scholarly journals HUBUNGAN KONSUMSI MINUMAN BERPEMANIS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA DEWASA USIA 30-50 TAHUN DI DESA NYATNYONO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

2018 ◽  
Vol 10 (24) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Iga Dila Widuri Astuti ◽  
Sugeng Maryanto ◽  
Galeh Septiar Pontang

Latar Belakang : Peningkatan kadar gula darah dikaitkan dengan kejadian diabetes mellitus. Prevalensi DM meningkat dari tahun 2007 sebesar 1,1% menjadi 2,1% di tahun 2013. Faktor penyebab DM yaitu faktor  tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan faktor dapat diubah yaitu konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik.    Tujuan : Mengetahui hubungan asupan konsumsi minuman berpemanis dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus pada dewasa usia 30-50 tahun.   Metode : Penelitian korelatif pendekatan cross  sectional. Populasi 272 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel 81orang. Pengambilan data dengan Recall 24 hours, kuosioner GPAQ dan glucometer. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Kolmogorov-Smirnov.   Hasil : Responden dengan konsumsi minuman berpemanis kategori rendah 42,0% (n=32), sedang 51,9% (n=42), kategori tinggi 6,2% (n=5). Responden dengan aktivitas fisik kategori kategori ringan 19,8% (n=16), sedang 60,5% (n=49), kategori berat 19,8% (n=16). Ada hubungan antara konsumsin minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,034 < 0,05) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus (p 0,958 >0,05).   Simpulan : Ada hubungan antara konsumsi minuman berpemanis dengan kejadian diabetes mellitus dan tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus pada dewasa usia 30-50 tahun di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.  

2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Weny Amelia ◽  
Fitria Alisa ◽  
Lola Despitasari

Pasien Diabetes Mellitus (DM) termasuk kelompok rentan terhadap infeksi bakteri dan virus karena kondisi hiperglimia yang dialaminya. Kondisi pandemi COVID-19 merupakan kondisi yang mengancam bagi penderita DM sebagai kelompok rentan. Penerapan diet merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes karena dibutuhkan kepatuhan. Kepatuhan penderita DM terhadap pengaturan dan perencanaan pada pola makan merupakan salah satu kendala yang paling sering terjadi pada pasien DM, Untuk menjalani kepatuhan diet maka banyak sekali penderita mengalami stress akibat dari pembatasan pola makan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kepatuhan diet pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Masa Pandemic Di Puskesmas Andalas Padang. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Chi-Square dengan p value 0,67 (p ≥ 0.05.  Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan hubungan stres dengan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus Tipe II pada masa pandemic di Puskesmas Andalas Padang. Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan lagi untuk penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus dan dapat melakukan pengelolaan DM di masyarakat dengan berperan sebagai edukator yang dapat mengedukasi pasien DM khususnya dalam manajemen diet terutama pada masa pandemic sekarang ini


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Limsah Silalahi

Latar Belakang: Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyebab kematian nomor 6 di dunia. Diabetes Mellitus dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Provinsi Jawa Timur menempati jumlah perkiraan terbesar penderita Diabetes Mellitus yaitu 605.974 penderita. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di SMA Muhammadiyah 7 Surabaya. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Desain yang digunakan yaitu cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 70 responden. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Variabel independen yaitu pengetahuan tentang Diabetes Mellitus, sedangkan variabel dependen adalah tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Hasil penelitian ini menujukkan p value  0,0001<α=0,1 sehingga hasil p<α. Hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang Diabetes Mellitus tipe 2 dengan tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 pada siswa-siswi SMA Muhammadiyah 7 Surabaya. Kesimpulan: Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 7 Surabaya berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. 


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Reny Chaidir ◽  
Ade Sry Wahyuni ◽  
Deni Wahyu Furkhani

Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka kunjungan penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408 kunjungan. Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan <em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan </span><em style="font-size: 10px;">cross sectional </em><span style="font-size: 10px;">yang dilakukan terhadap 89 orang responden dengan menggunakan teknik </span><em style="font-size: 10px;">simple random sampling</em><span style="font-size: 10px;">. Pengumpulan data menggunakan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) </em><span style="font-size: 10px;">dan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory</em><span style="font-size: 10px;">. Hasil penelitian ini menggunakan uji </span><em style="font-size: 10px;">product moment </em><span style="font-size: 10px;">(</span><em style="font-size: 10px;">pearson correlation</em><span style="font-size: 10px;">), diperoleh nilai r = 0.432. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat faktor yang mempengaruhi korelasi dengan kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.</span>


