scholarly journals HUBUNGAN ANTARA PAJANAN KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN NON- AUDIOTORY PADA PETUGAS KEAMANAN DALAM (PKD) PT KERETA API INDONESIA (KAI) DI STASIUN BOGOR TAHUN 2020

PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 114
Author(s):  
Firdha Wahyuni Ardianty ◽  
Anissatul Fathimah ◽  
Andi Asnifatima

<div class="WordSection1"><p>Amerika Serikat, berdasarkan <em>National Institute for Deafness and Communication Disorders </em>(NICDC) dan <em>National Occupational Safety and Health Administration </em>(OSHA) pada  tahun 2008 mengatakan bahwa lebih dari 30-40 juta masyarakat Amerika Serikat terpajam bunyi bising yang menyebabkan gangguan <em>non audiotory</em>. Selain itu menurut <em>National Institute For Occupational Safety And Health </em>(NIOSH) diketahui bahwa 22 juta pekerja memiliki potensi mengalami gangguan <em>non audiotory </em>setiap tahunnya. Di berbagai industri di Indonesia, angka kebisingan ini berkisar antara 30-50%. Sehingga gangguan <em>non audiotory </em>menjadi permasalahan yang patut diperhatikan bagi perindustrian di Indonesia. Pada tahun 2007, sekitar 23.000 orang kasus dilaporkan sebagai gangguan <em>non audiotory </em>akibat mesin-mesin yang menghasilkan intensitas kebisingan di ats NAB (Muslim, 2015). Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan yaitu  gangguan <em>audiotory </em>dan gangguan <em>non audiotory</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pajanan kebisingan dengan gangguan <em>non audiotory </em>pada petugas keamanan dalam (PKD) pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) di stasiun bogor. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen meliputi pajanan kebisingan, umur pekerja, masa kerja, pendidikan, lama pajanan/jam kerja dan alat pelindung telinga sedangkan variabel dependennya yaitu gangguan <em>non audiotory</em>. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan <em>Non-probability Sampling </em>dengan jumlah sampel penelitian sebesar 75 responden. Pengambilan data kebisingan dengan menggunakan alat <em>sound level meter</em>, menyebarkan kuesioner serta wawancara mendalam mengenai alat pelindung telinga. Analisis data penelitian menggunakan aplikasi statistic dengan menggunakan uji <em>chi-square</em>. Berdasarkan hasil penelitian ini, kebisingan pada petugas keamanan dalam stasiun bogor di empat titik pengukuran nilai minimum sebesar 84,5 dBA dan nilai maksimum sebesar 92,5 dBA dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 50 pekerja (66,7%) tidak mengalami gangguan <em>non audiotory </em>dan 25 pekerja (33,3%) mengalami gangguan <em>non audiotory</em>. Hasil uji statistic <em>Chi-Square Test </em>diperoleh dari enam variabel yang diteliti diketahui bahwa semua variabel tidak bermakna dengan nilai  pajanan  kebisingan (<em>p-value</em>=0,111), umur (<em>p-value</em>=0,683), masa kerja (<em>p-value</em>=0,173) yang memiliki nilai (<em>p-value</em>&gt;0,05) artinya dari variabel tersebut tidak ada hubungan yang bermakna dengan gangguan <em>non audiotory </em>pada petugas keamanan dalam pada PT Kereta Api Indonesia di stasiun bogor. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara pajanan kebisingan, umur dan masa kerja dengan gangguan <em>non audiotory </em>pada petugas keamanan dalam pada PT Kereta Api Indonesia di stasiun bogor. Saran bagi PT KAI yaitu melakukan pergantian petugas setiap 4 jam sekali dari tempat kerja yang bising ke tempat yang tidak terpapar bising sedangkan saran bagi  pekerja memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencari tempat yang tidak bising pada saat istirahat, agar tubuh menjadi lebih rileks sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya gangguan <em>non audiotory</em>.</p></div>

PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 338
Author(s):  
Nanda Fitriyani Ainiyyah ◽  
Anissatul Fathimah ◽  
Andi Asnifatima

