% cukup memuaskan, 100% sopir tidak menggunakan tanda pengenal  dan  67,82% tidak  terdapat  informasi  trayek. Dari pelayanan keselamatan 44,83% cukup memuaskan,100% kondisi sopir sehat dan 97,70% sopir piawai mengemudikan  angkutan.  Dari  pelayanan  kenyamanan33,33% kurang nyaman, 41,38% sirkulasi udara dalam angkutan kurang baik, 35,63% angkutan kurang bersih, dan   88,51%   tempat   duduk   cukup   memadai.   Dari pelayanan keterjangkauan 58,62% tarif angkutan murah,35,63% cukup  mudah  menyetop  angkutan  dan  64,37% angkutan menjangkau tujuan. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan  maka  disimpulkan bahwa dari segi trayek rute angkutan perdesaan trayek Sumenep – Kalianget masih perlu dikembangkan untuk menjangkau semua  pusat  kegiatan  di  wilayah  Sumenep,  dari  segi sarana angkutan perdesaan trayek  Sumenep – Kalianget juga  belum    memenuhi    Standar  Pelayanan  Minimal (SPM) angkutan perdesaan dan harus dibenahi dari segi fisik, selain itu dari segi prasarana, terminal Arya Wiraraja tidak dimanfaatkan dengan maksimal.Kata kunci   :    Rute, Sarana, Prasarana


Author(s):  
Jeong-Hoon Kim ◽  
Shin-Goo Park ◽  
Jong-Han Leem ◽  
Jong Uk Won ◽  
Sang-Hwan Han ◽  
...  

2018 ◽  
Author(s):  
April M Ballard ◽  
Trey Cardwell ◽  
April M Young

BACKGROUND Internet is becoming an increasingly common tool for survey research, particularly among “hidden” or vulnerable populations, such as men who have sex with men (MSM). Web-based research has many advantages for participants and researchers, but fraud can present a significant threat to data integrity. OBJECTIVE The purpose of this analysis was to evaluate fraud detection strategies in a Web-based survey of young MSM and describe new protocols to improve fraud detection in Web-based survey research. METHODS This study involved a cross-sectional Web-based survey that examined individual- and network-level risk factors for HIV transmission and substance use among young MSM residing in 15 counties in Central Kentucky. Each survey entry, which was at least 50% complete, was evaluated by the study staff for fraud using an algorithm involving 8 criteria based on a combination of geolocation data, survey data, and personal information. Entries were classified as fraudulent, potentially fraudulent, or valid. Descriptive analyses were performed to describe each fraud detection criterion among entries. RESULTS Of the 414 survey entries, the final categorization resulted in 119 (28.7%) entries identified as fraud, 42 (10.1%) as potential fraud, and 253 (61.1%) as valid. Geolocation outside of the study area (164/414, 39.6%) was the most frequently violated criterion. However, 33.3% (82/246) of the entries that had ineligible geolocations belonged to participants who were in eligible locations (as verified by their request to mail payment to an address within the study area or participation at a local event). The second most frequently violated criterion was an invalid phone number (94/414, 22.7%), followed by mismatching names within an entry (43/414, 10.4%) and unusual email addresses (37/414, 8.9%). Less than 5% (18/414) of the entries had some combination of personal information items matching that of a previous entry. CONCLUSIONS This study suggests that researchers conducting Web-based surveys of MSM should be vigilant about the potential for fraud. Researchers should have a fraud detection algorithm in place prior to data collection and should not rely on the Internet Protocol (IP) address or geolocation alone, but should rather use a combination of indicators.


2014 ◽  
Vol 277 (3) ◽  
pp. 343-352 ◽  
Author(s):  
C.-K. Wu ◽  
Y.-H. Yang ◽  
T.-T. Lin ◽  
C.-T. Tsai ◽  
J.-J. Hwang ◽  
...  

2014 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Khusnul Khotimah ◽  
Ova Emilia ◽  
Mohammad Hakimi

