scholarly journals AN INSTITUTIONAL REINFORCEMENT MODEL FOR THE PROTECTION OF MANGROVES SUSTAINABLE ECOTOURISM IN INDONESIA

2021 ◽  
Vol 35 (2) ◽  
pp. 471-479
Author(s):  
Pudji PURWANTI ◽  
◽  
Mochammad FATTAH ◽  
Vika Annisa QURRATA ◽  
Bagus Shandy NARMADITYA ◽  
...  

This study aims at examining the sustainability of mangrove ecotourism at Cengkrong Mangroves Ecotourism in Indonesia. A quantitative approach was adopted to capture the complexity of the phenomenon. The study was conducted in an area with most mangroves in Indonesia, including Cengkrong Ecotourism in Trenggalek, East Java. Sustainability is achieved when each stakeholder makes a positive contribution to others in ecology, economy, social, institutional and law enforcement, and technology. Using multi-dimensional scaling and Monte Carlo approach, the findings of this study indicate that Cengkrong mangrove ecotourism is classified as “sustainable” (76.20%). The highest dimension is ecology due to the minimum level of pollution in the area. Even Cengkrong beach mangrove is a tourist destination which is potentially polluted by the tourist; however, the area is not densely populated. Nevertheless, amongst the other indicator, social is the lowest (67.95%).

2018 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Siti Hajar Suryawati ◽  
Tajerin Tajerin

Maluku merupakan propinsi kepulauan dengan potensi sumberdaya perikanan tangkap yang besar. Potensi tersebut meliputi kelompok jenis ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang, pelagis kecil, demersal, udang, cumi-cumi dan ikan karang. Hal tersebut mendorong pemerintah menjadikan wilayah Maluku menjadi lumbung ikan nasional (M-LIN). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kesiapan Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) dala bentuk RAP-MLIN (Rapid Appraisal for Maluku as ‘Lumbung Ikan Nasional’) yang merupakan modifikasi dari software RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries). Hasil analisisnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan kesiapan program tersebut. Analisis leverage dan Monte-Carlo digunakan untuk mengetahui faktor pengungkit yang merupakan atribut-atribut yang sensitif terhadap indeks dan status kesiapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi ekologi statusnya cukup siap (50,33%), dimensi ekonomi cukup siap (67,62%), dimensi sosial siap (92,37%), dimensi teknologi siap (99,90%), dimensi infrastruktur cukup siap (70,56%), dan dimensi kelembagaan dan kebijakan siap (86,26%). Dari 47 atribut yang dianalisis, terdapat 18 atribut yang merupakan faktor pengungkit terhadap indeks dan status kesiapan, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan atau intervensi terhadap atribut-atribut tersebut. Dengan melakukan intervensi terhadap 18 faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status kesiapan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional ke tingkat yang lebih siap.


2016 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1 ◽  
Author(s):  
Siti Hajar Suryawati ◽  
Tajerin Tajerin

Maluku merupakan propinsi kepulauan dengan potensi sumberdaya perikanan tangkap yang besar. Potensi tersebut meliputi kelompok jenis ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang, pelagis kecil, demersal, udang, cumi-cumi dan ikan karang. Hal tersebut mendorong pemerintah menjadikan wilayah Maluku menjadi lumbung ikan nasional (M-LIN). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kesiapan Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) dala bentuk RAP-MLIN (Rapid Appraisal for Maluku as ‘Lumbung Ikan Nasional’) yang merupakan modifikasi dari software RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries). Hasil analisisnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan kesiapan program tersebut. Analisis leverage dan Monte-Carlo digunakan untuk mengetahui faktor pengungkit yang merupakan atribut-atribut yang sensitif terhadap indeks dan status kesiapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi ekologi statusnya cukup siap (50,33%), dimensi ekonomi cukup siap (67,62%), dimensi sosial siap (92,37%), dimensi teknologi siap (99,90%), dimensi infrastruktur cukup siap (70,56%), dan dimensi kelembagaan dan kebijakan siap (86,26%). Dari 47 atribut yang dianalisis, terdapat 18 atribut yang merupakan faktor pengungkit terhadap indeks dan status kesiapan, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan atau intervensi terhadap atribut-atribut tersebut. Dengan melakukan intervensi terhadap 18 faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status kesiapan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional ke tingkat yang lebih siap.(Evaluation of Readiness for Maluku as “Lumbung Ikan Nasional”)Maluku is an archipilagic province with large potential for fisheries resources including pelagic groups such as tuna and skipjack tuna, small pelagic, demersal, shrimp, squid and reef fish. This situation encourages the government to establish Maluku as “Lumbung Ikan Nasional (M-LIN)”. This study aimed to analyze the status of readiness of Maluku as “Lumbung Ikan Nasional”. Analytical method was used Multi Dimensional Scaling (MDS) which is so called RAP-MLIN (Rapid Appraisal for Maluku as Lumbung Ikan Nasional) which is a modification of the software RAPFISH (Rapid Appraisal for Fisheries). Analysis results expressed in terms of index and status of program readiness. Leverage and Monte Carlo analysis was used to determine attributes that are sensitive to the index and readiness status. Results showed that the ecological dimension was quite ready status (50.33%), the economic dimension was quite ready (67.62%), the social dimension ready (92.37%), the dimensions of the technology is ready (99.90%), the dimensions of the infrastructure was quite ready (70.56%), and the institutional and policy dimensions were ready (86.26%). Of the 47 attributes to be analyzed, there were 18 attributes enter during to factor of the index and the readiness status of the project, so that improvement and precise intervention can be made. With those intervention the implementation of Maluku as ‘Lumbung Ikan Nasional’ can be ensured.