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di lingkungan kerja, dimana kebisingan tersebut dapat menyebabkan gangguan psikologis serta stress kerja. Menurut NIOSH (2010), penyakit akibat kebisingan kerja ditemukan pada 17.00 kasus dari 59.100 kasus, yaitu sejumlah 1 dari 9 penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebisingan terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. ElangPerdana  tyre industry. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan <em>total sampling </em>dengan jumlah sampel 68 responden. Pengambilan data kebisingan dengan menggunakan alat <em>sound level meter </em>wawancara mendalam mengenai alat pelindung telinga serta penyebaran kuesioner. Analasis data penelitian menggunakan aplikasi statistik dengan menggunakan uji <em>Chi-Square. </em>Diketahui nilai <em>p-value </em>Beban kerja mental (<em>p-value=</em>0,022) artinya <em>p- value</em>&lt;0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja mental terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing</em>. Hasil uji statistik <em>Chi-Square Test </em>diperoleh nilai kebisingan (<em>p-value=</em>0,575), usia (<em>p-value=</em>1,000), tingkat pendidikan (<em>p-value=</em>1,000), masa kerja (<em>p-value=</em>0,680) dari ketiga variable tersebut tidak ada hubungan yang signifikan terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. Elangperdana Trye Industry, dan hasil penelitian ini menunjukan  51 pekerja (75,0%) tidak mengalami stress kerja dan 17 pekerja (25,0%) mengalami stress kerja. Pengukuran kebisingan pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. Elangperdana Tyre Industry terdapat 3 titik yang memiliki nilai ambang batas &gt;85 dBA yaitu Feeding CV MIX 2 (93,7 dBA), Mill 2 MIX 2 (89,1 dBA), Cement House (88,1 dBA). Kesimpulan dari penelitian yang memiliki hubungan antara kebisingan terhadap stress kerja yaitu beban kerja mental dan yang tidak memiliki hubungan yaitu, kebisingan, usia, tingkat Pendidikan, dan masa kerja. Saran Melakukan safety talk kepada pekerja sebagai bentuk sosialisasi tentang bahaya kebisingan di tempat kerja kepada pekerja, Tenaga kerja yang bekerja di area bising dapat saling mengawasi, mengingatkan dan menegaskan rekan kerja sehingga dapat membangun kedisiplinan dan konsisten dalam penggunaan Alat Pelindung Telinga.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 125
Author(s):  
Nur Azizah ◽  
Setiawan Setiawan ◽  
Gerry Silaban

<p><em>A hospital is one of the work places which potentially causes danger to its employees. The cases which commonly occur are pricked by hypodermic needles, sprained, lumbago, and the other infections. A survey conducted a the beginning of 2017 revealed that there were some cases of occupational accident undergone by nurses at Permata Bunda Hospital such as HNP (Hernias Nukleus Pulposus), pricked by hypodermic needles, scratched by ampoule lids, and slipped.</em><em> </em><strong><em>Methods</em></strong><em>: </em><em>The objective of the research was to analyze the correlation of supervision, work procedure, and physical condition with the incidence of occupational accident in nurses in the inpatient wards of Permata Bunda Hospital, Medan. The data were analyzed by using chi square test. The samples were 96 nurse practitioners as the respondents, taken by using consecutive sampling technique.</em><em> </em><strong><em>Results and Discussion</em></strong><em>: </em><em>The result of the research showed that 17.7% of the respondents had undergone occupational accidents such as HNP (14.6%), pricked by hypodermic needles (15.6%), and slipped (10.4%). The result of chi square statistic test showed that the three variables: supervision (p=0.000), work procedure (p=0.005), and physical condition (p=0.000) had significant correlation with nurses’</em><em> </em><em>occupational accidents. </em><strong><em>Conclusion</em></strong><em>: </em><em>It is recommended that the hospital management increase occupational safety and health for the nurses by providing training about the danger of occupational accident in nurses and about occupational safety and health.</em></p><p><em>Keywords: Supervision, Work Procedure, Physical Condition, Occupational Accident </em></p><p> </p>


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 916-921
Author(s):  
Endang Nur Amaludin ◽  
Suzana Indragiri

Sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja tidak lepas dari masalah-masalah yang berkaitan dengan keselamatan dalam bekerja yang langsung berhubungan dengan peralatan dan mesin untuk menunjang proses produksi. Penggunaan berbagai alat dan mesin ini menyebabkan tenaga kerja tidak akan terlepas dari resiko yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko ini dapat menimpa tenaga kerja kapan dan dimana saja, sehingga membutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak yang berkaitan seperti pengusaha, tenaga kerja dan perusahaan. Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dan mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh proses produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan penggunaan APD pada tenaga kerja bagian jaring di PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan yang bersifat studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian jaring sebanyak 222 tenaga kerja, jumlah sample 89 tenaga kerja yang dipilih berdasarkan metode proporsional random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner, metode pengolahan data dengan menggunakan wawancara analisa data dengan menggunakan uji statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan uji statistik (Chi-Square) menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) nilai P value = 0,946, dan ada hubungan antara sikap dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) nilai P value = 0,000, pada tenaga kerja bagian jaring PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon Tahun 2016.  Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, penggunaan alat pelindung diri   ABSTRACT Human resources as labor can not be separated from issues relating to safety in work directly related to the equipment and machinery to support the production process. The use of various tools and machinery have led to labor will not be separated from the risks relating to occupational safety and health. This risk can override the workforce anytime and anywhere, thus requiring special attention from various parties associated as employers, labor and business. Companies that employ workers and have the potential dangers posed by the production process that can cause accidents such as explosions, fires, pollution and occupational diseases, shall implement occupational safety and health. This study aims to determine the relationship of knowledge and attitudes to the use of PPE in the labor section nets in PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon. The research method is descriptive analytic approach that is both cross-sectional study. The population in this study is a part of the net the entire workforce of 222 workers, the number of workers 89 samples were selected based on proportional random sampling method. Data were collected by questionnaires, data processing method using interview data analysis using statistical tests. The results showed that, based on statistical tests (Chi-Square) shows that there is no relation between knowledge and the use of personal protective equipment (PPE) P value = 0.946, and there is a relationship between attitudes to the use of personal protective equipment (PPE) P value = 0,000, the labor section nets PT. Arteria Daya Mulia (ARIDA) Cirebon 2016.Keywords : knowledge, attitude, use of personal protective equipment