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 155
Author(s):  
Syarifah Asyura ◽  
Novi Yanti

Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Masalah obesitas/overweight pada anak dan remaja dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2. Selain itu, juga berpotensi mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, asupan makanan, asupan serat, pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada pelajar di SMAN 4 Banda Aceh Tahun 2018. penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan tehnik simple random sampling dengan jumlah 84 responden. Penelitian dilakukan pada tanggal 16 - 30 April 2018 pada pelajar di SMAN 4 Banda Aceh. Cara pengumpulan data dengan mengisi kuesioner, selanjutnya dilakukan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95 % dan batas kemaknaan (α=0,05) Ha diterima p value < 0,05. dengan asupan energi lebih mengalami obesitas sebanyak 28 responden (100%), responden dengan asupan karbohidrat lebih mengalami obesitas sebanyak 31 responden (100%), dari 27 responden dengan asupan protein lebih mengalami obesitas sebanyak 25 responden (92,6%), dari 33 responden dengan asupan lemak lebih mengalami obesitas sebanyak 32 responden (97%), dari 53 responden dengan asupan serat kurang mengalami obesitas sebanyak 36 responden (67,9%), dari 39 responden dengan pola makan tidak baik mengalami obesitas sebanyak 27 responden (69,2%) dan dari 53 responden yang memiliki aktivitas ringan mengalami obesitas sebanyak 27 responden (50,9%). hubungan asupan makanan dengan kejadian obesitas (p=0,000), ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian obesitas (p=0,006), ada hubungan asupan serat dengan kejadian obesitas (p=0,001), ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas (p=0,011) dan ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (p=0,001). Diharapkan remaja menghindari obesitas dengan cara menyesuaikan asupan makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik, melakukan olahraga rutin, yang disertai dengan asupan makanan, pola makan yang sesuai dengan anjuran kesehatan Kata Kunci : jenis kelamin, asupan makanan, asupan serat, pola makan,  aktivitas fisik, obesitas


2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 83-90
Author(s):  
Pugud Samodro ◽  
Agus Prastowo ◽  
Nurul Hasna Zulfannisa ◽  
Nunung Wahyuni

Latar Belakang: Deteksi dini gejala gangguan metabolik dapat mencegah komplikasi penyakit cardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, dislipidemia dan stroke. Faktor yang mempengaruhi sindrom metabolik antara lain asupan fast food dan aktivitas fisik. Tujuan: Mengetahui hubungan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan kejadian sindrom metabolik pada orang dewasa usia 20–59 tahun di pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Pengambilan subjek dilakukan dengan simple random sampling, diperoleh 36 subjek penelitian. Data yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, pekerjaan, status gizi, konsumsi fast food dan aktivitas fisik. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Fisher Exact. Hasil: Pasien yang mengalami sindrom metabolik 30%, pasien yang mengkonsumsi fast food 66,7% aktivitas fisik 13,8%. Terdapat hubungan konsumsi fast food (p=0,010) dan tidak terdapat hubungan pada variable aktivitas fisik (p=1,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola konsumsi fast food dengan kejadian sindrom metabolik


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Supriyadi ◽  
Novita Dewi ◽  
Padri Hamzah ◽  
Elsen Wulandari Selwir

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit akibat gangguan metabolisme yang mampu menyebabkan berbagai komplikasi, salah satu komplikasi yang paling umum dan sering terjadi yaitu penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan terjadinya gangguan sirkulasi dan perfusi pada ektremitas bawah. Deteksi dini atau skrining perlu dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan sirkulasi dan perfusi dengan cara melakukan pemeriksaan ankle brachial index (ABI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ankle brachial index pada penderita diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, dengan jumlah sampel 33 responden penderita diabetes melitus tipe 2 yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Soedarsono Kota Pasuruan. Berdasarkan uji statistik Chi Square didapatkan p vaalue 0.77 (p value > 0.05) yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi bermakna antara nilai ankle brachial index dengan kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Nove Lestari