2016 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 213
Author(s):  
M. Hidayanto ◽  
Supiandi S. ◽  
S. Yahya ◽  
L. I. Amien

Pulau Sebatik merupakan salah satu kawasan perbatasan negara antara Indonesia dan Malaysia. Di kawasan perbatasan Pulau Sebatik, tanaman kakao merupakan salah satu komoditas unggulan yang telah dibudidayakan sejak tahun 1980-an. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan tersebut. Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) yang disebut RAP-SEBATIK (Rapid Appraisal for Cocoa on Sebatik Island) yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan status keberlanjutan. Analisis Leverage dan Monte Carlo digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang sensitif  terhadap indeks, dan status keberlanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi ekologi statusnya kurang berkelanjutan (46,23%), dimensi ekonomi kurang berkelanjutan (48,58%), dimensi sosial budaya berkelanjutan (75,20%), dimensi infrastruktur dan teknologi kurang berkelanjutan (36.39%) dan dimensi hukum dan kelembagaan kurang berkelanjutan (40,49%). Dari 53 atribut yang dianalisis, terdapat 17 faktor atau atribut yang sensitif terhadap indeks dan status keberlanjutan, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan atau intervensi terhadap atribut-atribut tersebut untuk meningkatkan indeks dan status keberlanjutan.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Faisal Ramdhani ◽  
Hartrisari Hardjomidjojo

Small and Medium Enterprises (SMEs) is the locomotive of economic development of Indonesia. Within the framework of the national economy, SMEs have contributed to the recruitment of labor, the increase of Gross Domestic Product (GDP) as well as the increase of export value and national investment. In the vision and mission of Bogor city government, SMEs are expected to become the economic buffer of the city of Bogor in the face of free market competition. Currently there are 13.953 SMEs in the city of Bogor. Sustainability Index based on multi dimensional scaling can be used to measure the performance status of SMEs and formulate specific strategies that need to be done to improve their competitiveness. This research was conducted from dimension setting, attribute determination, attribute review, multidimentional scaling analysis, Monte Carlo and Leverage. The value of  Stress and R2 resulted  is less than 0.25 and more than 0.80 so that the data has good of fit. The Monte Carlo analysis results for all SMEs have been valid because it has sustainability index ratio with Monte Carlo index less than 5%.  The results show that the average sustainability index for SMEs in Bogor city is 49.8, which means that the city of Bogor is in sufficient condition (index value is below 50). The result also shows that ecological and economical factors are the important factors for increasing the performance of SMEs. The simulation results show that changes in related dimensions can increase the average value of the sustainability index to above 60 (good category). Key Words : Small and Medium Enterprises (SMEs), Sustainability Index, competitiveness, multi dimensional scaling.


2008 ◽  
Vol 25 (3) ◽  
pp. 395-398 ◽  
Author(s):  
RUMI TOKUNAGA ◽  
ALEXANDER D. LOGVINENKO ◽  
LAURENCE T. MALONEY

Observers viewed two side-by-side arrays each of which contained three yellow Munsell papers, three blue, and one neutral Munsell. Each array was illuminated uniformly and independently of the other. The neutral light source intensities were 1380, 125, or 20 lux. All six possible combinations of light intensities were set as illumination conditions. On each trial, observers were asked to rate the dissimilarity between each chip in one array and each chip in the other by using a 30-point scale. Each pair of surfaces in each illumination condition was judged five times. We analyzed this data using non-metric multi-dimensional scaling to determine how light intensity and surface chroma contributed to dissimilarity and how they interacted. Dissimilarities were captured by a three-dimensional configuration in which one dimension corresponded to differences in light intensity.


