OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME DAPAT MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA

2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
I Made Dhita Prianthara ◽  
IA Pascha Paramurthi ◽  
I Kadek Ary Adhitya Pranatha

Latar belakang: Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk tetap berada dalam keadaan stimbang dan menyesuaikan diri terhadap gravitasi, permukaan tanah dan objek dalam lingkungannya ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan keseimbangan pada lansia tersebut dapat berdampak pada meningkatnya resiko jatuh pada lansia yang dapat menyebabkan berbagai macam cidera pada lansia seperti patah tulang maupun luka berat bahkan kematian. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui otago home exercise programme dapat meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan one group pre dan post test design. Sampel penelitian berjumlah 14 orang yang diberikan intervensi otago home exercise programme. Pengukuran keseimbangan dinamis dilakukan dengan menggunakan timed up and go test (TUGT) yang diukur sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Hasil: Hasil pengujian hipotesis menggunakan wilcoxon match pair test diperoleh rerata sebelum perlakuan sebesar 16,68 dan setelah perlakuan sebesar 12,09 dengan nilai p=0,001. Kesimpulan: Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan otago home exercise programme dapat meningkatkan keseimbangan pada lansia.Kata Kunci: Otago Home Exercise Programme, Keseimbangan Dinamis, Timed Up and Go Test, Lansia

2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 94-99
Author(s):  
Aprilia Nurtikasari ◽  
Rafika Soraya

Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother-to Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Layanan PPIA diintegrasikan dengan paket layanan KIA, Keluarga Berencana (KB), kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan dalam strategi Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) HIV-AIDS dan IMS. Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004, khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV tinggi. Program PPIA juga telah dilaksanakan oleh beberapa lembaga masyarakat khususnya untuk penjangkauan dan perluasan akses layanan bagi masyarakat. Agar penularan HIV dari ibu ke anak dapat dikendalikan, diperlukan peningkatan akses program dan pelayanan PPIA yang diintegrasikan ke dalam kegiatan  pelayanan KIA, KB, serta kesehatan remaja di setiap jenjang fasilitas layanan kesehatan dasar dan rujukan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan pra-eksperimental, dimana jenis rancangannya yaitu pra-pasca tes dalam satu kelompok (One-group pra-post test design). Subjek penelitian ini adalah ibu hamil di Desa Gampeng Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri berjumlah 35 responden. Hasil penelitian ini didapatkan pengetahuan ibu hamil tentang PPIA sebelum penyuluhan menunjukkan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 16 responden (46%). Sedangkan pengetahuan ibu hamil tentang PPIA sesudah penyuluhan menunjukkan pengetahuan baik yaitu sebanyak 28 responden (80%). Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Match Pair Test  menunjukkan hasil Z sebesar -4.689 dengan tingkat signifikan α sebesar 0,000 (2-tailed) (atau p value = 0,000 < 0,05) maka H1 diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan ibu hamil tentang PPIA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan ibu hamil tentang PPIA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan oleh peneliti.    


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 67-75
Author(s):  
ERMA HERDYANA ◽  
NUR QOMARI

     Personal hygiene atau kebersihan diri perorangan perlu diaplikasikan pada diri pribadi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan baik fisik maupun psikisnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan sikap remaja sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang personal hygiene.       Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental dengan pre-post test design. Populasi yang digunakan sebanyak 60 responden dan tehnik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan besar sampel yang digunakan sebanyak 60 responden, lokasi penelitian yang digunakan adalah di Pondok Pesantren WaliBarokah Kediri yang dilakukan pada tanggal 28 Mei-04 Juli 2016. Variabel independen dalam penelitian ini adalah penyuluhan tentang personal hygiene sedangkan variabel dependennya adalah sikap remaja putri. Pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Pengolahan data menggunakan editing, cording, scoring dan tabulating lalu dianalisa menggunakan rumus Wilcoxon Match Pair Test.      Hasil penelitian secara umum sikap remaja putri usia 13-15 tahun sebelum diberi penyuluhan adalah 32 responden (53,3%) menunjukkan sikap positif dan 28 responden (46,7%) menunjukkan sikap negatif. Sedangkan setelah diberi penyuluhan 35 responden (58,3%) menunjukkan sikap positif dan 25 responden (41,7%) menunjukkan sikap negatif. Hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon, diperoleh hasil nilai Z sebesar -2,000 dengan σ ≤ 0,05 sehingga H1 diterima.      Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara sikap remaja putri usia 13-15 tahun sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang personal hygiene. Dengan demikian diharapkan remaja putri lebih termotivasi untuk selalu bersikap positif terhadap kebersihan dirinya seperti selalu merawat kebersihan rambut, gigi, mulut, kuku, dan khususnya genetalia.     Kata kunci : sikap, remaja putri, personal hygiene, penyuluhan


