scholarly journals ANALISIS KINERJA GUDANG DENGAN PENDEKATAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Qurtubi Abdul Jalal ◽  
Wihdah Safitri

Perkembangan industri yang sangat cepat mengharuskan perusahaan mampu mengelola internalnya supaya tidak kalah dari perusahaan kompetitor. Di antara masalah utama dalam pengelolaan internal perusahaan adalah manajemen pergudangan. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja dari gudang PT XYZ dan mengetahui faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap kinerja gudang perusahaan, serta mengetahui apakah gudang tersebut menguntungkan atau merugikan perusahaan. PT XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan usaha eksploitasi dan produksi minyak dan gas. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja adalah KPI warehouse, sebuah ukuran berskala dan kuantitatif. Untuk mengetahui variabel mana yang berperan penting dalam peningkatan performansi gudang, menggunakan variabel key performance indicator yaitu receiving, put-away, storage, order picking dan shipping dengan metode AHP. Hasilnya menunjukkan score terendah pada fungsi shipping dengan score KPI sebesar 301. Hal ini disebabkan faktor utilization, yaitu pada saat material kategori A yakni tawas, kaporit, oxygen dan accetylene masing-masing dikirim ke user, pengiriman hanya berkuantitas sehingga area luas pengiriman banyak yang kosong dan mengakibatkan pemborosan pada proses pengiriman.

ARIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 88-93
Author(s):  
Andi Nurwahidah ◽  
Ahmad Sawal ◽  
Mulyadi Mulyadi ◽  
Mohammad Thezar Afifudin ◽  
Hasmita Sari

Pada penelitian ini didapatkan adanya beberapa permasalahan khususnya di bagian gudang sparepart yakni sering terjadi keterlambatan sparepart, tidak adanya supplier tetap dan tidak adanya penilaian kinerja karyawan gudang yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kinerja karyawan yang ada di PT.XYZ. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan gudang sparepart dengan menggunakan pendekatan KPI (Key Performance Indictor) dan AHP (Analitical Hierarchy Process). Pengolahan data dengan menggunakan metode Key Performance Indicator (KPI) dan Analitical Hierarchy Process (AHP). Hasil pengukuran kinerja karyawan di gudang sparepart PT. XYZ memiliki 7 KPI meliputi 5 perhitungan kebutuhan sparepart, 1 penyimpanan sparepart, dan 1 order picking. Dari hasil pembobotan kinerja didapatkan perhitungan kebutuhan sparepart yaitu akurasi perhitungan jumlah sparepart yang akan dipesan memiliki hasil bobot paling tinggi yaitu 0,27 dan yang paling rendah adalah hasil pembobotan dari pencatatan sprepart keluar/masuk dengan nilai sebesar 0,04 jadi dengan hasil tersebut perlu meningkatkan kinerja karyawan  gudang agar dapat mengembangkan produktivitas dari perusahaan itu sendiri.


2018 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Ratih Ardia Sari ◽  
Rahmi Yuniarti ◽  
Farida Risqi Nur Safitri

Performance measurement is done to measure the achievement of the company. Performance is made to know the company is reaching its target. In this research, the company's performance in the field of electrical contractor is measured. Key Performance Indicator (KPI) used from the perspective of the organization, process, and staff. Weighting KPI using Analytical Hierarchy Process. Objective Matrix and Traffic Light System are used for the scoring system. The results showed that from 23 KPI got 9 KPI is in the red zone, 10 in the yellow zone and the rest in the green zone. From these results then the company needs improvement to improve performance.


JUMINTEN ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (5) ◽  
pp. 109-120
Author(s):  
Muhammad Trisyadi Waluya Jati ◽  
Dira Ernawati ◽  
Nur Rahmawati

