Jurnal Kesehatan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

130
(FIVE YEARS 130)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Jurnal Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

2088-0278, 2088-0278

2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1401-1407
Author(s):  
Tutin Marlia

ABSTRAKMenarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang gadis pada masa pubertas, yang biasanya muncul usia 11 sampai 14 tahun.Banyak hal yang mempengaruhi menarche pada remaja putri, antara lain adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kematangan sel dan asupan gizi yang dikonsumsi saat menjelang datangnya menarche. Akhir-akhir ini, remaja putri sering mengalami menstruasi dini, dimana usia rata-rata saat menstruasi dimulai adalah antara 12-13 tahun, tetapi pada sebagian kecil remaja putri yang tampak normal,menarche mungkin muncul pada usia sedini 10 tahun atau selambat 16 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Menstruasi Dini. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMPN II Indramayu yang berjumlah 137 orang, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel random sampling secara acak sistematis dengan kriteria inklusi siswa yang sudah menstruasi yaitu sejumlah 97 orang. Tehnik analisa data menggunakan uji Chi Square.Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi responden dengan menstruasi dini dengan nilai P value 0.003.Kata Kunci: Status Gizi, Menstruasi Dini ABSTRACTMenarche is the first menstruation that usually occurs in a girl at puberty, which usually appears at aged 11 to 14 years old. Many things affect menarche in young women, including hormonal changes that affect cell maturity and nutritional intake consumed just before the arrival of menarche. Lately, young women often experience early menstruation, where the average age when menstruation begins is between 12-13 years old, but in a small proportion of adolescent girls who appear normal, menarche may appear as early as 10 years old or as late as 16 years old. The purpose of this study was to determine the Relationship of Nutrition Status and Early Menstruation.This type of research used in this research is quantitative with analytic survey design using cross sectional design. The population in this study were 137 students of SMPN II Indramayu, the sampling technique in this study used systematic random random sampling with the inclusion criteria of 97 menstruating students. Data analysis techniques using the Chi Square testThe results of this study show that there is a significant relationship between the nutritional status of respondents with early menstruation with the P value of 0.003.Keywords: Nutrition Status, Early Menstruation


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1396-1400
Author(s):  
Mustopa Mustopa ◽  
Muhammad Kamaludin ◽  
Rahmawaty Neny Triatny

ABSTRAKLansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi seperti insomnia. Insomnia merupakan suatu keadaan yang menggambarkan seseorang tidak memiliki kualitas hidup yang baik sehingga merasa tidak cukup tidur, meskipun mempunyai pola waktu tidur yang baik, akan tetapi dengan keadaan tersebut menyebabkan seseorang tidak tampak segar untuk menjalankan aktifitas sehari-hari pada siang hari. Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai berfungsinya mereka di dalam bidang kehidupan. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat insomnia, untuk mengetahui kualitas hidup lansia dan mencari hubungan antara tingkat insomnia dengan kualitas hidup lansia yang hidup sendiri.Metode penelitian ini adalah korelasi yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami insomnia di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwedi dengan jumlah sampel sebanyak 42 lansia dengan metode pengambilan data total sampling. Tingkat insomnia diukur dengan IRS (Insomnia Rating Scale) dan kualitas hidup diukur dengan WHOQOL-BREF. Hasil penelitian dengan hasil uji statistik chi-square diperoleh p value (0,001) <  =0,05 (lebih kecil dari 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0  (Hipotesis Nol) ditolak dan Ha  (Hipotesis Alternatif) diterima.Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat insomnia dengan kualitas hidup Lansia yang hidup sendiri di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwedi Kabupaten Cirebon.Kata Kunci          : Lansia, insomnia, kualitas hidup    ABSTRACTMany elderly face many health issues that need immediate handling and integrated such as insomnia. Insomnia is a State that describes a person does not have a good quality of life so feel not enough sleep, despite having a good sleep pattern, but with the circumstances cause someone didn't look fresh to run day-to-day activities during the day. Quality of life is defined as an individual's perception about their functioning in the areas of life. As for the purpose of this research was to identify the level of insomnia, to know the quality of life of the elderly and looking for the relationship between the level of insomnia with the quality of life of the elderly who live alone.The method of this research is the correlation that is descriptive, using the crossectional approach. The population in this research is the entire elderly who experience insomnia Clinics in the region Kaliwedi with the number of samples as much as 42 elderly with total data retrieval method of sampling. The level of insomnia is measured by the IRS (Insomnia Rating Scale) and quality of life measured by the WHOQOL-BREF. Research results with the results of the statistical test of chi-square obtained p value (0.001) = 0.05 < (less than 0.05). This indicates that H0 (Zero Hypothesis) was rejected and Ha (alternative hypothesis) is received.Based on the results of the study can be concluded there is a connection between the level of insomnia with the quality of life of the elderly who live alone in the region of Cirebon district health centers Work Kaliwedi.Keywords: Elderly, insomnia, quality of life