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Sri Haryuni

Bencana alam bisa terjadi pada saat jam pelajaran berlangsung oleh karena itu perlu adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam. Hal ini perlu untuk mengurangi resiko banyaknya korban jiwa dan kerusakan. Kesiapsiagaan bencana alam pada sekolah atau madrasah penting karena pada jam-jam pelajaran merupakan tempat berkumpulnya anak didik yang tentunya mempunyai kerentanan tinggi. Pengurangan risiko bencana, perlu dilakukan untuk mengurangi banyaknya korban jiwa dan kerusakan, secara kuantitatif yakni sebanyak 75% sekolah di Indonesia berada pada resiko sedang hingga tinggi dari bahaya bencana. Tujuan di lakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan siaga bencana gempa bumi terhadap kesiapsiagaan anak usia sekolah dasar dalam menghadapi bencana gempa bumi di “Yayasan Hidayatul Mubtadiin” Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Penelitian ini termasuk jenis penelitian inferensial. Jenis rancangan yang digunakan adalah cross sectional dengan jenis pre experimen. Desain penelitian One group pre post test design. Sampel penelitian ini sebanyak 24 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen adalah pelatihan siaga bencana gempa bumi dengan metode pelatihan siaga bencana gempa bumi dan variabel dependennya adalah kesiapsiagaan anak usia sekolah dasar dalam menghadapi bencana gempa bumi. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon match pair test dengan sig. α =0,05. Hampir seluruhnya anak usia sekolah dasar yang siap sebanyak 10 (41,3%) dan sangat siap sebanyak 14 (58,3%) di “Yayasan Hidayatul Mubtadiin” di kota Kediri. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon match pair test didapatkan p value  = 0,000 , maka H0 ditolak H1 diterima, artinya ada Pengaruh Pelatihan Siaga Bencana Gempa Bumi Terhadap Kesiapsiagaan Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Mengahadapi Bencana Gempa Bumi Di “Yayasan Hidayatul Mubtadiin” Kota Kediri. Hasil penelitian ini merekommendasikan pihak sekolah agar lebih menerapkan pentingnya pendidikan kesiapsiagaan becana gempa bumi di sekolah- sekolah, dapat mengurangi resiko bencana pada sekolah dan dengan salah satu programnya dengan menjadi sekolah siaga bencana.;  


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 45-51
Author(s):  
Siti Komariyah

Komplikasi kehamilan berdampak pada ibu dan janin, pada ibu berdampak perdarahan, infeksi, kematian dan kecacatan.     Faktor  sosial, ekonomi dan budaya dapat mempengaruhi status kesehatan, reproduksi, akses pelayanan kesehatan, dan perilaku/pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang komplikasi kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.      Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian praeksperimental, dengan jenis pra-pasca tes dalam satu kelompok (one-grup pra-post test design). Populasi menggunakan seluruh ibu hamil trimester II dan III berjumlah 35 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Terdapat 2 variabel yaitu dependent dan independent. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian dilakukan pengolahan data editing, coding, tabulating, scoring dan hasil penelitian dianalisa dengan wilcoxon match pairs test.      Hasil penelitian dari 35 responden sebelum di berikan penyuluhan didapatkan sebanyak  21 responden (60%)  mempunyai pengetahuan dengan kriteria cukup. Sedangkan sesudah penyuluhan sebagian besar responden yaitu sebanyak 25 responden (71,4%) mempunyai pengetahuan dengan kriteria baik. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Match Pair Test diperoleh hasil Z sebesar -5,181 dengan nilai signikasi sebesar 0,000 (  ≤ 0,05). H1 diterima, artinya ada perbedaan antara pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang komplikasi kehamilan sebelum dan sesudah penyuluhan di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.      Hasil penelitian disimpulkan ada perbedaan pengetahuan ibu hamil trimester II dan III  tentang komplikasi kehamilan menjadi meningkat sesudah diberikan penyuluhan. Diharapkan tempat penelitian untuk memberikan informasi pada ibu hamil tentang komplikasi kehamilan. Oleh karena itu penyuluhan berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan.