2018 ◽  
Vol 27 (2) ◽  
pp. 297 ◽  
Author(s):  
NFN Sudiono ◽  
Surjono Hadi Sutjahyo ◽  
Nurheni Wijayanto ◽  
Purnama Hidayat ◽  
Rachman Kurniawan

<p>Produktivitas usahatani sayuran menghadapi kendala produksi akibat gangguan organisme pengganggu tanaman, hal tersebut dapat diselesaikan melalui praktek pertanian yang baik dan pengendalian hama terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan indikator pengelolaan usahatani tanaman sayuran berkelanjutan dan menganalisis nilai indeks keberlanjutan pengelolaan usahatani berbasis pengendalian hama terpadu. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Oktober 2015 di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Metode penelitian menggunakan analisis multi dimensional scaling (MDS), leverage analysis, analisis Monte Carlo dengan teknik rapid appraisal for integrated pest management (Rap IPM) yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai indeks dan status keberlanjutan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 60 atribut yang di antaranya terdapat 20 faktor pengungkit atau atribut yang sensitif terhadap nilai indeks dan status keberlanjutan. Indeks keberlanjutan usahatani tanaman sayuran berbasis PHT di Kabupaten Tanggamus termasuk kriteria kurang berkelanjutan, dengan indeks gabungan sebesar 48,13. Indeks keberlanjutan yang paling tinggi adalah dimensi sosial dan ekonomi masing-masing sebesar 60,90 dan 51,39 termasuk kriteria cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi ekologi, teknologi, dan kelembagaan masing-masing sebesar 48,54; 38,36; dan 40,61 termasuk kriteria kurang berkelanjutan.</p><p>The yield of vegetable is at risk due to the incidence of pests and pathogens. It was related to good agricultural practices and integrated pest management. The purposes of this research were to identify indicators of sustainable vegetables farm and to analyze index sustainability of vegetable farm based on integrated pest management. The research was conducted from March to October 2015 in Tanggamus District, Lampung Province. This research applied multi dimensional scaling (MDS), leverage analysis, and Monte Carlo analysis by rapid appraisal for integrated pest management (Rap IPM). Research showed that among 60 indicators analyzed there were 20 sensitive indicators that affected sustainability index and status. Sustainability index in Tanggamus District were dimension of social and economy obtained value 60.90 and 51.39, it was categorized as sufficiently sustainable, while sustainability index of ecology, technology, and institution dimensions were 48.54, 38.36, and 40.61 respectively, which were considered as less sustainable.</p>


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 588-598
Author(s):  
Anggia Agatha Reza ◽  
Desti Christian Cahyaningrum ◽  
Susanti Pudji Hastuti

