PEMETAAN PERKEBUNAN SAWIT RAKYAT DARI FOTO UDARA NON METRIK MENGGUNAKAN ANALISIS BERBASIS OBJEK
<p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Beberapa tahapan penerbitan Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan untuk Budidaya <br /> (STD-B) yang digunakan dalam kegiatan perkebunan sawit dengan luas kurang dari 25 ha yaitu pemeriksaan lapangan dan pemetaan yang dilakukan oleh tim verifikasi lintas sektoral. Penerbitan STD-B harus melampirkan peta sebagai persyaratan dalam pendaftaran STD-B, yaitu peta yang memiliki skala 1:2.000. Untuk itu diperlukan teknologi pemetaan yang mumpuni guna memenuhi kebutuhan pemetaan tersebut. Seiring dengan kemajuan teknologi, pemetaan udara menggunakan kamera non-metrik menghasilkan tampilan permukaan bumi secara detil. Tujuan penelitian adalah mengkaji kemampuan pemetaan udara menggunakan kamera non-metrik untuk pembuatan peta sawit rakyat. Proses akuisisi pemetaan sawit rakyat dilakukan di daerah Labanan Makmur Kalimantan Timur. Proses pemetaan udara menggunakan wahana tanpa awak (WTA) <em>fixed wing</em> dengan ketinggian terbang 420 meter diatas permukaan tanah menghasilkan 186 foto dengan <em>sidelap</em> dan <em>overlap</em> foto sebesar 70% dan 80%. Proses identifikasi tanaman kelapa sawit rakyat menggunakan pendekatan <em>Object Based Image Analysis</em> (OBIA). Output akhir yaitu menghasilkan foto udara dengan nilai GSD (<em>Ground Sampling Distance</em>) sebesar 13 cm/pix. Proses pengolahan foto udara dilakukan dengan memasukkan GCP dan tanpa menggunakan GCP. Hasil evaluasi geometrik nilai akurasi horisontal dengan menggunakan GCP diperoleh akurasi sebesar 0,250 meter sementara tanpa menggunakan GCP diperoleh akurasi sebesar 4,222 meter. Dari hasil evaluasi geometrik tersebut maka foto udara dengan menggunakan GCP memenuhi ketelitian geometri untuk pembuatan peta pada skala 1: 1.000, sementara foto udara tanpa menggunakan GCP memenuhi pada skala 1: 25.000. Proses pemetaan foto udara menggunakan kamera non-metrik ditambahkan dengan pengukuran GCP bisa digunakan sebagai acuan yang digunakan untuk membuat peta lampiran pendaftaran STD-B.</p><p> </p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Several phases in the issuance of register for plantation cultivation used for smallholder oil palm plantation with an area of less than 25 ha are field inspection and mapping that conducted by a cross-sectoral verification team. Issuance of register for plantation cultivation must attach the map as required in scale of 1:2.000. Thus, it requires robust mapping technology to meet certain standards. Along with advances in technology, aerial photo using non-metric cameras produces detailed view of the earth's surface. The aim of the study is to examine the ability of aerial photo using non-metric cameras to map smallholder oil palm plantation. The acquisition of smallholder oil palm plantation mapping is carried out in the Labanan Makmur Village, East Kalimantan. Aerial photos acquisition used a fixed-wing UAV with a flight altitude of 420 meters above ground and produced 186 photos with sidelap and overlap of 70% and 80% respectively. </em><em>The process of identifying </em><em>smallholder oil palm plantation</em><em> used the Object Based Image Analysis (OBIA) approach. </em><em>The final output is to produce aerial photos with a value of Ground Sampling Distance (GSD) of 13 cm/pixel. Aerial photo processing is performed either by using GCPs and without GCPs. </em><em>The results of geometric evaluation of horizontal accuracy value using GCP is 0.250 meters while without using GCP is 4.222 meters. </em><em>The results of the geometric evaluation showed that aerial photo using GCP meet the accuracy requirement for map in scale of 1:1,000; whilst aerial photo not using GCP could be utilized for mapping in scale of 1:25,000. Aerial photo using a non-metric camera combined with GCPs measurements can be used as a data source used to produces</em><em> the smallholder oil palm plantation map.</em></p>