scholarly journals PERAN INOVASI DAN PENGUATAN DAYA SAING BISNIS DENGAN PENERAPAN LEAN SIX-SIGMA CONCEPT

2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 446
Author(s):  
Hari Supriyanto

ABSTRAKDinamika dan perkembangan ekonomi global dapat memberikan sinyal positif terhadap pentingnya peningkatan pemberdayaan dan daya saing produk di pasar. Dibutuhkan pemikiran untuk membangun keunggulan kompetitif, yang menjadi dasar bagi peningkatan produksi dan daya saing bisnis. Peningkatan produksi merupakan serangkaian aktifitas untuk membentuk produktifitas. Bila salah satu aktifitas produksi mengalami kegagalam maka akan berpengaruh pada kualitas dan kapasitas produksi. Kegagalan biasanya terindikasi dari waste/ pemborosan yang muncul di sepanjang value stream. Terdapat indikasi defect yang tinggi melebihi 10% di sortir dan packaging process. Permasalahan utama adalah adanya waste/ pemborosan yang mengakibatkan penurunan kualitas dan kapasitas produksi. Paper ini akan mengidentifikasi waste yang terjadi di proses produksi, mencari akar penyebab terjadinya waste, dan membangun alternatif solusi perbaikan.  Diperlukan pemikiran kreatif untuk dapat menaikkan efisiensi sumber daya dan daya saing bisnis di pasar. Metoda yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan adalah Lean six-sigma. Konsep ini menelusuri permasalahan inefisiensi dengan cara mencari nonvalue added activity dari munculnya waste di sepanjang value stream.  Kemunculan waste selanjutnya diidentifikasi lebih dalam dengan root cause analisys (RCA) dan failure mode and effects analysis (FMEA). Hasil akhir dari FMEA adalah risk priority number (RPN) yang menggambarkan prioritas atas mode resiko untuk dilakukan perbaikan. Dari hasil prioritas dirancang 3 alternatif perbaikan yaitu pelatihan operator, pembuatan SOP proses produksi, dan pelatihan karyawan quality control.   Dengan pendekatan net present value (NPV), maka diperoleh nilai NPV yang positif, artinya alternatif tersebut adalah layak untuk dijalankan. Alternatif ini meningkatkan nilai sigma dari sigma awal sebesar 2,80 menjadi 3,30. Kenaikan nilai sigma akan memberi indikasi adanya penurunan tingkat defect per million opportunities (DPMO), dan berakibat pada penurunan biaya sampai 20%.  Kata kunci: daya saing, keunggulan kompetitif, Lean Six Sigma, RCA, FMEA, DPMO

2018 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
Author(s):  
Hari Supriyanto

Dinamika dan perkembangan ekonomi global dapat memberikan sinyal positif terhadap pentingnya peningkatan pemberdayaan dan daya saing produk di pasar. Dibutuhkan pemikiran untuk membangun keunggulan kompetitif, yang menjadi dasar bagi peningkatan produksi dan daya saing bisnis. Peningkatan produksi merupakan serangkaian aktifitas untuk membentuk produktifitas. Bila salah satu aktifitas produksi mengalami kegagalam maka akan berpengaruh pada kualitas dan kapasitas produksi. Kegagalan biasanya terindikasi dari waste/ pemborosan yang muncul di sepanjang value stream. Terdapat indikasi defect yang tinggi melebihi 10% di sortir dan packaging process. Permasalahan utama adalah adanya waste/ pemborosan yang mengakibatkan penurunan kualitas dan kapasitas produksi. Paper ini akan mengidentifikasi waste yang terjadi di proses produksi, mencari akar penyebab terjadinya waste, dan membangun alternatif solusi perbaikan.  Diperlukan pemikiran kreatif untuk dapat menaikkan efisiensi sumber daya dan daya saing bisnis di pasar. Metoda yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan adalah Lean six-sigma. Konsep ini menelusuri permasalahan inefisiensi dengan mencari non value added activity dari munculnya waste di sepanjang value stream.  Kemunculan waste selanjutnya diidentifikasi lebih dalam dengan root cause analisys (RCA) dan failure mode and effects analysis (FMEA). Hasil akhir dari FMEA adalah risk priority number (RPN) yang menggambarkan prioritas atas mode resiko untuk dilakukan perbaikan. Dari hasil prioritas dirancang 3 alternatif perbaikan yaitu pelatihan operator, pembuatan SOP proses produksi, dan pelatihan karyawan quality control.   Dengan pendekatan net present value (NPV), maka diperoleh nilai NPV yang positif, artinya alternatif tersebut adalah layak untuk dijalankan. Alternatif ini meningkatkan nilai sigma dari sigma awal sebesar 2,80 menjadi 3,30. Kenaikan nilai sigma akan memberi indikasi adanya penurunan tingkat defect per million opportunities (DPMO), dan berakibat pada penurunan biaya sampai 20%.