ABSTRAKFungsi sumber mata air Senjoyo sebagai kawasan lindung resapan air dan sekitar mata air perlu mendapat prioritas untuk menjamin keberlanjutan sumber mata air Senjoyo. Keberhasilan pengelolaan sumber mata air Senjoyo sebagai kawasan lindung resapan air dan sekitar mata air dapat ditunjukkan dengan status keberlanjutan pada dimensi ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status keberlanjutan sumber mata air Senjoyo pada dimensi ekologi. Status keberlanjutan ditentukan berdasarkan indeks keberlanjutan yang dirumuskan melalui metode RAP-WARES (Rapid Appraissal for Water Resources). Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survei dengan data primer dan sekunder yang dikonversi menjadi data kualitatif dalam bentuk skala likert sesuai atribut yang telah disusun. Hasil skoring data ke skala likert kemudian dianalisis dengan teknik Multi-Dimensional Scaling (MDS). Hasil analisis menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan Mata Air Senjoyo pada dimensi ekologi adalah sebesar 54.78 dan termasuk dalam kriteria cukup berkelanjutan. Model MDS yang dibangun menghasilkan nilai stress dan nilai R2 berturut-turut sebesar 14,12% dan 0,948. Nilai tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan atribut yang digunakan dapat mengkaji dengan cukup baik status keberlanjutan kawasan mata air Senjoyo dalam dimensi ekologi. Selisih Indeks Monte Carlo dan Indeks MDS adalah sebesar 0.246 yang membuktikan bahwa kesalahan dalam proses pembuatan skor untuk setiap atribut cenderung kecil, variasi dalam pemberian skor untuk setiap atribut akibat perbedaan pendapat responden relatif kecil, proses analisis yang dilakukan berulang stabil dan kesalahan dalam pemasukan dan kehilangan data dapat dihindari. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, terdapat dua atribut yang paling sensitif yaitu atribut perlindungan terhadap sungai dan mata air (perubahan RMS 3,50%), dan atribut aktvitas pariwisata (perubahan RMS 3,20%). Sehingga penelitian ini menyimpulkan bahwa, pengelolaan yang dilakukan masih perlu disesuaikan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, terutama pada aspek perlindungan terhadap sungai dan mata air dan aktivitas pariwisata. Direkomendasikan untuk lebih mengembangkan pariwisata berbentuk ekowisata daripada pariwisata massal untuk menjamin keberlanjutan Sumber Mata Air Senjoyo.  AbstractThe function of the Senjoyo springs as a water catchment protected area and around the springs needs to be prioritized to ensure the sustainability of the Senjoyo springs. The success of the of Senjoyo springs management as a water catchment protected area and around the springs can be shown by the sustainability status of the ecological dimension. This study aims to analyze the sustainability status of the Senjoyo spring on the ecological dimension. Sustainability status is determined based on the sustainability index that was formulated using the RAP-WARES (Rapid Appraissal for Water Resources) method. This research is a survey research with primary and secondary data which is converted into qualitative data in the form of a Likert scale according to the attributes compiled. The results of scoring the data to a likert scale were then analyzed using the Multi-Dimensional Scaling (MDS) technique. The results of the analysis shown that the sustainability index of Senjoyo Springs on the ecological dimension is 54.78 and is included in the criteria for being quite sustainable. Stress values and R2 values of the MDS model that was built successively are 14.12% and 0.948. This value indicates that all of the attributes that used can properly assess the sustainability status of the Senjoyo spring on the ecological dimension. The difference between the Monte Carlo Index and the MDS Index is 0.246, which proves that the error in the scoring process for each attribute, the variation in presenting scores for each attribute, and the results of the respondent's disagreement are relatively small. Also, the analysis process that is repeated is stable and errors in data entry and loss can be avoided. Based on the sensitivity analysis, there are two most sensitive attributes, namely the attribute of protection against rivers and springs (change in RMS 3.50%), and attributes of tourism activities (change in RMS 3.20%). So, the conclusion of this study is the management that carrying out still needs to be adjusted to the principles of sustainable development, especially in the aspect of protecting rivers and springs and tourism activities. It is recommended to develop tourism in the form of ecotourism instead of mass tourism to ensure the sustainability of Senjoyo Springs.


Author(s):  
Nasip Irianto ◽  
Enggar Apriyanto ◽  
Muhammad Faiz Barchia

Penelitian ini bertujuan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan dan mengidentifikasi atribut-atribut yang sensitif dalam sistem pengelolaan hutan pinus di Taman Nasional Kerinci Seblat Resort Rejang Lebong. Indeks dan status keberlanjutan pengelolaan hutan pinus dinilai dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur, dan hukum dan kelembagaan. Metode analisis data keberlanjutan yang digunakan dalam pengelolaan hutan pinus di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Resort Rejang Lebong adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) yang kemudian diberi nama RAP-TNKS (Rapid Appraisal for Pinus on TNKS) yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai indeks dan status keberlanjutan. Identifikasi atribut-atribut yang sensitif terhadap indeks dan status keberlanjutan dari masing-masing dimensi melalui Analisis Leverage dan Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks multidimesi status keberlanjutan pengelolaan hutan pinus di Taman Nasional Kerinci Seblat Resort Rejang Lebong sebesar 56,14 (cukup berkelanjutan). Nilai indeks keberlanjutan dari dimensi ekologi (64,23), dimensi ekonomi (51,95), dimensi sosial budaya (54,72) dan dimensi hukum dan kelembagaan (74,97) masuk ke dalam kategori baik dengan status cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi teknologi dan infrastruktur (34,81) berada pada kategori kurang dengan status kurang berkelanjutan.Kata Kunci: indeksdan status keberlanjutan, pinus, TNKS, MDS 


2014 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 382-385
Author(s):  
Kaori Kuroda ◽  
Hiroki Hashiguchi ◽  
Tohru Ikeguchi

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document