scholarly journals Implementasi Metode Performance Prism Pada Berbagai Bidang: Kajian Literatur

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 40-55
Author(s):  
Bambang Setiawan ◽  
Hasbulah

ABSTRAK – Performance Prism telah diimplemetasikan pada berbagai bidang usaha, karena termasuk metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara menyeluruh. Oleh karena itu, kajian literatur secara sistematis diperlukan, untuk memberi informasi kepada penelitian-penelitian selanjutnya mengenai implementasi Performance Prism yang telah dilakukan. Literatur yang diidentifikasi meliputi 36 jurnal nasional dan 4 jurnal internasional dari Indonesia, dengan rentang publikasi dari tahun 2011 hingga 2020. Implementasi Performance Prism yang ditemukan, didominasi pada Industri makanan, apparel, dan bahan konstruksi, serta jasa penyedia air baku dan pelayanan kesehatan. Selain itu, Performance Prism diimplemetasikan pula pada Lembaga pendidikan yaitu Sekolah Menengah Pertama dan Perguruan Tinggi. Implementasi Performance Prism dalam literatur yang ditemukan, diintegrasikan dengan 4 metode lain yang dominan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP), Objective Matrix (OMAX), Traffic Light System (TLS), serta Strengths, Weaknesses, Opportunities, & Threats (SWOT). Manfaat implementasi Performance Prism dari literatur yang ditemukan, terdiri dari pengukuran tingkat kepentingan perspektif stakeholder dan performance indicator, serta penentuan Key Performance Indicator dan pengukuran kinerja perusahaan.

2018 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Ratih Ardia Sari ◽  
Rahmi Yuniarti ◽  
Farida Risqi Nur Safitri

Performance measurement is done to measure the achievement of the company. Performance is made to know the company is reaching its target. In this research, the company's performance in the field of electrical contractor is measured. Key Performance Indicator (KPI) used from the perspective of the organization, process, and staff. Weighting KPI using Analytical Hierarchy Process. Objective Matrix and Traffic Light System are used for the scoring system. The results showed that from 23 KPI got 9 KPI is in the red zone, 10 in the yellow zone and the rest in the green zone. From these results then the company needs improvement to improve performance.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Okianadila Safira Widodo ◽  
Wahyuda Wahyuda ◽  
Yudi Sukmono

Sistem tenaga listrik di Kalimantan Timur terdiri dari 3 sistem yaitu pembangkitan, penyaluran, dan distribusi. Konsumsi listrik di wilayah Kalimantan sejak tahun 2017 hingga 2018 meningkat sebesar 21,29% sehingga terdapat perubahan pembebanan listrik pada sistem pembangkit. Unit Pelaksana Pengendalian dan Pembangkitan (UPDK) Mahakam belum mempunyai KPI yang fokus pada supply chain listrik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui indikator kinerja supply chain dengan merancang KPI, mengetahui kondisi kinerja supply chain, dan KPI yang tidak mencapai target. Metode yang digunakan yaitu SCOR (Supply Chain Operations Reference) 11,0, AHP (Analtycal Hierarchy Process), OMAX (Objective Matrix), dan TLS (Traffic Light System). Terdapat 28 aktivitas yang mempengaruhi kinerja supply chain dan 52 rancangan Key Performance Indicator (KPI) dari penjabaran 28 aktivitas yaitu 19 KPI plan, 9 KPI source, 7 KPI make, 2 KPI deliver, 1 KPI return, dan 14 KPI enable. Proses plan memiliki bobot tertinggi dan return menjadi bobot terendah. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan kondisi kinerja meningkat dari periode sebelumnya. Terdapat 5 KPI yang tidak mencapai target UPDK Mahakam dan memerlukan perbaikan.


2018 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Ratih Ardia Sari ◽  
Rahmi Yuniarti ◽  
Farida Risqi Nur Safitri

Performance measurement is done to measure the achievement of the company. Performance is made to know the company is reaching its target. In this research, the company's performance in the field of electrical contractor is measured. Key Performance Indicator (KPI) used from the perspective of the organization, process, and staff. Weighting KPI using Analytical Hierarchy Process. Objective Matrix and Traffic Light System are used for the scoring system. The results showed that from 23 KPI got 9 KPI is in the red zone, 10 in the yellow zone and the rest in the green zone. From these results then the company needs improvement to improve performance.