Author(s):  
Siti Hardianti, Neva Satyahadewi, Nurfitri Imro’ah

Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya menggunakan metode Lean Six Sigma. Metode Lean Six Sigma dapat menunjukkan jalannya proses produksi sehingga diketahui pemborosan, kecacatan dan proses terjadinya produksi melalui value stream mapping. Lean Six Sigma dapat diterapkan di bidang industri, satu diantaranya adalah perusahaan CV. XYZ. Perusahaan tersebut memproduksi wajan dengan nomor 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28 dan 30. Wajan nomor 18 adalah wajan yang paling diminati konsumen. Tahapan dalam Lean Six Sigma dimulai dari define, measure dan analyze. Jenis kecacatan diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu sangat serius (A), serius (B), cukup serius (C) dan tidak serius (D) dengan jumlah observasi sebanyak 78 hari. Kecacatan terbesar terjadi di kelas cacat sangat serius yaitu sebesar 44,38%. Level sigma merupakan kemungkinan besar kecacatan yang akan terjadi jika memproduksi satu juta produk. Pada penelitian ini, level sigma yang dihasilkan kecacatan sangat serius adalah 3,2, sehingga dengan menggunakan nilai Defect Per Million Oppertunities (DPMO) dapat disimpulkan bahwa dalam satu juta produksi kemungkinan produk cacat sebesar 44.211 buah. Berdasarkan analisis Failure Mode and Effect Analyze (FMEA), diketahui penyebab kecacatan sangat serius dikarenakan material dengan nilai Risk Priority Number (RPN) sebesar 84. Sehingga dengan menggunakan kriteria penilaian RPN diketahui bahwa kecacatan yang disebabkan oleh material tergolong sedang.  Kata Kunci: Demerit, Failure Mode and Effect Analyze. 


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Reni Dwi Astuti ◽  
Lathifurahman Lathifurahman

Hasil observasi di PT. Holcim Indonesia Tbk, pabrik Cilacap, didapati banyaknya pemborosan di bagian pengepakan semen, termasuk banyaknya produk cacat kemasan, sehingga banyak semen tercecer dan harus mengulangi proses pengepakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pemborosan selama proses pengepakan menggunakan  pendekatan lean manufacturing dengan value stream mapping. Sementara tingkat kualitas dianalisis dengan metode six-sigma. Penyebab kecacatan produk dianalisis dengan fish-bone diagram. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk merancang ususlan perbaikan. Pemborosan yang teridentifikasi meliputi : transportation, motion, waiting, over processing, dan defect. Usulan perbaikan untuk mengurangi pemborosan yaitu dengan penggabungan stasiun penimbangan dan stasiun pemeriksaan, sehingga memberikan estimasi peningkatan  process cycle effisiensi  dari 39,1% menjadi 46,69. Sedangkan upaya untuk mengurangi cacat produk dilakukan dengan perawatan preventif mesin packer.


Author(s):  
Achmad Rifki Andriansyah ◽  
Wiwik Sulistyowati

PT. Maspion III is a company engaged in household appliances products, In carrying out its production process activities PT. Maspion III experiences various problems. Clarisa products are products that are found reject or defective. because it is caused by suboptimal quality control. This can be seen from the number of reject or defect products. This study aims to determine the type of waste that causes defects, determine the capability of the production process, and provide recommendations for improvement in the production process. The research methods are quantitative and qualitative approaches to lean six sigma and yang and FMECA (Failure Mode and Effect Criticality Analysis). lean six sigma is a systemic and systematic approach to identifying and eliminating waste. FMECA (Failure Mode and Effect Criticality Analysis) is used as a reference for companies to take corrective actions to identify product critical points in the production process. The results obtained are waste that affects product quality, namely waste defect, there are two highest defects, namely floi with a cumulative presentation of 51% and a breakage of 65%. In August the capability process is 1.5012, In September the capability process is 1.6818, In October the capability process is 1.3727, In November the capability process is 1.4275, In December the capability process is 1.4366


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 74-86
Author(s):  
Nik Alimi Nik Aziz ◽  
Rosmaini Ahmad ◽  
Shaliza Azreen Mustafa ◽  
Tan Chan Sin ◽  
Muhammad Shahar Jusoh

