scholarly journals Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Sindrom Metabolik Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 83-90
Author(s):  
Pugud Samodro ◽  
Agus Prastowo ◽  
Nurul Hasna Zulfannisa ◽  
Nunung Wahyuni

Latar Belakang: Deteksi dini gejala gangguan metabolik dapat mencegah komplikasi penyakit cardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia dan stroke. Faktor yang mempengaruhi sindrom metabolik antara lain asupan fast food dan aktivitas fisik. Tujuan: Mengetahui hubungan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan kejadian sindrom metabolik pada orang dewasa usia 20–59 tahun di pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Pengambilan subjek dilakukan dengan simple random sampling, diperoleh 36 subjek penelitian. Data yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, pekerjaan, status gizi, konsumsi fast food dan aktivitas fisik. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Fisher Exact. Hasil: Pasien yang mengalami sindrom metabolik 30%, pasien yang mengkonsumsi fast food 66,7% aktivitas fisik 13,8%. Terdapat hubungan konsumsi fast food (p=0,010) dan tidak terdapat hubungan pada variable aktivitas fisik (p=1,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola konsumsi fast food dengan kejadian sindrom metabolik

2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Istri Bela Cantika ◽  
Etty Widayanti ◽  
Yenni Zulhamidah

Latar Belakang: Gaya hidup modern saat ini cenderung merugikan karena berdampak buruk pada kesehatan seperti memilih makanan siap saji (instant) atau fast food yang dianggap lebih praktis namun mengandung gizi tidak seimbang sehingga memicu berbagai penyakit ditandai dengan gejala obesitas. Mahasiswa cenderung memiliki gaya hidup modern yang praktis dan kebiasaan mengonsumsi makanan fast food sebagai pilihan utama untuk makan sehari-hari. Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena 75% dari mereka cenderung mengalami obesitas pada saat dewasa. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional analitik. Data primer yang didapatkan merupakan hasil sampling dengan metode simple random sampling. Metode korelasi Chi Square dan C Cramers digunakan untuk mengetahui hubungan konsumsi fast food dengan rasio lingkar pinggang panggul. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dengan bantuan Microsoft Excel 2010 dan analisis korelasional dengan SPSS Statistics 17.0. Hasil: Berdasarkan uji korelasional dari konsumsi fast food dengan rasio lingkar pinggang panggul menghasilkan nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi fast food dengan rasio lingkar pinggang dan panggul pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI tahun pertama dan tahun kedua. Simpulan: Tidak terdapat adanya hubungan antara konsumsi fast food dengan rasio lingkar pinggang dan panggul pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI tahun pertama dan tahun kedua.


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Limsah Silalahi

Latar Belakang: Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyebab kematian nomor 6 di dunia. Diabetes Mellitus dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Provinsi Jawa Timur menempati jumlah perkiraan terbesar penderita Diabetes Mellitus yaitu 605.974 penderita. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di SMA Muhammadiyah 7 Surabaya. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Desain yang digunakan yaitu cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 70 responden. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Variabel independen yaitu pengetahuan tentang Diabetes Mellitus, sedangkan variabel dependen adalah tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Hasil penelitian ini menujukkan p value  0,0001<α=0,1 sehingga hasil p<α. Hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang Diabetes Mellitus tipe 2 dengan tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 pada siswa-siswi SMA Muhammadiyah 7 Surabaya. Kesimpulan: Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 7 Surabaya berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. 


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 155
Author(s):  
Syarifah Asyura ◽  
Novi Yanti

Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Masalah obesitas/overweight pada anak dan remaja dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2. Selain itu, juga berpotensi mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, asupan makanan, asupan serat, pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada pelajar di SMAN 4 Banda Aceh Tahun 2018. penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan tehnik simple random sampling dengan jumlah 84 responden. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 - 30 April 2018 pada pelajar di SMAN 4 Banda Aceh. Cara pengumpulan data dengan mengisi kuesioner, selanjutnya dilakukan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95 % dan batas kemaknaan (α=0,05) Ha diterima p value < 0,05. dengan asupan energi lebih mengalami obesitas sebanyak 28 responden (100%), responden dengan asupan karbohidrat lebih mengalami obesitas sebanyak 31 responden (100%), dari 27 responden dengan asupan protein lebih mengalami obesitas sebanyak 25 responden (92,6%), dari 33 responden dengan asupan lemak lebih mengalami obesitas sebanyak 32 responden (97%), dari 53 responden dengan asupan serat kurang mengalami obesitas sebanyak 36 responden (67,9%), dari 39 responden dengan pola makan tidak baik mengalami obesitas sebanyak 27 responden (69,2%) dan dari 53 responden yang memiliki aktivitas ringan mengalami obesitas sebanyak 27 responden (50,9%). hubungan asupan makanan dengan kejadian obesitas (p=0,000), ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian obesitas (p=0,006), ada hubungan asupan serat dengan kejadian obesitas (p=0,001), ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas (p=0,011) dan ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (p=0,001). Diharapkan remaja menghindari obesitas dengan cara menyesuaikan asupan makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik, melakukan olahraga rutin, yang disertai dengan asupan makanan, pola makan yang sesuai dengan anjuran kesehatan Kata Kunci : jenis kelamin, asupan makanan, asupan serat, pola makan,  aktivitas fisik, obesitas


