Analisis Wacana Surat Filemon

2019 ◽  
Author(s):  
Hendi

Perkembangan studi linguistik di dalam penafsiran teks kitab suci memang masih lambat dan dalam tahap perkembangan. Tulisan ini adalah suatu penelitian untuk mengembangkan studi linguistik di dalam penafsiran teks kitab suci di Indonesia. Penulis memilih studi linguistik dengan pendekatan analisis wacana. Model analisis wacana yang digunakan adalah analisis colon yang diperkenalkan oleh Johanes P. Louw. Sampel teks yang digunakan adalah surat Filemon. Hasil penelitian ini akan mendapatkan struktur dan tema surat Filemon. Pendekatan analisis wacana menekankan semantik. Arti atau makna di dalam teks melampaui kata, frasa, dan kalimat (struktur mikro teks) sehingga fokus analisis sampai kepada keseluruhan wacana (struktur makro teks). Struktur makro teks melingkupi arti dari struktur mikro teks. Seorang penulis menulis teks mulai dari ide wacana yang kemudian secara sadar membangun ide tersebut dari struktur mikro teks yang dipilihnya. Dalam analisis colon, struktur makro teks yang terpenting adalah paragraf yang merupakan satu unit semantis yang dibangun dari beberapa kelompok colon (cluster) dan atau colons. Arti kata, frasa, klausa, dan kalimat tidak lepas dari isi semantis paragraf yang mewadahinya. Sementara, penafsir-penafsir lain lebih memprioritaskan penafsiran struktur mikro teks daripada makro teks. Wacana dianalisis mulai dari paragraf sampai frasa dan kata (top down). Unit semantis dalam bentuk kata, frasa, dan klausa akan dianalisis dengan kategori semantis, pengelompokkan kata (grouping of words atau immediate constituents), dan transformasi struktur luar (surface structure) ke dalam struktur dalam (deep structure). Unit semantis dalam bentuk paragraf akan dianalisis dengan metode analisis colon. Di dalam analisis colon, ada beberapa langkah yang akan diuraikan yaitu pertama, membuat struktur colon (syntactic structure) dari setiap paragraf dan terjemahan literal. Pengelompokkan kata akan terlihat di dalam struktur colon. Kedua, mencari isi semantis dari setiap colon atau kelompok (cluster) dengan menganalisis kata, frasa, dan colon. Ketiga, mencari hubungan semantis di antara colon atau kelompok di dalam satu paragraf yang sama. Keempat, menentukan tema atau ide utama (the pivot point) dari setiap paragraf. Berdasarkan analisis colon, ide utama atau tema surat ini adalah permohonan Rasul Paulus kepada Filemon untuk mengembalikan atau menerima kembali Onesimus sebagai saudara di dalam Kristus. Tema wacana ini menentukan struktur makro dan mikro teks ditulis oleh Rasul Paulus. Rasul Paulus mulai menulis dengan pembukaan yaitu sapaan dan salam kepada Filemon dan seluruh jemaatnya. Kemudian, Rasul Paulus menuliskan dasar permohonannya yaitu iman dan kasih Filemon yang selama ini sudah didengar olehnya. Lalu, Rasul Paulus menuliskan permohonannya bahwa Filemon bisa menerima kembali Onesimus. Terakhir, Rasul Paulus menuliskan penutup yaitu salam dan doa berkat kepada seluruh jemaat. Implikasi pastoral atau teologis yang bisa dipelajari adalah cara iman dan kasih diterapkan secara nyata di dalam persekutuan dan kehidupan seperti pengampunan dan rekonsiliasi relasi dengan orang lain yang sudah berbuat dosa. Pengalaman jatuh ke dalam dosa dan dipulihkan oleh Allah adalah pengalaman yang tidak mungkin dipisahkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, persekutuan sesama orang percaya menjadi wadah atau alat anugerah bagi setiap orang percaya menghadapi berbagai godaan dosa. Secara khusus, penulis mengucap terima kasih kepada para mahasiswa STT Soteria Purwokerto terutama mereka yang sudah mengikuti kelas Studi dan Exegesis Perjanjian Baru. Mereka adalah orang (pembaca) pertama yang bersama penulis menggumuli teks ini selama 1 semester. Penulis juga mengucap terima kasih kepada isteri, Rina Mansyur, dan puteri, Filipe File Cendekia atas dukungan yang tiada taranya. Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada penerbitan Leutikaprio yang sudah bersedia mengedit dan menerbitkan buku ini.