Jurnal PASTI ◽  
2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Bismar Maulani ◽  
Sawarni Hasibuan

Pelarangan beroperasinya industri asbes di beberapa Negara Barat menyebabkan perlunya perusahaan-perusahaan asbes mendisain ulang system manajemen kinerjanya yang mengintegrasikan aspek safety yang lebih ketat.  Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard yang diintegrasikan dengan safety pada kasus perusahaan atap asbestos di Indonesia. Langkah dalam melakukan penelitian ini adalah identifikasi sasaran strategis, identifikasi key performance indicator (KPI), merancang safety balanced scorecard, dan melakukan pengukuran kinerja. Pembobotan KPI dilakukan dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP).  Hasil rancangan safety balanced scorecard menghasilkan bobot sebesar 34,6% untuk perspektif learning & growth, 32% untuk perspektif internal business process, 19,2% untuk perspektif customer, dan 14,2% untuk perspektif financial.  Hasil pengukuran kinerja perusahaan asbestos menunjukkan skor kinerja tertinggi pada internal business process dengan skor 1,233, disusul learning & growth dengan skor 1,180, customer dengan skor 0,685, dan financial dengan skor 0,470. Hasil pengukuran total kinerja pada empat perspektif tersebut sebesar 3,567 yang menunjukkan bahwa kinerja safety BSC perusahaan atap asbestos masuk dalam kategori cukup.


2018 ◽  
Vol 154 ◽  
pp. 01054
Author(s):  
Irwan Sukendar ◽  
Nurwidiana ◽  
Diah Nurul Hidayati

This study focuses on researching the implementation of supply chain management in supplier performance measurement using Analytical Hierarchy Process (AHP) Objective Matrix (OMAX) and Traffic Light System. The method used consisted of several stages: Identification stage of criteria variable and subcriteria variable, designing hierarchy AHP structure, calculating the weight of each criterion and subcriteria, supplier performance appraisal using OMAX method, calculating the total value of each supplier perfomance and identifying the performance of each supplier Using color indicator from Traffic Light System. Based on the results of the research, it can be seen that 9 out of 10 suppliers that are considered have a good performance while 1 supplier has a performance under the target.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Joko Hardono

Pengukuran kinerja Supply Chain PT. XYZ hanya melihat dari produktivitas perusahaan. Produktivitas hanya mampu mengukur kinerja proses internal, pada proses internal dalam satu hubungan rantai pasok. Perusahaan perlu merancang model pengukuran kinerja supply chain secara keseluruhan dan terintegrasi dalam suatu hubungan kausal, mulai dari pemasok, proses internal kepada pelanggan, untuk mengetahui efektivitas perusahaan rantai pasokan. balanced scorecard memenuhi perspektif yang diperlukan. Model balanced scorecard digunakan sebagai kerangka kerja untuk merancang Key Performance Indicator (KPI) dari kinerja supply chain PT. XYZ. KPI adalah desain berdasarkan 4 perspektif, yaitu: proses internal, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan dan perspektif keuangan. Pembobotan untuk menentukan prioritas antara perspektif dan KPI dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari analisis dihasilkan 20 KPI. perspektif proses internal yang berisi 9 KPI dengan berat total 21,0%, perspektif pelanggan berisi 6 KPI dengan berat total 42,6%, Belajar dan perspektif pertumbuhan berisi 4 KPI dengan berat total 17,5%, perspektif Pemegang Saham mengandung 1 KPI dengan total berat 19,0. Kata kunci: Key Performance Indicator, Supply Chain, Balanced Scorecard, Analytical Hierarchy proceses


Author(s):  
Misra Hartati Hartati

PT. Asia Forestama Raya (AFR) adalah perusahaan yang memproduksi plywood (kayu lapis). Permasalahan yang sering dihadapi perusahaan antara lain, keterlambatan bahan baku, jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan permintaan, dan keterlambatan pengiriman produk. Dengan permasalahan yang terjadi di sepanjang aliran supply chain perlu dilakukan pengukuran kinerja aliran supply chain menggunakan metode Supply chain Operation Reference (SCOR). Pengukuran dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu identifikasi matrik SCOR, verifikasi Key Performance Indicator (KPI) dengan menyebarkan kuesioner indikator, perhitungan nilai normalisasi (skor), pembobotan KPI menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menyebarkan kuesioner AHP. Nilai kinerja aliran supply chain yang didapatkan adalah 73,33 dengan kategori Good, dimana kinerja terendah terdapat pada proses source yaitu 69,29 dengan kategori Average.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Santos Santos