2018 ◽  
Vol 10 (24) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Iga Dila Widuri Astuti ◽  
Sugeng Maryanto ◽  
Galeh Septiar Pontang

Latar Belakang : Peningkatan kadar gula darah dikaitkan dengan kejadian diabetes mellitus. Prevalensi DM meningkat dari tahun 2007 sebesar 1,1% menjadi 2,1% di tahun 2013. Faktor penyebab DM yaitu faktor  tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan faktor dapat diubah yaitu konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik.    Tujuan : Mengetahui hubungan asupan konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus pada dewasa usia 30-50 tahun.   Metode : Penelitian korelatif pendekatan cross  sectional. Populasi 272 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel 81orang. Pengambilan data dengan Recall 24 hours, kuosioner GPAQ dan glucometer. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Kolmogorov-Smirnov.   Hasil : Responden dengan konsumsi minuman berpemanis kategori rendah 42,0% (n=32), sedang 51,9% (n=42), kategori tinggi 6,2% (n=5). Responden dengan aktivitas fisik kategori kategori ringan 19,8% (n=16), sedang 60,5% (n=49), kategori berat 19,8% (n=16). Ada hubungan antara konsumsin minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,034 < 0,05) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,958 >0,05).   Simpulan : Ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus dan tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus pada dewasa usia 30-50 tahun di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.  


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 142-151
Author(s):  
Evi Fitriani

Empat dari lima penyebab kematian terbanyak di Indonesia saat ini adalah penyakit tidak menular. Adapun rinciannya adalah stroke (21,1%), jantung koroner (12,9%), diabetes mellitus (DM) dengan komplikasi (6,7%), tuberkulosis (5,7%), dan hipertensi dengan komplikasi (5,3%), dimana penyakit-penyakit ini menjadi pembiayaan BPJS terbesar pada 2018 yaitu sekitar Rp 20 triliun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang memengaruhi utilitas atau pemanfaatan posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) pada Puskesmas Mompang Kec. Panyabungan Kab. Mandailing Natal. Penelitian ini menggunakan designe cross sectional dengan jumlah populasi sebanyak 480. Jumlah sampel diperoleh 90 orang menggunakan rumus slovin, dengan teknik simple random sampling. Pengolahan data dengan univariat, kemudian dilanjut bivariat dengan uji chi square, serta uji multivariat dengan regresi logistik. Hasil pada penelitian menunjukkan dominan responden memiliki pengetahuan tidak baik yaitu sebesar 63,3%, sikap tidak baik 55,6%, jarak dekat 71,1%, transportasi lancar 52,2%, dukungan keluarga baik 72,2%, sikap petugas baik 77,8%, dan utilitas posbindu PTM 53,3%. Kesimpulan penelitian ini adalah keenam variabel memengaruhi utilitas posbindu PTM dengan nilai p value 0,006 untuk pengetahuan dan sikap, jarak memiliki P Value 0,021, transportasi 0,016, dukungan keluarga 0,014, dan sikap petugas 0,024. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan regresi logistik, pengetahuan adalah faktor yang paling memengaruhi posbindu PTM di Puskesmas Mompang Kecamatan Panyabungan dengan nilai prevalence ratio 3.502. Disarankan kepada kader posbindu PTM untuk terus melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat tentang program posbindu PTM guna menambah wawasan responden mengenai bahaya PTM.