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1408-1414
Author(s):  
Lambang Satria Himmawan

ABSTRAKSalah satu gerakan percepatan perbaikan gizi yang didapatkan dari adopsi gerakan Scalling up-Nutrition (SUN) Movement adalah Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan. Gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement merupakan suatu gerakan global di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal PBB. Hadirnya gerakan ini merupakan respons dari negara-negara di dunia terhadap kondisi status pangan dan gizi di negara berkembang. Tujuan utama dari  Scalling Up-Nutrition (SUN) Movement adalah untuk menurunkan masalah gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan yaitu proses dari awal kehamilan sampai usia 2 tahun. Terbukti secara ilmiah bahwa Periode 1000 HPK ini merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan seseorang, oleh karena itu periode ini sering disebut sebagai Golden Periode atau “periode emas”.  Maka jika pada rentang usia tersebut  anak mendapatkan asupan gizi yang optimal maka penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal. Kader posyandu sebagai salah satu ujung tombak kesehatan masyarakat di Desa mempunyai tugas menjadi jembatan antara masyarakat desa dengan petugas kesehatan, maka kader posyandu harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan salah satunya tentang Gizi dan 1000 HPK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pengetahuan kader tentang 1000 HPK.Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research. Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional.  Pada penelitian ini populasi dan sampelnya  adalah seluruh Kader Posyandu di Desa Cigeulis Kecamatan Cigeulis sejumlah 19 orang.Hasil penelitian 68,4%, kader posyandu mempunyai pengetahuan rendah tentang 1000 HPK, 73,7% kader  mempunyai pendidikan rendah. 84,2% kader posyandu  berusia matang, cenderung tua. 63,2% kader posyandu mempunyai masa pengabdian/masa kerja lama (> 5 tahun).  Hasil statistik didapatkan hasil terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengatahuan kader posyandu tentang 1000 HPK. Tidak Terdapat hubungan antara usia dengan pengatahuan kader posyandu tentang 1000 HPK.  Dan tidak terdapat hubungan antara lama pengabdian dengan pengatahuan kader posyandu tentang 1000 HPK.Kata kunci: 1000 HPK, kader posyandu. ABSTRACTOne of the movements to accelerate nutritional improvement obtained from the adoption of the Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement is the First 1000 Days of Life Period. The Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement is a global movement under the coordination of the UN Secretary General. The presence of this movement is a response from countries in the world to the condition of food and nutrition status in developing countries. The main purpose of the Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement is to reduce nutritional problems in the First 1000 Days of Life, which is the process from the beginning of pregnancy until the age of 2 years. Scientifically proven that the First 1000 Days of Life is a period that determines the quality of a person's life, therefore this period is often referred to as the Golden Period or "golden period" So if in that age range the child gets the optimal nutritional intake then a decrease in the nutritional status of the child can be prevented from the start. Posyandu cadres as one of the spearheads of community health in the village have the task of being a bridge between the village community and health workers, so posyandu cadres must have good knowledge about health, one of them is about nutrition and the First 1000 Days of Life Period. The purpose of this study was to determine the factors associated with cadre knowledge about the First 1000 Days of Life (1000 HPK). The type of research used was explanatory research; the research method used was an analytic survey with cross sectional approach. In this study the population and sample were all Posyandu cadres with 19 people. The results of the study were 68.4%, posyandu cadres had low knowledge about the first 1000 days of life (1000 HPK), and 73.7% cadres had low education. 84.2% of Posyandu cadres are mature, tend to be old. 63.2% posyandu cadres have a long term of service (> 5 years). The statistical results show that there is a relationship between educations with the knowledge of posyandu cadres about the first 1000 days of life (1000 HPK), there is no relationship between age and posyandu cadre knowledge about the first 1000 days of life (1000 HPK). And there is no relationship betweenthe length of service and knowledge of the cadre.Keywords: The First 1000 Days of Life, posyandu cadre.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1434-1443
Author(s):  
Agi Yulia Ria Dini ◽  
Vina Febriani Nurhelita

ABSTRAKPernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan yang memiliki usia dibawah umur 17 tahun. Pernikahan belum cukup umur ini marak terjadi di Indonesia, baik di desa maupun kota. Fenomena pernikahan dini di wilayah Ciayumajakuning berkontribusi sebesar 44,67% terhadap persentase perempuan yang pernah kawin usia dibawah 18 tahun di Jawa Barat. Perempuan yang menikah di usia dini berisiko kematian lebih tinggi akibat komplikasi saat kehamilan dan melahirkan dibandingkan perempuan dewasa. Tujuan peneliti adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang pendewasaan usia perkawinan terhadap resiko pernikahan usia dini di SMPN 9 Kota Cirebon Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan metode cross sectional, populasi pada penelitian adalah remaja putri kelas 8 SMPN 9 Kota Cirebon dengan teknik accidental sampling didapatkan sampel sebanyak 32 remaja putri.Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang pendewasaan usia perkawinan dengan frekuensi terbanyak adalah kategori cukup (50%) dan tingkat risiko pernikahan usia dini pada remaja putri terbanyak adalah pada kategori cukup (40,6%) .  Hasil analisa bivariat menggambarkan adanya hubungan yang berarti ( p value < α) antara pengetahuan remaja putri tentang Pendewasaan Usia Perkawinan terhadap  risiko Pernikahan Usia Dini di SMPN 9 Kota Cirebon.Kata Kunci : Pengetahuan, Pendewasaan Usia Perkawinan, Pernikahan Usia Dini   ABSTRACTEarly age marriage is a marriage conducted by one of the couples who have under 17 years of age. Early age marriage often occurs in Indonesia, not only in rural but also in cities. The phenomenon of early marriage in the Ciayumajakuning region contributed 44.67% to the percentage of women who had married under the age of 18 in West Java . Young lady who married at an early age the risk of death is higher as a result of complications during pregnancy and childbirth than adult women . The researcher's aim is to determine the relationship of adolescent girls' knowledge about the age of marital maturity to the risk of early age marriage  at SMPN 9 Cirebon City 2019. This research uses quantitative descriptive design with cross sectional method, the population in this study was the 8th grade teenage girls of SMPN 9 Cirebon City with an accidental sampling technique obtained a sample of 32 teenage girls. The research instrument was a closed questionnaire. Univariate analysis results show that the knowledge of young women about the age of marriage with the highest frequency is moderatecategory (50%) and the level of risk of early marriage in young girls is in the moderate category (40.6%). Bivariat analysis results show that there is a significant relationship (p value <α ) between the knowledge of teenage girls about marital maturity to the risk of early age Marriage at SMPN 9 Cirebon City.Keywords: Knowledge, Maturing Age of Marriage, Early Age Marriage


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1462-1468
Author(s):  
R. Nur Abdurakhman ◽  
Suzana Indragiri ◽  
Leny Nur Setiyowati

ABSTRAKDyspepsia merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati. Hal ini yang dapat menyebabkan gangguan rasa nyaman dan aman yaitu nyeri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kompres hangat dengan WWZ (Warm Water Zack) terhadap nyeri pada pasien dyspepsia di RSIA Pala Raya Kabupaten Tegal Tahun 2020.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre-eksperimental dengan tipe the one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosa dyspepsia sebanyak 15 pasien pada tanggal 12 - 14 Maret 2020, pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian berupa lembar ceklist dan NRS (Numeric Rating Scale) menggunakan metode Paired T-Test.Hasil penelitian didapatkan bahwa intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi sebagian besar responden mengalami nyeri berat 7 - 10 (66,66%) dan intensitas nyeri setelah dilakukan intervensi adalah sebagian besar responden mengalami nyeri ringan 1 - 3 (60%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 dan jika α = 0,05 maka p <α (0.000 < 0,05), yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi kompres hangat dengan WWZ (Warm Water Zack) terhadap nyeri pada pasien dyspepsia Kata Kunci    : Terapi Kompres Hangat, WWZ (Warm Water Zack), Nyeri, Dyspepsia. ABSTRACTDyspepsia is a medical condition characterized by pain or discomfort in the upper abdomen or solar plexus. This can cause discomfort and safety, namely pain. The purpose of this study was to determine the effect of warm compress therapy with WWZ (Warm Water Zack) on pain in dyspepsia patients at RSIA Pala Raya Kabupaten Tegal 2020.This study uses a Pre-experimental research design with the type of the one group pretest-posttest design. The population in this study were all patients diagnosed with dyspepsia as many as 15 patients on March 12-14, 2020, sampling with an total sampling techniqueat. The research instruments were checklist sheets and NRS (Numeric Rating Scale) using the Paired T-Test method.The results is the intensity of pain before the intervention was done most of the respondents experienced severe pain 7 – 10 (66,66%0 and the intensity of pain after the intervention was that the majority of respondents experienced mild pain 1 – 3 (60%). Statistical test results obtained the value of p = 0,000 and if α = 0.05 then p <α (0,000 <0.05), which means there is a significant effect between warm compress therapy with WWZ (Warm Water Zack) on pain in dyspepsia patients.Keywords : Warm Compress Therapy, WWZ (Warm Water Zack), Pain, Dyspepsia.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1386-1395
Author(s):  
Ani Susiani ◽  
Rizkiatun Magfiroh

