REKA GEOMATIKA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

38
(FIVE YEARS 12)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By "Institut Teknologi Nasional, Bandung"

2338-350x

2020 ◽  
Vol 2019 (1) ◽  
Author(s):  
Indrianawati ◽  
Nadhiya D Mahdiyyah

ABSTRAKKabupaten Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mempunyai jumlah penduduk cukup besar. Dari tahun 2010 hingga 2016, terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon yang mengakibatkan adanya peningkatan kebutuhan lahan dan banyak terjadi alih fungsi lahan di daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan dan pusat pertumbuhan kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan jumlah penduduk terhadap alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cirebon antara tahun 2010 ke tahun 2016. Metode yang digunakan untuk mengetahui dampak tersebut adalah korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara laju pertumbuhan penduduk dengan alih fungsi lahan pertanian dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk memiliki dampak yang kecil terhadap alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cirebon tahun 2010-2016. Pengaruh dari faktor pertumbuhan penduduk terhadap alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cirebon tahun 2010-2016 adalah sebesar 12%.Kata kunci: pertumbuhan penduduk, alih fungsi lahan, korelasiABSTRACTCirebon Regency is one of the regencies in West Java Province that has a quite large population. From 2010 to 2016, there was an increase of population in Cirebon Regency which resulted in the increase in land needs and a lot of land conversion in areas close to the government center and the city growth center. This study aims to determine the impact of changes in population on the conversion of agricultural land in Cirebon Regency between 2010 and 2016. The method used to determine these impacts is correlation. Based on the calculation of the correlation coefficient between the rate of population growth and the conversion of agricultural land, it can be known that population growth has a small impact on the conversion of agricultural land in Cirebon Regency in 2010-2016. The effect of population growth factors on the conversion of agricultural land in Cirebon Regency in 2010-2016 was 12%.Keywords: population growth, land conversion, correlation 


2020 ◽  
Vol 2019 (1) ◽  
Author(s):  
Tessalonika Natalia Djie ◽  
Sumarno Sumarno

ABSTRAKLight Rail Transit (LRT) kini menjadi salah satu sarana transportasi darat yang sedang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan transportasi pada suatu kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Di wilayah Bandung Raya telah ada rencana jalur LRT yang disusun oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat yang terdiri atas delapan koridor. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi teknis rencana jalur LRT khususnya pada koridor-1 (Leuwi Panjang–Jatinangor) dan koridor-4 (Leuwi Panjang– Babakan Siliwangi). Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi tingkat kesesuaiannya dengan persyaratan teknis jalur kereta api, khususnya terhadap aspek geometrik yaitu kelandaian dan kelengkungan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis geometrik pada rencana jalur LRT dengan persyaratan teknis jalur kereta api terhadap lima kelas jalan rel. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada koridor-1 sudah memenuhi persyaratan kelandaian dan lengkung horizontal untuk semua kelas, sedangkan koridor-4 belum memenuhi persyaratan tersebut.Kata Kunci: Light Rail Transit (LRT), kelandaian, lengkung horizontalABSTRACTLight Rail Transit (LRT) now become one of transportation means to fullfil the need of transportation in one of regions which is having high population. In Bandung Raya region, there were plans of LRT line which is arranged by Dinas Perhubungan West Java Province which consist of eight coridors. This research has done the technical evaluation for planning the LRT especially on corridor-1 (Leuwi Panjang- Jatinangor) and corridor-4 (Leuwi Panjang-Babakan Siliwangi). The aim of this reasearch is to evaluate the appropriateness levels with the rules and regulations of train technical lines, especially on the aspec of geometric including slope and horizontal curve. The evaluation is done by doing geometric analysis in the plan of LRT line with rules and regulations of train technical line toward five classes of rail line. Based on the result of analysis, it can be revealed that corridor-1 has been fullfil the rules and regulations of slope and horizontal curve for every classes, while corridor-4 do not fullfil the rules and regulations yet.Keywords: Light Rail Transit (LRT), slope, horizontal curve


2020 ◽  
Vol 2019 (1) ◽  
Author(s):  
Akhmad Rifai Setiabudi ◽  
Thonas Indra Maryanto