PEMANFAATAN POJOK LAKTASI DI PUSKESMAS I CILONGOKKABUPATEN BANYUMASKhusnul Khotimah, Ova Emilia,Mohammad HakimiABSTRACTBackground : Based on survey Indonesian demographic and health in 2007 that exclusive breastfeeding 38 %decrease from 39,5% in 2002-2003, child under 6 months who gets milk incease from 16,7% until 27,9% in2007. American Academy of Pediatrics (1)get recomendation baby must get exclusive breastfeeding in 6 monthuntil 2 years old. Banyumas regency are have a program to increase scope of exclusive breastfeeding by regulationof regent number 52 in 2012 about increase exclusive breastfeeding in Banyumas Regency. One of the material insocialization is about lactation room and standardization, right of women worker to breastfed in office, publicfacility.Objective : to determine factors can effected utilization of lactation room in Puskesmas I Cilongok.Methods : this study was an observational study with a cross sectional design and qualitative study or called mixmethod. Location of study in Puskesmas I Cilongok. Sample of this study is employed mother who breastfeedand visitors of Puskesmas I Cilongok in Banyumas Regency. Sampling method used sampling convinience get 41women until this study done. independent variable are attitude of breastfeed mother about lactation room andbehavior of breastfeed mother. Dependent variable is utilization of lactation room. Data analysis consisted ofunivariable analysis, bivariable analysis using chi-square test and multivariable analysis using logistic regressiontest and also qualitative analysis.Results and Discussion : there is no effect attitude of breastfeed mother about lactation room with utilization oflactation room, can we see from p = 0,247 (RP1,58; 95% CI 0,70-3,55), the similar result from dialogue thatmother have good attittude but not utilized, they say not get socialization from health worker. The good Behaviorbreastfeed mother have relation with utilization, can we see p = 0,028, RP2,35 (95% CI 1,05-5,23). Results fromdialogue mother who get bad behavior not utilized. Utilization in lactation room only just breastfeeding, neverused to pamp and saving breastmilk. People not respond that room lactation is a necessary, because withoutpolicy about room lactation, they are can breastfed in any where.Conclusion : Good attitude of breastfeed mother about lactation room can not get effect utilization of lactationroomand good behavior breastfeedmother can get effect with utilization lactation room in Puskesmas I Cilongok.Keyword: attitude breastfeed mother, behavior breastfeed mother and utilization lactation room ABSTRAKLatar Belakang:Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tercatat bahwacakupan ASI eksklusif sebesar 38% menurun dari 39,5%di tahun 2002-2003, sementara jumlah bayi dibawah 6bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% menjadi 27,9% ditahun 2007. American Academy ofPediatrics (1)merekomendasikan bahwa durasi minimal ASI eksklusif menjadi 6 bulan tetapi optimal harus terusselamaminimal 2 tahun.Kabupaten Banyumas sedangmemiliki program gunameningkatkan cakupan ASI eksklusifyang dituangkan lewat Peraturan Bupati Banyumas nomor 52 tahun 2012 tentang peningkatan pemberian ASI diKabupaten Banyumas. Salah satu materi sosialisasi tersebut berisi tentang anjuran pengadaan pojok laktasibeserta standarisasinya, hak ibu bekerja yang menyusui di kantor pemerintahan, sarana pra sarana umum juga.Tujuan:Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pojok laktasi di Puskesmas I Cilongok.Metode:Penelitian ini menggunakan jenis observasional dengan desaincross sectionaldan kualitatif. Tempatpenelitian Puskesmas I Cilongok. Sampel penelitian ibu bekerja menyusui dan pengunjung puskesmas memilikibayi umur 0 bulan sampai dengan 2 tahun berada di Puskesmas I Cilongok. Pengambilan sampel menggunakansampling conviniencediperoleh 41 orang selama penelitian dilakukan.Variabelindependen adalah sikap ibumenyusui terhadap pojok laktasi, perilaku ibu menyusui. Variabel dependen ialah pemanfaatan pojok laktasi.Analisa data meliputi analisis univariabel, bivariabeldengan menggunakan chi square sedangkan multivariabelmenggunakan uji regresi logistik serta analisis kualitatif.Hasil dan Pembahasan:Sikap ibu menyusui terhadap ketersediaan pojok laktasi tidakmempengaruhi pemanfaatanpojok laktasi dilihat dari nilai p = 0,247 (RP1,58; 95% CI 0,70-3,55), hasil ini didukung hasil wawancara bahwasikap baik tetapi tidak memanfaatkan pojok laktasi dengan alasan sosialisasi yang kurang dari petugas kesehatan.Perilaku ibu menyusui yang baik berhubungan dengan pemanfaatan pojok laktasi dilihat dari nilai p = 0,028,RP2,35 (95% CI 1,05-5,23). Hasil wawancara ibu yang berperilaku tidak baik cenderung tidak memanfaatkanpojok laktasi. Pemanfaatan pojok laktasi hanya untuk menyusui saja, tidak digunakan untuk memeras danpenyimpanan ASI. Rendahnya pemanfaatan pojok laktasi dikarenakan faktor kebutuhan. Masyarakat desa tidakmenganggap bahwa pojok laktasi merupakan kebutuhan, karena tanpa adanya kebijakan pengadaan pojok laktasimereka dapat menyusui dimanapun.Kesimpulan:sikap ibu menyusui terhadap ketersediaan pojok laktasi yang baik tidak mempengaruhi pemanfaatanpojok laktasi dan perilaku ibu menyusui yang baik dapat mempengaruhi pemanfaatan pojok laktasi di PuskesmasI Cilongok Kabupaten Banyumas.Kata kunci: sikap ibu, perilaku ibu, pemanfaatan pojok laktasi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document