This paper presents a continuous improvement (CI) project based on the application of Lean Six Sigma (LSS) methodology. This project was carried out at coffee manufacturing industry located in northern area of Malaysia. The focus of this presented CI project is to improve the weight inconsistency problem of coffee powder packaging. The presented CI project was mainly guided with Six Sigma methodology of Define, Measure, Analyze, Improve and Control (DMAIC) steps, and related Lean tools applications. The step of Define summaries the overall view of CI project. In the step of Measure, current level of sigma based on defect per million of opportunities (DPMO) calculation was determined. Initially, 6% of rejected products were recorded, which it presents the sigma level at 3.1. In the step of Analyze, a series of team-based activities towards root cause identification was carried out. It included the applications of cause effect (CE) analysis and possible causes prioritization and close observations on packaging process. In the step of Improve, the related Lean tool was proposed to improve the problem under study. In the final step of Control, related supportive actions were suggested to sustain the effectiveness of the proposed solution. There are fourteen possible causes are initially identified in CE analysis and based on team’s evaluation process of possible causes prioritization four causes are collectively to be the most possible of root cause(s). Three close observation sessions were carried out to finalize the most possible root cause of the problem. Result strongly suggested that the high variation of coffee powder’s size and inconsistency is the root cause. An improvement strategy based on Lean Manufacturing approach called ‘poka yoke’ is proposed. The proposed improvement strategy was then validated based on real packaging process scenario. Result shows that the proposed improvement strategy is significantly effective to solve the problem with 0% of reject product was recorded so far, where it is not only produced the product within the acceptable weight of 215 and 208 grams, but also presents the reduction of weight fluctuation that close to ideal weight of 208 grams.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 141-154
Author(s):  
Juliani Juliani ◽  
Catharina Badra Nawangpalupi

Pelayanan verifikasi standar ukuran dan kalibrasi alat ukur metrologi teknis merupakan salah satu pelayanan publik. Pelayanan ini belum mencapai sasaran mutu yang ditetapkan dan masih terdapat pemborosan. Penelitian ini membahas penerapan Lean Six Sigma pada pelayanan publik terutama pada pelayanan verifikasi standar ukuran dan kalibrasi alat ukur metrologi teknis. Tools yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Value Stream Mapping (VSM) dari Lean digabungkan dengan Diagram Fishbone dan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) dari Six Sigma. Penelitian ini menggunakan data primer (dengan wawancara dan pengamatan langsung dilapangan) dan data sekunder (dengan mengambil data kinerja dan data pengaduan pelanggan tahun 2018-2019).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Lean Six Sigma mampu mengidentifikasi penyebab keterlambatan, pemborosan dan menghasilkan berbagai rekomendasi perbaikan. Dua rekomendasi yang dapat diterapkan pada tahun 2019, yaitu penambahan 1 orang pegawai di Laboratorium Panjang dan map order beserta Standar/alat masuk laboratorium max H+1 telah mampu meningkatkan level sigma pada kinerja laboratorium yang merupakan salah satu bagian dari kinerja pelayanan. Dari perbaikan saat ini, dapat dilakukan pengembangan lebih lanjut yaitu menggabungkan data identifikasi pemborosan dari VSM dan Diagram Fishbone ke dalam FMEA  untuk perbaikan dan analisis yang lebih komprehensif.


2017 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 508-513
Author(s):  
Koay Boon Hui ◽  
Shahryar Sorooshian

This paper purpose is to investigate the benefits of Lean Six Sigma to the Malaysian automotive industry. Lean is an approach that seeks to improve flow in the value stream and eliminate waste. It’s about doing things quickly. Six Sigma uses a powerful framework (DMAIC) and statistical tools to uncover root causes to understand and reduce variation. It’s about doing things right (defect free). As global competition continues to grow, the pressure to improve becomes more andmore intense. Thus, a combination of both Lean and Six Sigma is born. This method provides an over-arching improvement philosophy that incorporates powerful data-driven tools to solve problems and create rapid transformational improvement at lower cost. Thus, this paper also tries to examine how the Lean Six Sigma can contribute and brings a positive impact to the automotive industry in Malaysia.


OPSI ◽  
2018 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 14 ◽  
Author(s):  
Almer Panji Pradana ◽  
Mochammad Chaeron ◽  
Muhammad Shodiq Abdul Khanan

CV Marga Jaya (Pabrik II) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan paving/conblock secara masal. CV Marga Jaya (Pabrik II) selalu berusaha mengurangi pemborosan yang terjadi selama proses produksi paving/conblock. Pemborosan yang terjadi antari lain, adanya produksi berlebih, transportasi, waktu menunggu, dan cacat yang berlebih.  Lean Manufacaturing merupakan pendekatan yang bertujuan untuk merampingkan proses dengan mengurangi pemborosan yang terjadi selama proses produksi. Pendekatan konsep lean manufacturing dimulai dengan membuat big picture mapping, dilanjutkan dengan waste assessment model (WAM), diagram cause and effects, value stream analysis tools (VALSAT), usulan perbaikan waste yang terjadi, dan pembuatan descrete event simulation (DES). Hasil yang didapat bahwa waktu menunggu yang terjadi diperbaiki dengan menggunakan conveyor, produksi berlebih yang terjadi diperbaiki dengan melakukan perencanaan produksi, dan cacat berlebih yang terjadi diperbaiki dengan menggunakan 5W+1H dengan sebelumnya menggunakan konsep lean six sigma dan didapat nilai sigma sebesar 4,31 sigma. Simulasi proses menunjukkan dengan mengurangi pemborosan, kemampuan produksi naik 15,36% (penjemuran 30 hari) dan 147,20% (penjemuran 7 hari).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document