Lansia dengan diabetes mellitus menyebabkan masalah bagi orang tua dan beban pada keluarga. Sistem bantuan yang diberikan kepada lansia membutuhkan dukungan untuk perawatan diri dengan pembelajaran melalui Sistem Pendukung yang Mendukung dengan model edukatif yang mendukung yang merupakan aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai dengan senam diabetes mellitus pada lansia untuk menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitivitas insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keefektifan model edukatif suportif terhadap senam diabetes mellitus pada lansia dengan diabetes mellitus di Desa Lansia Posyandu Sumberbendo. Desain penelitian ini menggunakan one-shot case sebagai untuk variabel independen Pendukung Edukatif, sedangkan variabel dependen Diabetes melitus Senam. Populasi penelitian ini sebanyak 20 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling mendapat sampel sebanyak 7 responden. Analisis data menggunakan statistik Chi-Square. Implementasi model edukatif suportif pada pelaksanaan senam diabetes mellitus yang melakukan senam dengan kategori sebanyak 7 responden dengan presentasi 100%. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,008) <a (0,05). Jadi disimpulkan model edukatif suportif yang efektif terhadap senam diabetes mellitus pada lansia yang menderita diabetes mellitus di Desa Lansia Posyandu Sumberbendo. Diharapkan lansia dapat lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan kesehatan, terutama pada penderita diabetes mellitus agar aktif dan kooperatif dalam kegiatan kesehatan yang dilakukan lembaga lain dan dapat memberikan motivasi untuk melakukan senam diabetes mellitus secara teratur pada lansia yang menderita diabetes mellitus dan menerapkanmodel edukatif suportifdi Posyandu Lansia. Sehingga para lansia dapat bertukar pikiran dengan para lansia dalam satu kelompok.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77-82
Author(s):  
Difran Nobel Bistara ◽  
Chilyatiz Zahroh ◽  
Erika Martining Wardani

P ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang memerlukan waktu perawatan lama, pembiayaan perawatan yang sangat mahal, selain itu prevalansi diabetes milletus juga meningkat. Keharusan penderita diabetes mellitus dalam mengubah pola hidupnya agar gula darah dalam tubuh tetap seimbang dapat mengakibatkan mereka rentan terhadap stress. Stress pada penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan tingkat stress dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berjumlah 45 responden penderita Diabetes Melitus di wilayah RW 7 Kelurahan Simokerto Kecamatan Simkerto Surabaya yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengukuran tingkat stress menggunakan kuesionar. Kadar gula darah diperoleh dari observasi menggunakan glucometer secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil uji korelasi spearman rank didapatkan nilai p=0,00 dan r=0,909. Hal ini semakin tinggi tingkat stress yang dialami akan semakin tinggi pula nilai kadar gula darah. Saran untuk peniliti selanjutnya adalah dapat meniliti factor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah, serta untuk melakukan observasi perilaku stress agar hasil lebih valid.


Author(s):  
Andi Harniati ◽  
Suriah Suriah ◽  
Hasnawati Amqam

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) bertujuan mendorong peserta penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi) mencapai kualitas optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab dari ketidakpatuhan peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dan Hipertensi dalam mengikuti kegiatan PROLANIS di Puskesmas Rangas Kabupaten Mamuju. Jenis penelitian dengan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta BPJS kesehatan yang terindikasi menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi yang terdaftar pada data bulan Juli – Desember 2016 yaitu 42 penderita Diabates eilitus Tipe 2 dan 136 penderita Hipertensi. Penarikan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 130 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah chi square dan regresi logistik berganda. Hasil menunjukkan bahwa persentase ketidakpatuhan mengikuti kegiatan PROLANIS sebesar 80,8%. Ada hubungan antara pemahaman tentang instruksi (97,6%,p=0,000), kualitas interaksi (97,9%,p=0,000), dukungan keluarga (94,9%,p=0,000), keyakinan (95,1%,p=0,000), sikap (93,2%,p=0,000) dengan ketidakpatuhan mengikuti kegiatan PROLANIS. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa kualitas interaksi dan sikap merupakan faktor yang paling dominan dalam hubunganya dengan ketidakpatuhan mengikuti kegiatan prolanis.Penelitian ini menyarankan agar penderita penyakit kronis mengikuti kegiatan PROLANIS karena dapat meningkatkan kualitas hidup penderita dan petugas kesehatan lebih aktif memberikan informasi tentang PROLANIS kepada penderita serta mengajak merekauntuk mengikuti kegiatan PROLANIS.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document