Kinerja adalah suatu aspek yang bisa diukur sebagai acuan dan harapan bagi instansi, organisasi dan perusahaan. DI PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur dan beberapa tahun ini perusahaan mengalami beberapa permasalahan pada proses rantai pasok, mulai dari keterlambatan pengiriman ke beberapa toko material, produk cacat, dan menumpuknya stok yang ada di gudang. Itu bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu, proses pegiriman produk, proses produksi, SDM (sumber daya manusia) dan proses yang ada kaitannya dengan supply chain mulai dari proses awal sampai akhir pengiriman. Oleh karena itu perlunya analisis kinerja perusahaan di bagian beberapa departemen yang berhubungan dengan rantai pasok dan dianalisa untuk mengetahui kinerja pada proses supply chain. Metode penelitian yang digunakan ialah SCOR model (Supply chain Operation Reference) dan AHP (Analitical hierarchy process) dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja rantai pasok dan diperlukan key performance indicator (KPI) yang spesifik agar jadi acuan yang jelas dalam mengukur rantai pasok. Berdasarkan perhitungan dari SCOR model diperoleh nilai masing–masing attribut yaitu: Reliability dengan nilai 17,39, Responsiveness 22.98, Agility 11,76, Cost 7,15 dan Asset Management dengan nilai 7,16. Total nilai Performansi SCOR yang didapatkan perusahaan berada pada kategori Average dengan nilai 66,44.


Jurnal PASTI ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Bismar Maulani ◽  
Sawarni Hasibuan

Pelarangan beroperasinya industri asbes di beberapa Negara Barat menyebabkan perlunya perusahaan-perusahaan asbes mendisain ulang system manajemen kinerjanya yang mengintegrasikan aspek safety yang lebih ketat.  Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard yang diintegrasikan dengan safety pada kasus perusahaan atap asbestos di Indonesia. Langkah dalam melakukan penelitian ini adalah identifikasi sasaran strategis, identifikasi key performance indicator (KPI), merancang safety balanced scorecard, dan melakukan pengukuran kinerja. Pembobotan KPI dilakukan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP).  Hasil rancangan safety balanced scorecard menghasilkan bobot sebesar 34,6% untuk perspektif learning & growth, 32% untuk perspektif internal business process, 19,2% untuk perspektif customer, dan 14,2% untuk perspektif financial.  Hasil pengukuran kinerja perusahaan asbestos menunjukkan skor kinerja tertinggi pada internal business process dengan skor 1,233, disusul learning & growth dengan skor 1,180, customer dengan skor 0,685, dan financial dengan skor 0,470. Hasil pengukuran total kinerja pada empat perspektif tersebut sebesar 3,567 yang menunjukkan bahwa kinerja safety BSC perusahaan atap asbestos masuk dalam kategori cukup.


2018 ◽  
Vol 154 ◽  
pp. 01058
Author(s):  
Elisa Kusrini ◽  
Fadrizal Novendri ◽  
Vembri Noor Helia

Warehouse performance measurement is needed to improve performance of logistics system. In order to improve warehouse performance, it is necessary to identify Key Performance Indicator (KPI). Different warehouses have different KPI, therefore this research aims to identify the most important KPI of warehouse so that warehouse manager can determine corrective actions in their warehouse efficiently and effectively. In this research, 25 KPI of warehouse are identified in five warehouse activities based on Frazelle model. The most important KPI are then determined in each warehouse activity using Analytical Hierarchy Process (AHP). Warehouse performance are measured and final score is determined using SNORM. Improvement steps are proposed base on benchmarking among warehouses. Warehouse performance measurement is conducted in 5 construction’s material warehouses located in Yogyakarta, Indonesia. From this study, it is found that most important KPI for receiving is productivity (receive per man-hour), KPI for put away is cycle time (put away cycle time), KPI for storage is utilization (% location and cube occupied), KPI for order picking is cycle time (order picking cycle time) and KPI for shipping is productivity (order prepared for shipment per man-hour). Improving warehouse performance could be done by comparing warehouse performance with the best performance among peer group.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Joko Hardono

Pengukuran kinerja Supply Chain PT. XYZ hanya melihat dari produktivitas perusahaan. Produktivitas hanya mampu mengukur kinerja proses internal, pada proses internal dalam satu hubungan rantai pasok. Perusahaan perlu merancang model pengukuran kinerja supply chain secara keseluruhan dan terintegrasi dalam suatu hubungan kausal, mulai dari pemasok, proses internal kepada pelanggan, untuk mengetahui efektivitas perusahaan rantai pasokan. balanced scorecard memenuhi perspektif yang diperlukan. Model balanced scorecard digunakan sebagai kerangka kerja untuk merancang Key Performance Indicator (KPI) dari kinerja supply chain PT. XYZ. KPI adalah desain berdasarkan 4 perspektif, yaitu: proses internal, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan dan perspektif keuangan. Pembobotan untuk menentukan prioritas antara perspektif dan KPI dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari analisis dihasilkan 20 KPI. perspektif proses internal yang berisi 9 KPI dengan berat total 21,0%, perspektif pelanggan berisi 6 KPI dengan berat total 42,6%, Belajar dan perspektif pertumbuhan berisi 4 KPI dengan berat total 17,5%, perspektif Pemegang Saham mengandung 1 KPI dengan total berat 19,0. Kata kunci: Key Performance Indicator, Supply Chain, Balanced Scorecard, Analytical Hierarchy proceses