2020 ◽  
Author(s):  
Chun Mei Xiao ◽  
Jing Jing LI ◽  
Yong Kang ◽  
Yong Chang Zhuang

Abstract Background Exercise therapy is a key intervention in the management of knee osteoarthritis (KOA) and recommended in international guidelines on KOA management. An effective home-exercise programme for frail older adults with KOA was successful in achieving high adherence. This randomised controlled trial was to compare the adherence to the exercise and lasting effects of follow-up 3 months. Methods Sixty-eight participants in the original Wuqinxi (WQX) exercise study were community dwelling older adults (age = 70.95 ± 9.85 years) with KOA were categorised into 34 controls group, 34 WQX group adherers. The Western Ontario and Mc Master Universities Osteoarthritis Index questionnaire score (WOMAC) pain and Berg Balance Scale, Timed Up and Go Test, 6-min Walk Test, 30-s chair stand test, isokinetic muscle strength testing of knee flexion and extension measured at pre-test and post-test of the intervention period and follow-up for two groups. Results The WQX group maintained or improved in all nine measures from post-test to follow-up, whereas the control group significantly declined in WOMAC pain, Knee extensor strength and Knee flexor strength. Conclusion The WQX programme was an effective home-exercise programme that achieves high adherence in older adults with KOA who lived in these communities.


Author(s):  
Asniati Asniati ◽  
La Ode Muharam

Penelitian ini bertujuan untuk Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok dalam Mengatasi Perilaku Agresi Siswa SMP Negeri Lentea. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan pre-eksperiment. Subjek dalam penelitian ini adalah 8 orang siswa. Metode analisis data menggunakan analisis Wilcoxon Match Pair Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam menurunkan perilaku agresi siswa, hal ini ditunjukkan adanya penurunan skor agresi siswa dari 65,74% menjadi 56,60% atau turun sebesar 9,14%. Sedangkan hasil uji Wilxocon Match Pairs test diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,012 < 0.05, dengan nilai negatif ranks antara kecenderungan perilaku agresi siswa untuk pre-test dan post-test. Dari nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dalam menurunkan perilaku agresi siswa SMP Negeri Lentea.


Jurnal JKFT ◽  
2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 36
Author(s):  
Nurhasanah Nurhasanah ◽  
Annisaa Fitrah Umara ◽  
Hikmah Hikmah

Benign Prostat Hyperplasia (BPH) adalah salah satu penyakit tidak menular yang masih banyak ditemukan pada laki-laki. Di negara berkembang sebanyak 5,35% kasus BPH diantaranya diderita pada usia 60 tahun. Tindakan pembedahan yang sering digunakan dalam kasus BPH adalah Transurethral Reseksi Prostat (TURP). Salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi akibat pembedahan adalah nyeri. Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan  teknik distraksi audio mendengarkan Asmaul-Husna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan Asmaul-Husna Terhadap tingkat nyeri di RSU Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Pre-test dan Post Test, pengambilam sampel mengunakan teknik purposive sampling dengan 12 responden dengan Uji  normalitas  shapiro wilk statistic nilai kemaknaan <0,05 dan uji statistik Wilcoxon Matc Pair Test dengan taraf  signifikan p value <0,05. Penelitian ini menunjukan bahwa tingkat nyeri sebelum intervensi menunjukkan nyeri sedang  yaitu sebanyak 7 responden (58,3%) dan nyeri berat sebanyak 5 responden (41,7%) setelah dilakukan intervensi  pasien yang mengalami nyeri ringan sebanyak 7 responden (58,3%) dan nyeri sedang sebanyak 5 responden (41,7%). Uji normalitas tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi adalah 0,000 dengan hasil uji Wilcoxon Match Pair Test p value = 0,01. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh mendengarkan Asmaul-Husna terhadap tingkat nyeri pada pasien post TURP. Disarankan bagi pihak Rumah Sakit untuk dapat menjadikan Asmaul-Husna sebagai intervensi mandiri keperawatan dalam menurunkan tingkat nyeri pada pasien BPH.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Endah Dwi Lestari ◽  
Annisaa Fitrah Umara ◽  
Siti Asriah Immawati

Background: Tuberculosis is a direct infectious disease caused by TB germs (Mycobacterium Tuberculosis). The entry of Tuberculosis bacteria will infect the lower respiratory tract which can result in productive coughing and coughing up blood. Some nursing interventions to overcome the problem of airway cleaning ineffectiveness include effective coughing exercises. Objective: This study aims to determine the effect of effective cough on sputum removal in patients with pulmonary tuberculosis. Research Methods: The study design used was Quasi Experimental Pre-test and Post-test. The population of 15 respondents included all pulmonary tuberculosis patients in Balaraja Hospital. A sample of 10 respondents was taken using Non Probability sampling. Independent variables are effective cough and dependent variable sputum expenditure Analysis of data with the Wilcoxon Match Pair Test with a significant level of a≤ 0.05. Research Results: The results showed that the majority of respondents were unable to excrete sputum before being trained in effective cough of 4 respondents (40.0%), respondents who had moderate sputum expenditure as much as 6 respondents and respondents could excrete large amounts of sputum after being trained for effective coughing by 6 respondents (60.0% ), respondents who issued a lot of medium sputum were 4 respondents (40.0%) and the results of the Wilcoxon Match Pair Test were 0.04 which meant <0.05 then Ha was accepted. Conclusion: It means that there was an effective effect of cough on sputum release in Tuberculosis patients at Balaraja Hospital. Pulmonary Tuberculosis patients by doing effective cough can save energy so it does not get tired easily and can expel phlegm optimally and is recommended one day before sputum examination, patients are advised to drink warm water to facilitate sputum removal. Keywords: Effective Cough; Pulmonary Tubercullosis; Sputum