ABSTRAKPeningkatan jumlah lansia yang pesat sebagai dampak keberhasilan pembangunan di Indonesia harus mendapat perhatian lebih dari seluruh masyarakat.  Hal ini disebabkan karena pada proses menua terjadi peningkatan insiden penyakit kronis diantaranya adalah hipertensi. Kegiatan prolanis yang dilakukan secara teratur dapat mencegah kekambuhan hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan kegiatan prolanis dengan  kekambuhan penyakit hipertensi pada anggota Kelompok Prolanis Bunda Ceria Losarang. Metode peneltian menggunakan desain quasi eksperimen dengan bentuk pre and post test without control. Populasi penelitian berjumlah 94 orang dan sampel penelitain berjumlah 26 responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling: mengikuti penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dan senam prolanis selama 4 minggu berturut-turut. Analisa data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kegiatan prolanis dengan kekambuhan penyakit hipertensi (terdapat pengaruh senam prolanis terhadap tekanan darah sistolik responden dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan terdapat pengaruh senam prolanis terhadap tekanan darah diastolik dengan nilai p-value 0,000). Disarankan kepada Puskesmas Losarang untuk melakukan pelatihan kader prolanis sehingga masyarakat dapat secara mandiri melakukan kegiatan prolanis secara teratur.Kata kunci: lansia, kekambuhan, hipertensi, prolanis    ABSTRACTThe increasing number of elderly people as the impact of development success in Indonesia has gained more attention from the whole community.  This is due to the aging process occurs increased incidence of chronic diseases including hypertension. Prolanis activities conducted regularly can prevent the recurrence of hypertension. This research aims to determine the influence of the implementation of prolanis activities with recurrence of hypertension disease in the members of the group Prolanis Bunda Ceria Losarang. The study was a quasi experimental with a pre and post test group without control. The research population amounted to 94 peoples and the samples was 26 respondents selected with the purposive sampling technique: following the health education on hypertension and prolanis gymnastics for 4 consecutive weeks. Data were analyzed with Wilcoxon Signed Rank Test. The results showed that there was an effect of prolanis activities with the recurrence of hypertension disease (there was an effect of prolanic exercise on respondent's systolic blood pressure with a p-value of 0,000 and there was an effect on prolanic exercise on diastolic blood pressure with a p-value of 0,000). The author suggests to Puskesmas Losarang to conduct prolanist cadre training so that the community can independently carry out prolanist activities on a regular basis..Keywords: elderly,  recurrence, hypertension, prolanis 


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1444-1453
Author(s):  
Awaludin Jahid Abdillah