ABSTRAKPerubahan garis pantai di wilayah pesisir Kabupaten Karawang hampir mencapai 50% dari panjang garis pantai yang ada saat ini. Perubahan dalam bentuk abrasi dan akresi ini berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui jarak dan laju perubahan garis pantai, serta perubahan maksimum abrasi dan akresinya. Perhitungan perubahan garis pantai menggunakan aplikasi Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dengan metode statistik Net Shoreline Movement (NSM) dan End Point Rate (EPR). Abrasi terparah terjadi pada segmen 5 di Kecamatan Tirtajaya dan akresi terparah terjadi pada segmen 16 di Kecamatan Cilamaya Wetan. Rata – rata abrasi dari tahun 1990-2018 di pesisir Kabupaten Karawang mencapai 101,28 m dengan laju 3,64 m/tahun. Sedangkan, untuk akresi mencapai 195,63 m dengan laju 7,04 m/tahun. Perbedaan waktu pengamatan dalam analisis perubahan garis pantai dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, memberikan hasil berkesesuaian dengan penelitian sejenis sebelumnya, untuk wilayah yang sama.Kata Kunci: garis pantai, DSAS, Kabupaten Karawang, abrasi, akresiABSTRACTCoastline of Karawang Regency changes almost 50% from total length of the coastline. The change is process of abrasion and accretion and it impacts quality of community life in the area. This tudy aims to calculate coastline change in term length of distance and its speed. The calculation uses Digital Shoreline Analysis System (DSAS) with statistical method of Net Shoreline Movement (NSM) and End Point Rate (EPR). Maximum abrasion occurs in segment 5 of Tirtajaya District and maximum accretion occurs in segment 16 of Cilamaya Wetan District. Averaged coastline changes from years of 1990-2018 showed that abrasion has length of 101,28 m and the speed is 3,64 m/year. Meanwhile, accretion has length of 195,63 m and the speed is 7,04 m/year. This research observes the coastline change in different years with other earlier studies, and the results showed agreement with similar studies in the same area.Keywords: coastline, DSAS, Karawang Regency, abrasion, accretion 


2020 ◽  
Vol 2019 (1) ◽  
Author(s):  
Thonas Indra Maryanto ◽  
Pusain Solider Zega

ABSTRAKIndonesia merupakan negara yang rawan terhadap berbagai jenis bencana geologi. Salah satu bencana geologi yang sering terjadi adalah erupsi gunungapi. Gunung Sinabung merupakan gunungapi yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Gunungapi ini telah mengalami letusan pada tahun 2010, menyemburkan abu vulkanik hingga menyebabkan kerusakan terhadap tutupan lahan yang berada di area letusan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Payung, Naman Teran, Tiganderket, Merdeka, dan Simpang Empat. Data yang digunakan adalah Citra Landsat 5 TM tahun 2009 dan 2011. Identifikasi tutupan lahan dilakukan dengan metode Supervised Maximum Likelihood Classification. Hasil analisis menunjukkan adanya perubahan tutupan lahan pada tahun 2009-2011, yaitu hutan berkurang 1,6%, bangunan bertambah 0,2%, kebun bertambah 9,0%, semak berkurang 6,8%, dan sawah berkurang 0,2%.Kata kunci: perubahan tutupan lahan, supervised maximum likelihood classification, citra Landsat 5 TMABSTRACTIndonesia is a vulnerable country to various types of geological disasters. One of the frequent geological disasters is volcanic eruption. Mount Sinabung is a volcano located in Karo Regency, North Sumatera. This volcano has erupted in 2010, spewing volcanic ash which caused damage to land cover in the eruption area. The purpose of this study is to identify land cover changes in Payung, Naman Teran, Tiganderket, Merdeka, and Simpang Empat Districts. The data used are Landsat 5 TM imagery in 2009 and 2011. Identification of land cover is carried out using the Supervised Maximum Likelihood Classification method. The results of the analysis show that there was a change in land cover in 2009-2011, ie forest decreased by 1.6%, building increased by 0.2%, farm increased by 9.0%, bush decreased by 6.8%, and rice field decreased by 0.2%.Keywords: land cover change, supervised maximum likelihood classification, Landsat 5 TM imageryABSTRAK


2020 ◽  
Vol 2019 (1) ◽  
Author(s):  
Radea Adlin Primawan ◽  
Indrianawati Indrianawati