Author(s):  
Misra Hartati Hartati

PT. Asia Forestama Raya (AFR) adalah perusahaan yang memproduksi plywood (kayu lapis). Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan antara lain, keterlambatan bahan baku, jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan permintaan, dan keterlambatan pengiriman produk. Dengan permasalahan yang terjadi di sepanjang aliran supply chain perlu dilakukan pengukuran kinerja aliran supply chain menggunakan metode Supply chain Operation Reference (SCOR). Pengukuran dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu identifikasi matrik SCOR, verifikasi Key Performance Indicator (KPI) dengan menyebarkan kuesioner indikator, perhitungan nilai normalisasi (skor), pembobotan KPI menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menyebarkan kuesioner AHP. Nilai kinerja aliran supply chain yang didapatkan adalah 73,33 dengan kategori Good, dimana kinerja terendah terdapat pada proses source yaitu 69,29 dengan kategori Average.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Okianadila Safira Widodo ◽  
Wahyuda Wahyuda ◽  
Yudi Sukmono

Sistem tenaga listrik di Kalimantan Timur terdiri dari 3 sistem yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi. Konsumsi listrik di wilayah Kalimantan sejak tahun 2017 hingga 2018 meningkat sebesar 21,29% sehingga terdapat perubahan pembebanan listrik pada sistem pembangkit. Unit Pelaksana Pengendalian dan Pembangkitan (UPDK) Mahakam belum mempunyai KPI yang fokus pada supply chain listrik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui indikator kinerja supply chain dengan merancang KPI, mengetahui kondisi kinerja supply chain, dan KPI yang tidak mencapai target. Metode yang digunakan yaitu SCOR (Supply Chain Operations Reference) 11,0, AHP (Analtycal Hierarchy Process), OMAX (Objective Matrix), dan TLS (Traffic Light System). Terdapat 28 aktivitas yang mempengaruhi kinerja supply chain dan 52 rancangan Key Performance Indicator (KPI) dari penjabaran 28 aktivitas yaitu 19 KPI plan, 9 KPI source, 7 KPI make, 2 KPI deliver, 1 KPI return, dan 14 KPI enable. Proses plan memiliki bobot tertinggi dan return menjadi bobot terendah. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan kondisi kinerja meningkat dari periode sebelumnya. Terdapat 5 KPI yang tidak mencapai target UPDK Mahakam dan memerlukan perbaikan.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 40-55
Author(s):  
Bambang Setiawan ◽  
Hasbulah

ABSTRAK – Performance Prism telah diimplemetasikan pada berbagai bidang usaha, karena termasuk metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara menyeluruh. Oleh karena itu, kajian literatur secara sistematis diperlukan, untuk memberi informasi kepada penelitian-penelitian selanjutnya mengenai implementasi Performance Prism yang telah dilakukan. Literatur yang diidentifikasi meliputi 36 jurnal nasional dan 4 jurnal internasional dari Indonesia, dengan rentang publikasi dari tahun 2011 hingga 2020. Implementasi Performance Prism yang ditemukan, didominasi pada Industri makanan, apparel, dan bahan konstruksi, serta jasa penyedia air baku dan pelayanan kesehatan. Selain itu, Performance Prism diimplemetasikan pula pada Lembaga pendidikan yaitu Sekolah Menengah Pertama dan Perguruan Tinggi. Implementasi Performance Prism dalam literatur yang ditemukan, diintegrasikan dengan 4 metode lain yang dominan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP), Objective Matrix (OMAX), Traffic Light System (TLS), serta Strengths, Weaknesses, Opportunities, & Threats (SWOT). Manfaat implementasi Performance Prism dari literatur yang ditemukan, terdiri dari pengukuran tingkat kepentingan perspektif stakeholder dan performance indicator, serta penentuan Key Performance Indicator dan pengukuran kinerja perusahaan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document