2019 ◽  
Author(s):  
Hendi

Tulisan ini adalah salah satu upaya penulis untuk mengembangkan studitafsir dengan pendekatan linguistik di Indonesia. Penulis memilih pendekatananalisis wacana (discourse analysis). Model analisis wacana yang digunakanadalah analisis colon yang diperkenalkan oleh Johanes P. Louw. Output tulisanini adalah struktur dan tema surat Filipi yang dapat memberikan kontribusipemikiran teologis. Pendekatan analisis colon menekankan semantik. Didalam semantik, arti atau meaning di dalam teks melampaui kata, frasa, dankalimat (struktur mikro teks) itu sendiri sehingga fokus analisis teks harussampai kepada keseluruhan wacana (struktur makro teks). Struktur makroteks melingkupi meaning struktur mikro teks. Seorang penulis menulis teksmulai dari ide wacana yang kemudian secara sadar membangun ide tersebutdalam bentuk struktur mikro teks yang dipilihnya. Tesisnya adalah menemukanmeaning (deep structure) melalui analisis teks asli (surface structure). Dalam analisiscolon, struktur makro teks paling penting adalah paragraf yang merupakan satuunit semantis yang dibangun dari beberapa kelompok colon (clusters) dan ataucolons. Arti kata, frasa, klausa, dan kalimat tidak lepas dari isi semantis paragrafyang mewadahinya. Sementara, banyak analisis atau interpretasi teks lain lebihmemprioritaskan penafsiran struktur mikro teks daripada struktur makro teks.Unit semantis dalam bentuk paragraf akan dianalisis dengan beberapacara. Pertama, membuat struktur colon (syntactic structure) dari setiap unitsemantis. Pengelompokan kata akan terlihat di dalam struktur colon. Kedua,membuat terjemahan literal. Ketiga, mencari isi semantis dari setiap colon ataukelompok (cluster) colon dengan analisis kata, frasa, dan colon. Hasil analisisisi semantis adalah terjemahan dinamis atau deep structure. Keempat, mencarihubungan semantis di antara colon atau kelompok colon di dalam satu unit semantis yang sama. Kelima, menentukan tema atau ide utama (the pivot point)unit semantis. Keenam, membuat konsep teologis yang merupakan penjelasanlebih lanjut dari tema tersebut. Ketujuh, membuat struktur dan tema surat Filipisebagai satu wacana. Unit semantis dalam bentuk kata, frasa, dan colon akandianalisis dengan kategori semantis (semantic category), pengelompokan kata(grouping of words atau immediate constituents), dan transformasi struktur luar(surface structure) ke struktur dalam (deep structure).Analisis colon surat Filipi akan dibagi menjadi 16 unit semantis dalambentuk paragraf. Paragraf-paragrafnya adalah sebagai berikut: 1:1–2, 1:3–8,1:9–11, 1:12–26, 1:27–30, 2:1–4, 2:5–11, 2:12–18, 2:19–30, 3:1, 3:2–11, 3:12–16,3:17–21, 4:1–9, 4:10–20, dan 4:21–23. Surat ini bersifat personal dan tidak formalsecara struktur. Paulus bergerak dari satu ide utama ke ide utama lain sepertiterlihat pada struktur berikut ini. Melihat struktur berikut ini, peneliti dapatmengambil kesimpulan bahwa surat ini menekankan dua hal pokok yang dapatdisebut tema surat ini, yakni berbagai perhatian dan nasihat situasional Pauluskepada jemaat Filipi.