ABSTRAKProvinsi Jawa Barat memiliki tiga komoditas perkebunan, yaitu komoditas strategis, prospektif, dan unggulan spesifik lokal. Untuk mengoptimalkan potensi sumber daya perkebunan, diperlukan analisis kesesuaian lahan agar dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan komoditas perkebunan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi sebaran wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan sumber daya perkebunan untuk komoditas prospektif di Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode scoring. Data yang digunakan sebagai parameter kesesuaian lahan, meliputi temperatur, curah hujan, lereng, drainase tanah, tekstur tanah, dan jenis tanah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 tanaman dari 12 jenis tanaman sumber daya perkebunan komoditas prospektif yang masih dapat rekomendasikan lahannya, meliputi kemiri sunan (40.617,75 ha) yang tersebar di 10 kabupaten/kota, lada (2.828,71 ha) yang tersebar di 4 kabupaten/kota, kayu manis (177,36 ha) yang tersebar di 4 kabupaten/kota, kemiri (40.617,75 ha) yang tersebar di 10 kabupaten/kota, dan panili (674,21 ha) yang tersebar di 5 kabupaten/kota. Luas lahan perkebunan yang direkomendasikan tersebut secara kualitatif diketahui mengalami penurunan setelah dilakukan validasi terhadap tutupan lahan terbaru (interpretasi citra dengan google earth).Kata kunci: perkebunan, komoditas prospektif, Provinsi Jawa BaratABSTRACTWest Java Province has three commodities, those are strategic commodities, prospective commodities, and superior local specific commodities. To optimize the potential of plantation resources, the analysis of the potential of land suitability is required in order to know the level of land suitability of certain plantation commodities. This research intends to analyze and evaluate the area that can served as land resources for prospective commodities plantation in West Java Province with a scoring method. The data used as land suitability parameters are temperature, rainfall, slope, soil drainage, soil texture, and soil type. The results showed that there are 5 plants from 12 types of plantation resources of prospective commodities that the land could still be recommended, which are sunan candlenut (40617.75 ha) scattered in 10 regency/city, pepper (2828.71 ha) scattered in 4 regency/city, cinnamon (177.36 ha) scattered in 4 regency/city, candlenut (40617.75 ha) scattered in 10 regency/city, and vanilla scattered in 5 regency/city. The recommended plantation area decreased qualitatively after validation of the latest land cover (image interpretation with google earth).Keywords: plantation, prospective commodities, West Java Province


2019 ◽  
Vol 2019 (1) ◽  
Author(s):  
Agung Pandi Nugroho ◽  
Nirmawana Simarmata ◽  
Irdam Adil

AbstrakPasang surut adalah fenomena naik turunnya muka air. Pasut dapat diukur dengan berbagai macam metode, baik manual maupu otomatis. Pengukuran otomatis dengan menggunakan alat pengukur pasut, khususnya untuk pengukuran jangka panjang dinilai relatif lebih berbiaya rendah dibandingkan dengan pengukuran manual, akan tetapi alat pengukur pasut otomatis hampir semuanya memiliki harga yang relatif mahal sehingga diperlukan peralatan yang lebih terjangkau dan andal. Pengembangan sistem automatic water level recorder (AWLR) berbasis gelombang akustik dilakukan dengan membangun dan merancang sistem perangkat lunak maupun perangkat keras alat dengan berbasiskan perangkat open source Arduino. Alat yang dihasilkan dapat mengukur dengan baik di skala laboratorium maupun lapangan. Pengukuran skala lapangan menunjukkan RMSE 36,6 cm di daerah terpencil dan RMSE 11 cm untuk daerah yang memungkinkan alat dipasang dengan stabil.Kata Kunci : AWLR, pengukur pasut otomatis, skala lapangan, skala laboratorium.AbstractTides were phenomenon of  rising water levels. Tides could be measured by various methods, manual or automatic way. Measurements using automatic tide gauges, especially for long-term measurements, usually needed lower cost compared to manual ones, but in facts automatic tide gauges were relatively more expensive prices, so it was worthy to develop the reliable equipment with lower cost. This automatic water level recorder (AWLR) system using acoustic waves was developed by building and designing a software and hardware system based on an open source device named Arduino. The builded equipment had could reached well level in scales, laboratory or field scales. Field scale measurements showed that RMSE in outlying areas reached 36.6 centimeters and could be better for areas where tide gauges could be installed stably (11 centimeters).Keywords: AWLR, automatic tide gauges, field scale, laboratory scale


