scholarly journals IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) BERDASARKAN PARAMETER KIMIA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PERAIRAN LOMBOK BARAT

2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Marsoedi Marsoedi ◽  
Guntur Guntur ◽  
Laily Fitriani Mulyani

Teripang merupakan kelompok hewan invertebrata dari filum Echinodermata kelas Holothurioidea. Teripang termasuk komponen penting dalam rantai makanan karena peranannya sebagai pemakan endapan (deposit feeder) dan pemakan materi tersuspensi (suspension feeder). Oleh karena itu diperlukan informasi yang memadai yang bisa dipakai untuk pengelolaan teripang secara berkelanjutan. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Metode ini dapat digunakan untuk memudahkan dalam mengetahui lokasi penyebarannya, sehingga pengembangan dalam kegiatan budidaya teripang pasir (Holothuria scabra) dapat tercapai dengan optimal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian kawasan budidaya teripang menggunakan Aplikasi SIG yang disajikan dalam bentuk peta kesesuaian kawasan budidaya teripang pasir (H. scabra) di Perairan Lombok Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2016 – 27 November 2016 di Gili Asahan, Gili Layar dan Gili Gede Kecamatan Sekotong Barat Kabupaten Sekotong Barat Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei, berupa data primer dan sekunder yang berkaitan langsung dengan hidup teripang. Berdasarkan parameter kimia hasil penelitian di Perairan Lombok Barat adalah: pH 6,82 – 7,50, salinitas 32 – 34 ppt dan DO 6,19 – 6,52 mg/L, lokasi kesesuaian lahan untuk kategori sangat sesuai terdapat di Gili Gede, kategori sesuai di Gili Asahan dan kategori tidak sesuai di Gili Layar.

Author(s):  
Rendy Setiawan ◽  
Sudarmadji S ◽  
Budi Putra Mulyadi ◽  
Revika Hilda Hamdani

Kerang adalah jenis moluska yang hidup di substrat beberapa ekosistem perairan. Kerang merupakan komponen penting yang berperan sebagai pemakan sisa organik yang berada di perairan (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspension feeder) dalam rantai makanan. Beberapa spesies kerang juga dapat berperan dalam mengakumulasi (bioakumulator) logam berat. Di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur, Indonesia, kerang sering digunakan oleh masyarakat setempat sebagai bahan dasar makanan dan cangkangnya dijual sebagai dekorasi kamar, perhiasan, dan peralatan rumah tangga. Akibat terjadinya eksploitasi terhadap kerang secara berlebihan, telah diduga bahwa kepadatan populasi dan keanekaragaman spesies kerang telah menurun. Penelitian ini dilakukan pada Oktober 2019 di Pantai Bilik di Taman Nasional Baluran untuk menentukan komposisi spesies dan preferensi habitat spesies kerang. Pengambilan sampel acak digunakan untuk mengukur komposisi spesies kerang di daerah penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat adanya 6 ordo, 8 famili, 11 genera, dan 14 spesies. Nilai keanekaragaman spesies yang dihitung menggunakan indeks keanekaragaman jenis (H'). Hasil yang diperoleh menunjukkan telah ditemukan 2,109, yang menunjukkan keanekaragaman spesies tingkat sedang. Analisis kemerataan spesies menunjukkan nilai sebesar 0,79, yang berarti kemerataan spesies rendah. Habitat kerang di Pantai Bilik  lebih terfokus pada bongkahan karang mati yang ditumbuhi alga. Moluska sering ditemukan bersama dengan karang dari keluarga Faviidae, terutama yang berasal dari genus Porites.