2021 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 432-443
Author(s):  
Benefita Rahma

Masa remaja merupakan masa di mana perkembangan hormon akan naik turun dan dapat menyebabkan terjadinya menstruasi pada wanita. faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi yaitu pola makan yang tidak sehat, kandungan gizi pada fast food tidak seimbang yaitu tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi gula dan rendah serat. Kandungan asam lemak didalam makanan cepat saji mempengaruhi metabolisme progesteron pada fase luteal dari siklus menstruasi. Selain itu tingkat stres mempengaruhi siklus menstruasi, saat stres memghasilkan hormon kortisol, Hormon kortisol menyebabkan ketidakseimbangan pada hormon reproduksi, salah satu akibatnya gangguan siklus menstruasi. Penelitian ini bertujan untuk menganalisis hubungan konsumsi fast food dan stres terhadap siklus menstruasi pada siswi SMAN 12 Kota Bekasi. Metode penelitian yang di gunakan kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah siswi SMAN 12 Kota Bekasi menggunakan Teknik simple random sampling. Data di kumpulkan menggunakan kuisioner siklus menstruasi, PSS-10, dan food frequency questionare (FFQ). Hasil penelitian dari hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukan bahwa Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi fastfood dan siklus menstruasi pada siswi SMAN 12 Kota Bekasi dengan p-value 0,003 dan OR 5.0. Dan juga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada siswi SMAN 12 Kota Bekasi dengan p-value 0,005 dan OR 6,4.


2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Weny Amelia ◽  
Fitria Alisa ◽  
Lola Despitasari

Pasien Diabetes Mellitus (DM) termasuk kelompok rentan terhadap infeksi bakteri dan virus karena kondisi hiperglimia yang dialaminya. Kondisi pandemi COVID-19 merupakan kondisi yang mengancam bagi penderita DM sebagai kelompok rentan. Penerapan diet merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes karena dibutuhkan kepatuhan. Kepatuhan penderita DM terhadap pengaturan dan perencanaan pada pola makan merupakan salah satu kendala yang paling sering terjadi pada pasien DM, Untuk menjalani kepatuhan diet maka banyak sekali penderita mengalami stress akibat dari pembatasan pola makan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Masa Pandemic Di Puskesmas Andalas Padang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Chi-Square dengan p value 0,67 (p ≥ 0.05.  Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan hubungan stres dengan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus Tipe II pada masa pandemic di Puskesmas Andalas Padang. Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan lagi untuk penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus dan dapat melakukan pengelolaan DM di masyarakat dengan berperan sebagai edukator yang dapat mengedukasi pasien DM khususnya dalam manajemen diet terutama pada masa pandemic sekarang ini


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dina Athanmika

<p>Merokok adalah perilaku penggunaan .Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.  Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara lain. Pada kelompok umur 10-14 tahun, jumlah perokok meningkat dari 0.3% menjadi 1.4% dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013), dan pada kelompok umur 15-19 tahun terjadi peningkatan dari 7,1% ke 18,3%.  Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa terdapat 30,3% perokok aktif di Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok didalam rumah Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014.Penelitian menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga  perokok yang berada di Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh   Utara   dengan   jumlah   sampel   162   responden   dan   dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat (Uji Chi-Square).Hasil analisis univariat didapatkan sebagian besar (89,5 %)  responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, terdapat 51,2% responden memiliki <em>perceive behavioral </em>yang tinggi, dan 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran ibu rumah tangga (p = 0,032 ; OR = 3,6), tidak ada hubungan sikap (p = 0,958 ; OR =1,18) dan <em>perceive behavioral </em>(p = 0,152 ; OR = 2,5) dengan perilaku merokok didalam rumah.penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan peran ibu rumah tangga terhadap perilaku merokok. menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat   dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada warga berupa penyuluhan kesehatan tentang merokok agar dapat menghentikan kebisaan merokok didalam rumah.</p>


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 98-105
Author(s):  
Aulia Rahmwati

Diabetes mellitus gestasional merupakan suatu komplikasi kehamilan yang masih jarang diperhatikan banyak pihak. Rumah sakit kalisat merupakan rumah sakit rujukan daerah jember. Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus gestasional diantaranya usia, indeks massa tubuh, riwayat diabetes mellitus pada keluarga, riwayat pernah melahirkan bayi makrosomia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional dan tehnik samplingnya menggunakan simple random sampling dengan pengelolaan datanya mengambil data primer dengan menggunakan cheklist yang sudah dibuat peneliti. Hasil dari pengumpulan data adalah usia < 35 tahun (67,4%), IMT >25 (70,4%), tidak ada riwayat diabetes mellitus gestasional (90,1%), tidak ada riwayat pernah melahirkan bayi makrosomia (95,2%) sebagai faktor resiko diabetes mellitus gestasional. Maka sebagai ibu hamil perlu mengetahui adanya resiko diabetes mellitus gestasional dan perlu dilakukan pemeriksaan kadargula pada ibu hamil.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document