1972 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 65-70
Author(s):  
Richard Rystrom

Reading teachers and researchers have frequently assumed there is Some relationship between the syntactic structure of language and the reading acquisition process. Indeed, most methods for teaching reading are implicitly built upon assumptions about the interactions between language and reading behaviors. Often the findings of linguists can be used to suggest the nature of the relationship described above. Illustrated in this paper are different sentences which can be transformed in such a way that each has the same surface structure (typographic appearance) as the others, but which do not have the same meanings (deep structure). The paper illustrates why sentences which have various different meanings implicit in their syntactic structure would be difficult for beginning readers to understand.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 54-61
Author(s):  
Siti Inzali Listiadah ◽  
Sucipto Hadi Purnomo

ABSTRAK   Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur luar dan struktur dalam tradisi Bucu Kendhit serta untuk mendeskripsikan perwujudan sinkretisme dalam tradisi Bucu Kendhit di Desa Sidokumpul, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dengan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. hasil penelitian ini adalah Hasil penelitian ini adalah (1) Tradisi Bucu Kendhit memiliki dua struktur yaitu struktur luar (surface structure) dan struktur dalam (deep structure). Struktur luar (surface structure) meliputi: a) Pra upacara dan komponen penyusun; b) Proses pelaksanaan dan c) Ubarampe. Sedangkan struktur dalam (deep structure) meliputi : a) Kepercayaan masyarakat terhadap Tradisi Bucu Kendhit. b) Adanya fungsi Tradisi Bucu Kendhit yang teridiri dari fungsi sosial dan fungsi religi. c) Makna filosofi Tradisi Bucu Kendhit yang terdiri dari makna kebendaan, makna perilaku, dan makna ucapan atau ujaran. (2) Tradisi Bucu Kendhit di Desa Sidokumpul, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban memiliki tradisi slametan sebagai perwujudan sinkretisme yang mengandung tiga unsur yaitu: unsur Hindu, unsur Jawa, dan unsur Islam. Kata Kunci: Sinkretisme, Struktur, Tradisi Bucu Kendhit   ABSTRACT   This research is aim to describe the surface structure and deep structure the tradition of Bucu Kendhit, and to describe the manifestation of syncretism in the tradition of Bucu Kendhit in Sidokumpul Village, Bangilan District, Tuban Regency. The approach used in this research is structure approach with descriptive qualitative method. Data collection techniques used were observation, interview and documentation techniques. The results of this study are: (1) The tradition of Bucu Kendhit has two structures namely the surface structure and the deep structure. The outer structure (surface structure) includes: a) Pre-ceremony and its components; b) The implementation process and c) Ubarampe. While the deep structure includes: a) Community trust in the Tradition of Bucu Kendhit. b) The function of the Bucu Kendhit Tradition which consists of social functions and religious functions. c) The meaning of the tradition of Bucu Kendhit's tradition which consists of material meaning, behavioral meaning, and the meaning of speech or utterance. (2) The tradition of Bucu Kendhit in Sidokumpul Village, Bangilan District, Tuban Regency has a slametan tradition as an embodiment of syncretism which contains three elements, namely: Hinduism, Javanese elements, and Islamic elements.   Keyword: Sinkretisme, Struktur, Tradisi Bucu Kendhit.


Author(s):  
Dian Anik Cahyani ◽  
Aang Fatikhul Islam

This is a qualitative research on applied linguistic which is conducted to find applied semantic theory about ambiguity, a condition where an utterance has two or more interpretations. The writers uses Kreidler’s theory which classifies ambiguities into three kinds; lexical, referential, and syntactic which is devided into two types; surface structure and deep structure. The discussion includes kinds of ambiguity that are found and their interpretations. The data sources is English advertisement and the data is English advertisement utterances in banners, posters, and billboards. The writers collects the datas by taking in a picture, sellecting, and presenting. The next is analysis and conclusion. There are 33 datas that are found, they are twelve banners, eleven posters, and ten billboards. From banners, there are three lexical, no referential, six surface structure, and three deep structure ambiguities. From posters, there is no lexical, one referential, four surface structure, and six deep structure ambiguities. From billboards, there are two lexical, two referential, four surface structure, and two deep structure ambiguities. Generally, the ambiguities are dominated by surface and deep structure ambiguity.