2020 ◽  
Vol 644 ◽  
pp. 91-103
Author(s):  
D Bearham ◽  
MA Vanderklift ◽  
RA Downie ◽  
DP Thomson ◽  
LA Clementson

Benthic suspension feeders, such as bivalves, potentially have several different food sources, including plankton and resuspended detritus of benthic origin. We hypothesised that suspension feeders are likely to feed on detritus if it is present. This inference would be further strengthened if there was a correlation between δ13C of suspension feeder tissue and δ13C of particulate organic matter (POM). Since detritus is characterised by high particulate organic matter (POC):chl a ratios, we would also predict a positive correlation between POM δ13C and POC:chl a. We hypothesised that increasing depth and greater distance from shore would produce a greater nutritional reliance by experimentally transplanted blue mussels Mytilus edulis on plankton rather than macrophyte-derived detritus. After deployments of 3 mo duration in 2 different years at depths from 3 to 40 m, M. edulis sizes were positively correlated with POM concentrations. POC:chl a ratios and δ13C of POM and M. edulis gill tissue decreased with increasing depth (and greater distance from shore). δ13C of POM was correlated with δ13C of M. edulis. Our results suggest that detritus comprised a large proportion of POM at shallow depths (<15 m), that M. edulis ingested and assimilated carbon in proportion to its availability in POM, and that growth of M. edulis was higher where detritus was present and POM concentrations were higher.


2017 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 249
Author(s):  
Lisa Fajar Indriana ◽  
Yuli Afrianti ◽  
Sitti Hilyana ◽  
Muhammad Firdaus Firdaus

Teripang pasir, Holothuria scabra merupakan komoditas hasil laut yang bernilai ekonomis tinggi. Penangkapan berlebihan stok di alam mendorong berkembangnya kegiatan budidaya. Penempelan merupakan fase kritis pada larva teripang karena terjadi peralihan sifat planktonis ke bentik yang memerlukan substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi penempelan, pertumbuhan, dan sintasan larva H. scabra fase penempelan pada substrat lamun yang berbeda. Penelitian menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan perlakuan empat jenis daun lamun berbeda dan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas Enhalus acoroides (L-1), Syringodium isoetifolium (L-2), Cymodocea serrulata (L-3), dan Cymodocea rotundata (L-4). Jumlah awal larva sebanyak 1.000 individu dan substrat dirangkai dengan luasan yang sama sebesar 12 cm x 17 cm untuk setiap unit penelitian. Hasil penelitian menunjukkan jenis lamun yang digunakan sebagai substrat berpengaruh secara nyata terhadap preferensi penempelan dan sintasan larva teripang pasir, namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan. E. acoroides menunjukkan hasil terbaik dengan preferensi penempelan 0,26 ind. cm-2 dan sintasan 10,66%; sehingga layak digunakan sebagai substrat penempelan dalam pembenihan teripang pasir, H. scabra.Holothuria scabra larvae on different seagrass substrates. By: Lisa Fajar Indriana, Yuli Afrianti, Sitti Hilyana, and Muhammad FirdausSandfish Holothuria scabra is marine commodities with a high economic value. Overfishing of natural stocks has compelled an interest to begin aquaculture practice. Settlement is a critical phase for the planktonic larvae as they will transform to benthic form in the presence of substrate. This study aims to evaluate the settlement preferences, growth, and survival rate of H. scabra larvae settled on different seagrass leaves. The research was conducted using the Completely randomized design with four different species of seagrass leaves and five replications. The treatments consist of Enhalus acoroides (L-1), Syringodium isoetifolium (L-2), Cymodocea serrulata (L-3), and Cymodocea rotundata (L-4). Initial number of larvae was 1,000 individuals and the substrate was set with same widthof 12 cm x 17 cm for each unit. Results of the experiment indicated that settlement preference and survival rate of H. scabra larvae was significantly affected by seagrass used as substrate while no significantly differences was observed for growth of larvae. E. acoroides showed the best result with 0.26 ind. cm-2 settelement preference and 10.66% survival rate, so that suitable to be used as settlement substrate in H. scabra hatchery.


2021 ◽  
Vol 743 (1) ◽  
pp. 012007
Author(s):  
N Hidayati ◽  
H Fuad ◽  
H Munandar ◽  
DS Zilda ◽  
AR Sulistyaningtyas ◽  
...  

1989 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 29-44 ◽  
Author(s):  
Craig J. Plante ◽  
Peter A. Jumars ◽  
John A. Baross

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document