scholarly journals Uterine Prolapse in Postmenopausal Women in the Coastal Areas

Author(s):  
Juminten Saimin ◽  
Indria Hafizah ◽  
Nina Indriyani ◽  
Ashaeryanto ◽  
Satrio Wicaksono

Objective: To assess the characteristics of postmenopausal women in the coastal areas that experience uterine prolapse.Methods: This was a retrospective descriptive study conducted at Alpha Gynecology Clinic in Kendari. Samplesare cases of uterine prolapse from coastal areas that visited in January to December 2017. Samples were taken by consecutive sampling. The diagnosis of uterine prolapse is based on the Pelvic Organ Prolapse Quantification system. Data is presented with tables and narration.Results: There were 21 respondents who experienced uterine prolapse. Most respondents were aged 61-70 years (42.8%), work as housewives (71.4%), parity more than 4 (85.7%), and duration of menopause >5 years (100.0%). The most common complaint at the fi rst time was a feeling of a lump in the vagina (81.0%), in the third degree of uterine prolapse (57.1%), and accompanied by comorbidities (66.7%). Conclusions: Uterine prolapse in postmenopausal women in the coastal areas was found in housewives, aged 61-70 years, grande-multiparous, and duration of menopause >5 years. The main complaint was felt a lump in the vagina, in the third degree and accompanied by comorbidities. Counselling, information and education regarding symptoms and management of uterine prolapse need to be done.Keywords: coastal areas, postmenopausal women, uterine prolapse.AbstrakTujuan: Mengetahui karakteristik perempuan postmenopause di daerah pesisir yang mengalami prolapsus uteri.Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif yang dilakukan di Klinik Ginekologi Alfa di Kendari. Sampel adalah kasus prolapse uteri yang berasal dari daerah pesisir yang berkunjung pada bulan Januari sampai Desember 2017. Sampel diambil secara consecutive sampling. Diagnosis prolapsus uteri berdasarkan sistem Pelvic Organ Prolapse Quantification. Data disajikan dalam bentuk tabel dan narasinya.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat 21 responden yang mengalami prolapsus uteri. Responden terbanyak berusia 61-70 tahun (42,8%), pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (71,4%), paritas lebih dari 4 (85,7%), dengan lama menopause lebih dari 5 tahun (100,0%). Keluhan yang paling sering dialami pada saat pertama datang adalah terasa ada yang mengganjal di jalan lahir (81,0%), dengan diagnosis prolapsus uteri derajat 3 (57,1%), dan disertai penyakit penyerta (66,7%).Kesimpulan: Prolapsus uteri pada perempuan postmenopause di daerah pesisir ditemukan pada ibu rumah tangga, usia 61-70 tahun, grande multipara, menopause >5 tahun. Keluhan utama terasa ada yang mengganjal di jalan lahir disertai penyakit penyerta, dengan diagnosis prolapse uteri derajat 3. Perlu dilakukan penyuluhan, konseling dan edukasi mengenai gejala dan penatalaksanaan prolapsus uteri.Kata kunci: daerah pesisir, prolaps uteri, perempuan postmenopause.

Author(s):  
Tyas Priyatini ◽  
Finish Fernando ◽  
Lucky S. Widyakusuma ◽  
Shirley T. Anggraeni ◽  
Kukuh W. Kustarto

Abstract Objective: To know sensitivity, specificity and accuracy of Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) to measure cervical length for cervical elongation diagnose in Pelvic Organ Prolapse (POP) patients with gold standard was the anatomical cervical length from hysterectomy result. Methods: Diagnosis research, cross-sectional, consecutive sampling. POP-Q was taken before the operation and the anatomical cervical length was from hysterectomy result Results: Sixty six subject, 1.5% 2nd stage POP, 45.5% 3rd stage POP, and 53.0 % 4th stage POP. Mean (± sd) age and body mass index consecutively59.88 years (± 9.347) and 24.41 (± 3.67) kg/m2. Median (min-max) cervical length POP-Q and anatomy consecutively 4 cm (1-12) and 5 cm (3-10). Sensitivity, Specificity dan Accuracy POP-Q consecutively 79%, 58% dan 68% Conclusion: POP-Q has good specificity (79%) but with less sensitivity (58%) with accuracy 68% to diagnose cervical elongation in POP Keywords: accuracy, cervical elongation, cervical length,  pelvic organ prolapse,  pelvic organ prolapse quantification (POP-Q), sensitivity, specificity.   Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) untuk menilai panjang serviks sebagai diagnosis elongasio serviks pada pasien POP dengan baku emas pengukuran anatomi serviks dari hasil histerektomi. Metode: Uji diagnosis, potong lintang, consecutive sampling. Data diambil dari pemeriksaan POP-Q dan pengukuran anatomi serviks dari hasil histerektomi. Hasil : Enam puluh enam subjek, 1,5% POP derajat 2, 45,5% POP derajat 3 dan 53,0 % POP derajat 4. Rerata(± sb)usia dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berturut – turut 59,88 tahun (± 9,347) dan 24,41 (± 3,67) kg/m2. Median (min-maks) panjang serviks POP-Q dan anatomi berturut – turut 4 cm (1-12) dan 5 cm (3-10).  Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi POP-Q berturut – turut 79%, 58% dan 68% Kesimpulan : Pemeriksaan POP-Q memiliki spesifitas yang baik (79%) tetapi dengan sensitivitas yang kurang baik (58%) dan akurasi 68% untuk diagnosis elongasio serviks pada prolaps organ panggul. Kata kunci: akurasi, elongasio serviks, panjang serviks,  prolaps organ panggul, pelvic organ prolapse quantification (POP-Q), sensitivitas, spesifisitas


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-44
Author(s):  
Ermawati Ermawati ◽  
Hafni Bachtiar

Prolap organ panggul merupakan kondisi yang mempengaruhi kualitas hidup wanita. Prolaps organ panggul ini dapat disebabkan oleh perlukaan sewaktu proses persalinan, proses penuaan, komposisi jaringan pada seorang wanita, batuk- batuk kronis, atau sering melakukan pekerjaan berat. Pengenalan dini prolaps terkait dengan prognosis pemulihan anatomik dan fungsional organ panggul. Hingga kini, penerapannya dalam dunia klinis belum banyak sehingga pelatihan dan pembelajaran lebih lanjut tentang pelvic organ prolapse quantification (POPQ) jelas diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan metode case control study di polikilinik Obgin RSUP. Dr. M. Djamil Padang mulai bulan September 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi sebanyak 98 orang. Dengan 49 orang kelompok kontrol dan 49 orang kelompok kasus .Analisis dilakukan untuk menilai hubungan usia, paritas, pekerjaan dan indek massa tubuh dengan kejadian prolap organ panggul berdasarkan skor POPQ. Data disajikan dalam bentuk tabel. Data diuji dengan t test dan chi square test. Jika p<0,05 menunjukan hasil yang bermakna. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 27,871.terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 52,970.Dari analisa statistik pekerjaan tidak bisa di uji secara statistik.indek massa tubuh tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian prolap organ panggul.(p>0,05)


2012 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 35-38 ◽  
Author(s):  
Alejandro D. Treszezamsky ◽  
Gilad Filmar ◽  
Georgia Panagopoulos ◽  
Michael D. Vardy ◽  
Charles J. Ascher-Walsh

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document