2020 ◽  
Author(s):  
Novrial Ahmad Ahmad Hanif

ABSTRACT A hospital is one of the work places which potentially causes danger to its employees. The cases which commonly occur are pricked by hypodermic needles, sprained, lumbago, and the other infections. A survey conducted a the beginning of 2017 revealed that there were some cases of occupational accident undergone by nurses at Permata Bunda Hospital such as HNP (Hernias Nukleus Pulposus), pricked by hypodermic needles, scratched by ampoule lids, and slipped. Methods: The objective of the research was to analyze the correlation of supervision, work procedure, and physical condition with the incidence of occupational accident in nurses in the inpatient wards of Permata Bunda Hospital, Medan. The data were analyzed by using chi square test. The samples were 96 nurse practitioners as the respondents, taken by using consecutive sampling technique. Results and Discussion: The result of the research showed that 17.7% of the respondents had undergone occupational accidents such as HNP (14.6%), pricked by hypodermic needles (15.6%), and slipped (10.4%). The result of chi square statistic test showed that the three variables: supervision (p=0.000), work procedure (p=0.005), and physical condition (p=0.000) had significant correlation with nurses’ occupational accidents. Conclusion: It is recommended that the hospital management increase occupational safety and health for the nurses by providing training about the danger of occupational accident in nurses and about occupational safety and health. Keywords: Supervision, Work Procedure, Physical Condition, Occupational Accident


2014 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Riri Juliyati ◽  
Zulfan Saam ◽  
Nopriadi Nopriadi

This research aims to analyze the correlation between shift work and noise withwork stress of the workers in milling production division of PT . Riau Crumb Rubber Factory.This research is an observational analytic with cross sectional approach. The population ofthis study consists of 125 workers in milling production. With purposive sampling techniqueand using predetermined criteria obtained a total sample of 60 people. The data werecollected using work stress scale and the measurement noise by using a sound level meter andanalyzed with bivariate using the chi square test. The results showed that there was asignificant correlation between work shifts with work stress with p value (0.000) < α ( 0.05 ).Employees who work on the night shift tend to have a high work stress when compared withemployees working on the morning shift and afternoon . There is a significant correlationbetween the level of noise with work stress with p value (0.000) < α ( 0.05 ). The higher thenoise level the higher work stress.


PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 329
Author(s):  
Jundan Sibti Umar ◽  
Rubi Ginanjar ◽  
Rahma Listyandini

<div class="WordSection1"><p>Perkembangan teknologi pada indutri dapat mengakibatkan risiko kesehatan pada pekerja. Kebisingan yang dihasilkan dari mesin dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan <em>auditori </em>maupun <em>non-auditori </em>bagi tenaga kerja. Salah satu gangguan <em>non-auditori </em>dari paparan kebisingan yang dapat mengganggu kinerja tenaga kerja adalah stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan kebisingan terhadap stress kerja pada tenaga kerja pengolahaan kelapa sawit PTPN VIII PKS 2 Cikasungka Kabupaten Bogor Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain penelitian <em>cross sectional. </em>Jumlah populasi sebanyak 42 pekerja bagian pengolahan dengan jumlah sampel seluruh populasi. Teknik pengambilan sampling menggunakan <em>nonprobability sampling </em>dengan mengambil sampling jenuh. Pengambilan data kebisingan dilakukan dengan pengukuran langsung menggunakan alat <em>sound level meter </em>dan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan aplikasi statistic dengan menggunakan uji <em>chi-square. </em>Hasil penelitian didapat, intensitas kebisingan di PTPN VIII PKS 2 Cikasungka di enam stasiun berkisar antara 84,6-97,5 dBA dan stress kerja menunjukan bahwa 31 tenaga kerja (73,8%) mengalami stress ringan dan 11 tenaga kerja (26,2%) mengalami stress berat. Hasil uji statistic <em>Chi-Square Test </em>menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebisingan dengan stress kerja dengan nilai <em>p-value </em>adalah 1,000 (p&gt;0,05) dan ada hubungan antara beban kerja dengan stress kerja dengan <em>p- value </em>adalah 0,043 (p&lt;0,05) Kesimpulan dari penelitian ini adalah kebisingan di PTPN VIII PKS 2 Cikasungka melebihi nilai ambang batas 85 dBA dengan tidak ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan stress kerja dan ada hubungan beban kerja dengan stress kerja pada tenaga kerja pengolahan kelapa sawit PTPN VIII PKS 2 Cikasungka Kabupaten Bogor Tahun 2020. Tingkat kebisingan yang tinggi dapat berpotensi menimbulkan stress kerja. Untuk itu disarankan untuk melakukan pengendalian kebisingan dengan cara mengecek, dan memberi pelumas pada mesin dan menyediakan alat pelindung telinga untuk tenaga kerja agar mengurangi tingkat kebisingan yang tinggi.</p></div>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document