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembobotan perspektif Balanced Scorecard (BSC) menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP), untuk mengetahui pengukuran kinerja berdasarkan skor dari perspektif BSC, danuntuk mengetahui apakah indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidakberdasarkan Traffic Light System pada PT. Indo-Rama Synthetics Tbk.Jenis penelitian adalah deskriptif dan periode penelitian dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2018. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada manajer, karyawan dan pelanggan. Alat analisis yang digunakan adalah BSC dan AHP dengan software Expert Choice 11. Hasil penelitian menunjukkan hasil pembobotan menggunakan AHP, perspektif pelanggan dan finansial adalah perspektif kunci yang sangat mendorong kinerja PT. Indo-Rama Synthetics Tbk., selain itu, kualitas layanan, dukungan pelanggan, rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan penguasaan pasar adalah lima kriteria pertama untuk evaluasi kinerja PT. Indo-Rama Synthetics Tbk. Berdasarkan skor dari perspektif BSC, perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal memiliki kinerja baik, sedangkan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja sedang. Berdasarkan traffic light system, secara keseluruhan indeks total kinerja PT. Indo-Rama Synthetics Tbk. memiliki warna hijau, artinya perusahaan telah mencapai kinerja yang diharapkan, namundari sisi strategy objective fasilitas pendukung masih berwarna merah, hal ini menunjukan kinerja yang sangat buruk, olehkarena itu pihak perusahaan harus sesegera mungkin memperbaiki.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Fatimah Dian Ekawati

Pengukuran kinerja digunakan secara luas oleh unit-unit bisnis dan industri  untuk mengakses kemajuan atau progres dari rancangan tujuan dan sasaran secara kuantitatif untuk mencapai keefektifan dan efisiensinya. Pengukuran kinerja memberikan informasi yang dibutuhkan manajemen untuk pengambilan keputusan yang efektif. Pengukuran kinerja maintenance menjadi elemen penting dari pemikiran strategis bagi pemilik aset dan pengelola aset. Maintenance Scorecard adalah suatu pendekatan yang didesain untuk membantu dalam pembuatan dan pengimplementasian strategi dalam pengelolaan aset-aset perusahaan, diaplikasikan melalui suatu hirarki tujuan atau pendekatan yang terstruktur melalui tiga level fundamental yaitu corporate, strategic dan functional. MSC melalui tiap indikator yang kuantitatif dalam tiap level perusahaan mengukur performa dalam asset management tentang apa yang dilakukan, bagaimana kinerja selama ini dan bagaimana performa setiap tindakan yang sudah dilakukan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Terdapat 6 perspektif pengukuran performa dalam Maintenance Scorecard yaitu productivity, cost effectiveness, safety, environmental dan learning perspective. Penelitian ini dilakukan untuk merancang Maintenance Scorecard pada PT. X sebagai perusahaan otomotif. Hasil rancangannya adalah adanya usulan hirarki indikator (KPI) dari setiap level perusahaan yang terbagi dalam tiap perspektif Maintenance Scorecard. Dari 6 perspektif pada MSC dihasilkan sebanyak 18 usulan indikator performa yang relevan, yang terbagi menjadi : 4 indikator productivity, 5 indikator cost effectiveness, 3 indikator safety, 2 indikator quality, 2 indikator environmental dan 2 indikator learning perspective. KPI yang dihasilkan dari rancangan Maintenance Scorecard kemudian dibobotkan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan software super decision. Keluaran dari software adalah urutan prioritas KPI.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 42-52
Author(s):  
Lamatinulu Lamatinulu

Penelitian ini bertujuan untuk menjustifikasi dan menetapkan bobot prioritas rumusan Key Performance Indicator (KPI) program studi terkait aspek Sumber Daya Manusia (SDM). Orientasi objek penelitian adalah program studi pada perguruan tinggi swasta di Sulawesi Selatan. Pendekatan metode yang digunaka adalah analisis statistik deskriptif, uji validitas, uji reliabilitas dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil uji validitas dan reliabilitas data menunjukkan bahwa semua data valid dan instrumen penelitian reliabel karena memiliki nilai alpha Cronbach 0,839 sehingga hasil pengumpulan data dapat dipercaya. Analisis statistik deskriftif nilai rata-rata menunjukkan hasil justifikasi bahwa nilai tingkat kepentingan 16 rumusan KPI adalah penting karena semua memiliki nilai rata-rata > 4,0. Hasil penetapan bobot prioritas KPI dapat diterima karena memiliki nilai Inconsistency Ratio < 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa nilai bobot skala prioritas indikator kinerja dapat menjadi rujukan dasar dalam menentukan nilai kinerja dan prioritas KPI dalam pengukuran kinerja Program Studi. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa KPI yang dapat memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai kinerja prodi adalah yang terkait dengan pengembangan kompetensi SDM melalui studi lanjut, pendidikan dan pelatihan, penerapan sistem penjaminan mutu dalam lingkup kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document