2019 ◽  
Vol 2019 (1) ◽  
Author(s):  
Efrila Aji Ratnawati ◽  
Henri Kuncoro

AbstrakGNSS berkembang dengan pesat seiring berkembangnya zaman. Dominasi dari receiver GNSS tipe geodetik memiliki kekurangan, yaitu terkait permasalahan biaya (cost issue) yang tinggi. Permasalahan biaya tersebut dapat diatasi dengan pengembangan Original Equipment Manufacturer boards (OEM-boards) yang memerlukan biaya murah untuk menjadi modul GNSS yang bisa digunakan untuk pengukuran RTK-NTRIP. Penelitian ini bertujuan menguji tingkat kepresisian dari modul GNSS murah dual frequency untuk pengukuran metode RTK-NTRIP dengan panjang baseline 0,1 km, 2 km, 10 km, dan 20 km. Pengukuran dilakukan berdasarkan New International Standard ISO 17123-8:2015 yang terdiri dalam  tiga tahap, yaitu pengukuran menggunakan receiver GPS geodetik metode statik, pengukuran menggunakan modul GNSS murah dual frequency, dan pengukuran menggunakan receiver geodetik metode RTK-NTRIP. Kepresisian  ditentukan berdasarkan simpangan baku horizontal dan vertikal, diuji menggunakan Simplified Test Procedure. Tingkat kepresisian yang dihasilkan modul GNSS murah tergolong tinggi, untuk komponen horizontal berkisar antara 8 mm s.d. 3 cm dan vertikal antara 7 mm s.d. 3 dm. Nilai kepresisian horizontal telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh New International Standard ISO 17123-8:2015, sedangkan komponen vertikal tingkat kepresisiannya terbatas pada baseline kurang dari 10 km.Kata kunci: Panjang baseline, modul GNSS murah; tingkat kepresisianAbstractGNSS was a technology that grows rapidly. Unfortunately, most of geodetic GNSS receivers had disadvantages related to the cost issue. Original Equipment Manufacturer boards (OEM-boards) could be developed as low cost GNSS modules which is used for RTK-NTRIP measurements to overcome the cost problem. This research was objected to  measure the level of  precision from dual-frequency GNSS modules of the RTK-NTRIP method, tested on baselines with 0.1 km, 2 km, 10 km, and 20 km length Based on New International Standard ISO 17123-8: 2015 measurements were established with three stages, static measurement with geodetic GPS receiver, measurement with cheap dual-frequency GNSS modules, and RTK-NTRIP measurements with geodetic GPS receiver. Precision was determined based on horizontal and vertical standard deviation and tested using the Simplified Test Procedure. It was founded that low cost GNSS modules could achieved the the high-level precision, 8 mm to 3 cm for horizontal component and 7 mm to 3 dm for the vertical. Horizontal precision had reached the New International Standard ISO 17123-8: 2015, while the vertical precision still could be reached the standard with limitation, i.e. for baselines with less 10 kilometers length.Keywords: baseline length, low cost GNSS modules, level of precision


2019 ◽  
Vol 2018 (1) ◽  
Author(s):  
Muhammad Biana Ravenska ◽  
Ni Made Rai Ratih Cahya Perbani

ABSTRAKLapangan Bekapai merupakan salah satu lapangan minyak yang memproduksi dan mendistribusikan minyak dan gas alam lewat pipa bawah laut. Untuk itu perlu dilakukan inspeksi secara berkala untuk meminimalkan terjadinya hazard baik yang berasal dari proses instalasi maupun dari proses operasi, di antaranya berupa free span. Penelitian ini menggunakan data multibeam echosounder (MBES) untuk mendapatkan data panjang dan posisi free span, sedangkan data side scan sonar (SSS) untuk interpretasi objek pipa dan perkiraan tinggi free span. Profil yang dibangun dari data MBES digunakan untuk memastikan adanya cekungan pada lokasi free span yang terdeteksi. Kriteria identifikasi hazard berupa free span pada jalur pipa bawah laut menggunakan DNV RP F-105 dengan panjang dan tinggi maksimum yang diperbolehkan adalah 14 meter dan 0,6 meter. Free span maksimum yang terdeteksi di lokasi penelitian memiliki panjang 9,2 meter dan tinggi 0,24 meter, yang masih dikategorikan aman atau tidak terjadi hazard pada pipa bawah laut di lokasi penelitian.Kata kunci: free span, multibeam echosounder, side scan sonar ABSTRACTBekapai Field has been known as one of the oil fields which produce and transport oil and natural gas through the subsea pipelines. It becomes so important to inspect periodically for minimizing the coming out of hazards, either during installation or operation process. One of the hazards is a free span. This research uses multibeam echosounder (MBES) data to specify the length and the position of free span, while side scan sonar (SSS) data is used to interpret the object of pipeline and to estimate the height of free span. Profiles that are builded from MBES data are used to ascertain the existence of a basin under the detected free span. DNV RP F-105 as the criteria of hazard identification for free span requires the maximum of length and height be allowed are 14 meters and 0.16 meters. The maximum free span detected at the research area has 9.2 meters length and 0.24 meters height, thus it can be stated as a safe condition category or there is no subsea pipelines hazards at the research area.Keywords: free span, multibeam echosounder, side scan sonar