1966 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57-67 ◽  
Author(s):  
M. A. K. Halliday

In the representation of syntagmatic relations in language, we may distinguish between a linear sequence of classes, such as ‘adjective followed by noun’, and a non-linear configuration of functions, such as ‘modifier-head relation’ or simply ‘modification’. Both of these have been referred to as ‘structure’, although this term has also been extended to cover paradigmatic as well as syntagmatic relations. For Hjelmslev, for whom ‘structure’ was not a technical term (see e.g. 1961: 74 (=1943: 67)), ‘the structural approach to language … [is] conceived as a purely relational approach to the language pattern’ (1948: quoted in Firth, 1951: 220); among others who have emphasized the relational aspect of such studies are Firth (1957: 17 ff., 1951: 227–8; cf. Robins, 1953; Palmer, 1964a), Tesnière (cf. Robins, 1961: 81 ff.) and Pike(cf. Longacre, 1964: 16). Chomsky's (1964: 32) distinction, using Hockett's terms, between ‘surface structure’ and ‘deep structure’, ‘structure’ here going beyond syntagmatic relations, is extremely valuable and widely accepted: the surface structure of a sentence is defined as ‘a proper bracketing of the linear, temporally given sequence of elements, with the paired brackets labelled by category names’, while the deep structure, which is ‘in general not identical with its surface structure’, is ‘a much more abstract representation of grammatical relations and syntactic organization’.


1983 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 195-202 ◽  
Author(s):  
Hedy White

ABSTRACTPrevious research indicates young children are likely to interpret the surface-structure subject of a sentence as the deep subject regardless of syntax, e.g. John is chosen as subject of both John is easy to please and John is eager to please. However, with one-noun sentences, the task required both recognizing a difference between the sentences and inferring an implied noun. Thus an inability to make an inference might be responsible for the children's consistency in choosing the surface subject. Two experiments compared kindergarteners' interpretations of one- and two-noun sentences. With two-noun sentences (i.e. John is easy for Jim to please), which explicitly stated the surface object, consistency in choosing the surface subject decreased.


2019 ◽  
Vol 27 (4) ◽  
pp. 181-199
Author(s):  
Alreem M Alfawaz Alreem M Alfawaz

T he semiotic approach is based on the assumption that the text includes a surface structure and a deep structure. Analyzing the two structures looks at the relations between the two. As for the objective behind the semiotic approach it is the uncovering of the relations that link the hidden implications of the text by following the development of meaning. On the other hand, the semiotics of emotions is a branch of general semiotics. Emotion is what semiotics analyzes to know its role in the creative text. In the collection of poems discussed here it is absence that played a role in the formation of the emotion of sadness: the absence of people or specific attitudes. Sadness is seen as preceding the ways meaning reveals itself and also as an agent in their production


2018 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 93-103
Author(s):  
Isnaini Rahmawati

Strukturalisme Levi-Strauss merupakan salah satu paradigma dalam antropologi yang memudahkan kita mengungkap berbagai fenomena budaya yang terjadi dan diekspresikan oleh berbagai suku pemilik kebudayaan, termasuk juga seni di dalam budaya. Tulisan ini membahas tentang sosok Levi-Strauss beserta konsep strukturalisme-nya dan juga asumsi dasar dari teori strukturalisme Levi-Strauss berikut kelebihan dan kekurangannnya dan selanjutnya akan mengungkapkan penggunaan paradigma strukturalisme Levi-Strauss untuk mengkaji bidang seni pertunjukan yaitu musik. Dari pembahasan yang dilakukan, strukturalisme Levi-Strauss berfokus pada bentuk (pattern) dari kata. Menurut Levi-Strauss bentuk-bentuk kata, erat kaitanya dengan bentuk atau susunan sosial masyarakat. Sementara itu, oposisi biner dianggap sebagai konsep yang sama dengan organisasi pemikiran manusia dan kebudayaan. Levi-Strauss juga mengambil beberapa konsep Ferdinan de Saussure seperti konsep tanda bahasa yang terdiri dari signifier (penanda) yang berwujud bunyi dan signified (petanda) dan juga konsep langue dan parole serta aspek sintagmatik dan paradigmatic. Selain itu Lévi-Strauss juga membedakan struktur menjadi dua macam; struktur luar (surface structure) dan struktur dalam (deep structure). Selanjutnya ia juga mengembangkan teorinya dalam analisis mitos. Asumsi dasar strukturalisme Levi-Strauss menekankan pada aspek bahasa. Struktur bahasa mencerminkan struktur sosial masyarakat. Disamping itu kebudayaan juga diyakini memiliki struktur sebagaimana yang terdapat dalam bahasa yang digunakan dalam suatu masyarakat.   Kata Kunci      : Strukturalisme Levi-Strauss, Language, Parole


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document