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 56-65
Author(s):  
ERMA HERDYANA ◽  
Indah Fitri Sulis

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah kehamilan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam suatu keluarga yaitu menggunakan cara permanen. Rendahnya pemakaian metode kontrasepsi MOW dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kelebihan dan kelemahan, efektivitas dan efisiensi. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan wanita PUS tentang metode kontrasepsi MOW sebelum dan sesudah penyuluhan. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah Pra-eksperimental Desain yaitu One Group Pre-Test and Post-Test. Populasi sebanyak 33 wanita PUS dan pengambilan sampel menggunakan total sampel yaitu seluruh populasi menjadi responden. Variabel independen penelitian ini yaitu penyuluhan tentang metode kontrasepsi MOW dan Variabel dependen penelitian ini adalah pengetahuan wanita PUS tentang metode kontrasepsi MOW sebelum dan sesudah penyuluhan. Pengumpulan data pada tanggal 26 Mei 2016, data diperoleh dari kuesioner. Pengolahan data dengan editing, coding, scoring dan tabulating. Analisis data menggunakan rumus Wilcoxon Match Pair Test Hasil penelitian yang didapatkan dari 33 responden, pengetahuan wanita PUS sebelum diberi penyuluhan 25 responden (75,76%) mempunyai pengetahuan cukup. Sedangkan pengetahuan wanita PUS sesudah diberi penyuluhan 28 responden (84,84%) mempunyai pengetahuan baik. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Match Pair Test menunjukkan hasil Z sebesar -5.533 dengan tingkat signifikasi () sebesar  0.000 (  0,05) H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada perbedaan pengetahuan wanita PUS sebelum dan sesudah penyuluhan. Dengan dilakukan penyuluhan, diharapkan wanita PUS mengamplikasikan pengetahuan dengan baik. Untuk itu diharapkan tenaga kesehatan lebih aktif dalam penyuluhan kontrasepsi MOW untuk meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi MOW.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 69-80
Author(s):  
ROFIK DARMAYANTI ◽  
Fitria Pangestuti

     Stimulasi perkembangan yang dilakukan oleh ibu maupun keluarga sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan seorang anak. Kurangnya pemberian stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan yang menetap. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan pengetahuan ibu sebelum diberi penyuluhan dan setelah diberi penyuluhan tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-3 tahun.      Desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimental design dengan menggunakan pre test-post test. Populasinya adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 0-3 tahun yang rutin membawa anaknya ke Posyandu di Posyandu 5 Kelurahan Srengat Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar sabanyak 23 responden. Keseluruhan populasi digunakan sebagai sampel dengan teknik total sampling. Variabel yang digunakan adalah Independent Variable  yaitu penyuluhan tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-3 tahun dan Dependent Variable yaitu pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-3 tahun. Pengumpulan data diperoleh  menggunakan kuesioner, pengolahan data melalui editing, coding, scoring dan tabulating. Untuk menguji adanya perbedaan dilakukan analisa uji Wilcoxon Match Pair Test.      Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu sebelum diberi penyuluhan tertinggi dengan kriteria pengetahuan kurang, sebanyak 13 responden (56,52%). Dan pengetahuan ibu setelah diberi penyuluhan tertinggi dengan kriteria pengetahuan baik sebanyak 15 responden (65,22%). Dari uji Wilcoxon didapatkan hasil ada perbedaan pengetahuan ibu sebelum diberi penyuluhan dan setelah diberi penyuluhan tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-3 tahun (σ≤0,05).      Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui ada perbedaan pengetahuan ibu sebelum diberi penyuluhan dan setelah diberi penyuluhan tentang stimulasi perkembangan anak usia 0-3 tahun. Sehingga diharapkan ibu lebih aktif mencari informasi untuk menambah pengetahuan dan mendeteksi dini terjadinya keterlambatan perkembangan. Kata kunci :   , Ibu, Penyuluhan, Stimulasi, Perkembangan, Anak


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document