2019 ◽  
Vol 2018 (1) ◽  
Author(s):  
Annisa Farida ◽  
Ni Putu Praja Chintya ◽  
Wahyu Marta Mutiarasari

ABSTRAKESRI Story map merupakan cara untuk memvisualisasikan peta dan data nonspasial pada aplikasi web tingkat lanjut. Contoh data nonspasial adalah teks narasi, gambar, dan konten multimedia. Salah satu peta cerita yang paling populer adalah peta cerita dalam bentuk jurnal. Peta cerita format jurnal menyajikan lokasi secara visual yang ditambahkan dengan data nonspasial. Makalah ini menyajikan cerita melalui ESRI story map untuk memvisualisasikan bangunan peninggalan Belanda di Kotabaru, Kota Yogyakarta. Bangunan peninggalan Belanda disebut juga sebagai bangunan heritage. Jumlah bangunan Heritage di Kotabaru saat ini menurun karena adanya pertumbuhan ekonomi di Kota Yogyakarta yang mengakibatkan beberapa bangunan heritage berubah menjadi bangunan modern. Jurnal ini menyajikan informasi tentang lokasi bangunan heritage yang disertai narasi sejarahnya sebagai salah satu upaya melestarikan bangunan bersejarah.Kata kunci: Bangunan peninggalan Belanda, peta cerita, spasial, heritage ABSTRACTESRI story map is an advance way to visualize maps with nonspatial data in a web application. Examples of nonspatial data are narrative text, images, and multimedia context. The most popular story map is story map journal. The story map journal shows nonspatial and the location of the story visually. We made story maps using ESRI story map to visualize Dutch heritage buildings in Kotabaru, Yogyakarta Province. Dutch heritage buildings are known as heritage buildings. Now, the number of heritage building is decreasing. This is due to economic growth in Yogyakarta. There are some significant changes in this area. Some heritage buildings are transformed into modern buildings. This paper presents the location information of heritage buildings along with its historical narrative as one of efforts to preserve the historical buildings.Keywords: Dutch heritage buildings, story map, spatial, heritage


2019 ◽  
Vol 2018 (1) ◽  
Author(s):  
Hary Nugroho ◽  
Mohamad Farhan Fadhilah

ABSTRAKPertambahan jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan energi. Sumber energi dari fosil semakin hari semakin menipis sehingga perlu ada upaya pencarian energi terbarukan. Salah satu potensi energi terbarukan yang banyak tersebar di Indonesia adalah energi panas bumi. Indonesia memiliki 40% potensi energi panas bumi dunia. Umumnya daerah prospek panas bumi berada pada daerah vulkanik yang dikelilingi oleh vegetasi rapat. Salah satu cara untuk mengetahui lokasinya adalah menggunakan metode pengindraan jauh. Teknologi pengindraan jauh ini dapat digunakan pada tahap awal identifikasi yang selanjutnya dapat didalami menggunakan teknik geofisika dan geokimia. Citra pengindraan jauh yang digunakan dilakukan analisis melalui suhu kecerahan atau brightness temperature untuk selanjutnya diintegrasikan dengan data kelurusan, struktur geologi, dan manifestasi panas bumi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah prospek panas bumi terletak di kawasan Gunung Papandayan yang mencakup Desa Sirnajaya, Karamatwangi, Cisurupan, Cisero, Cidatar, Sukatani, Cipaganti, dan Sukawargi. Daerah prospek terletak di dataran tinggi dengan suhu kecerahan yang beragam antara 12,8°C-42,8°C.Kata kunci: panas bumi, pengindraan jauh, suhu kecerahan, manifestasiABSTRACTPopulation growth has resulted in increased energy demand. Energy sources from fossils will soon run out, so we need renewable alternative energy sources. One of the potential renewable energy that is widely spread in Indonesia is geothermal energy. Indonesia has 40% of the world's geothermal energy potential. Generally, geothermal prospect areas are in volcanic areas surrounded by dense vegetation. How to find out the location, one of which is the application of remote sensing methods. This remote sensing technology can be used at the initial stage of identification which can then be explored using geophysical and geochemical techniques. The image was processed and analyzed to obtain brightness temperature. These results were then integrated with geological structure, and geothermal manifestations. The prospect area obtained is located in the area of Mount Papandayan which includes the villages of Sirnajaya, Karamatwangi, Cisurupan, Cisero, Cidatar, Sukatani, Cipaganti, and Sukawargi. This region is located in the highlands with brightness temperature varying between 12.8°C-42.8°C.Keywords: geothermal, remote sensing, brightness temperature, manifestation


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document