ABSTRAKKehadiran penyakit kronis salah satunya adalah hipertensi di kalangan lansia memberikan risiko penurunan fungsional pada populasi lansia dan dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Salah satu penatalaksanaan hipertensi pada lansia adalah melakukan modifikasi perilaku atau gaya hidup lansia itu sendiri atau lebih dikenal denganTherapeutic Lifestyle Changes for hypertension (TLCs). Tujuan penelitian ini adalah pengaruh Therapeutic Lifestyle Changes (TLCs) terhadap kualitas hidup lansia dengan hipertensi.Desain penelitian yang digunakan adalah Pre Eksperimental Design (quasi experiment) dengan pretest-posttest with control group.  Jumlah sampel yang digunakan adalah 64 sampel terdiri dari 32 responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Analisis data statistic menggunakan T test independen dan Mann-Whitney test.Uji beda rata-rata menunjukan terdapat pengaruh therapeutic lifestyle changes terhadap kualitas hidup lansia dengan hipertensi pada kelompok intervensi pada domain  Aktifitas pada masa lampau kini dan yang akan datang (p value 0.020), domain partisipasi sosial (p value 0.000) dan domain persahabatan dan cinta kasih (p value 0.020), sedangkan uji beda rata-rata pada kelompok intervensi dan kontrol didapatkan pengaruh kualitas lansia dengan hipertensi (p value 0.000).Kata Kunci :  Therapeutic Lifestyle Changes, Kualitas hidup  ABSTRACTThe presence of chronic diseases, one of which is hypertension among the elderly provides a risk of functional decline in the elderly population and can affect the quality of life of the elderly. One of the management of hypertension in the elderly is to modify the behavior or lifestyle of the elderly itself or better known as Therapeutic Lifestyle Changes for hypertension (TLCs). The purpose of this study is the effect of Therapeutic Lifestyle Changes (TLCs) on the quality of life of the elderly with hypertension.The research design used was Pre Experimental Design (quasi experiment) with pretest-posttest with control group. The number of samples used was 64 samples consisting of 32 respondents in the intervention group and the control group. Statistical data analysis using independent T test and Mann-Whitney test.The average difference test shows there is an effect of therapeutic lifestyle changes on the quality of life of the elderly with hypertension in the intervention group in the past and present domains of activity (p value 0.020), the domain of social participation (p value 0.000) and the domain of friendship and love you (p value 0.020). while the average difference test in the intervention and control group was influenced by the quality of the elderly with hypertension (p value 0.000).Keywords: Therapeutic Lifestyle Changes, Quality of  life


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1454-1461
Author(s):  
Ucu Wandi Somantri

ABSTRAKRokok atau gulungan tembakau yaitu salah satu produk yang peringkat konsumsinya relative banyak di masyarakat. Rokok juga masih menjadi masalah dan prioritas nasional daripada upaya untuk mengatasinya karena melibatkan berbagai aspek masalah dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial politik dan terutama aspek kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, Jenis Kelamin dan persepsi gambar kemasan rokok dengan perilaku merokok pada siswa Madrasah Aliyah RM Fatahillah. Penelitian menggunakan metode cross sectional yang melibatkan 45 responden dengan menggunakan  total sampling, penelitian ini dilakukan dalam satu bulan pada bulan Agustus 2019. Penelitian ini menggunakan Analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dengan membagikan angket dalam bentuk kuesioner.  Hasil uji statistik menunjukan p value = 0,025, pada α = 0,05 (p ≤ α) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,832, pada α = 0,05 (p > α) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,014, pada α = 0,05 (p ≤ α) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi tentang gambar kemasan rokok dengan perilaku merokok pada siswa.Kata kunci : Tingkat pengetahuan, Jenis Kelamin, Persepsi    ABSTRACTCigarette or tobacco rolls are one of the products whose consumption ranking is relatively much in the community. Cigarette is also still a problem and national priorities rather than efforts to overcome it because it involves various aspects of problems in life, namely economic aspects, socio-political and especially health aspects. This research aims to determine the relationship of knowledge level, gender and the perception of cigarette packaging image with smoking behavior in students of Madrasah Aliyah RM Fatahillah. The study used cross sectional methods involving 45 respondents using total sampling, this study was conducted in one month in August 2019. This study used sufficient analysis with Chi-Square test, by distributing questionnaires in the form of a questionnaire.  Statistical test results show P value = 0.025, at α = 0.05 (P ≤ α) it can be concluded that there is a significant relationship between knowledge about the danger of smoking with smoking behavior in students. The results of the statistical test obtained p value = 0.832, at α = 0.05 (> α) It can be concluded that there is no significant relationship between gender about the danger of smoking with smoking behavior in students. Statistical test result obtained p value = 0.014, at α = 0.05 (P ≤ α) it can be concluded that there is a significant relationship between the perception on the cigarette packaging image with the smoking behavior in the students.Keywords : level of knowledge, gender, perception


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1415-1425
Author(s):  
Healthy Seventina Sirait ◽  
Asiah Asiah ◽  
Furi Deviyani

ABSTRAKPernikahan usia dini sudah menjdi permasalahan di Indramayu salah satu penyebabnya adalah seks bebas dikalangan remaja. Seks bebas adalah berhubungan intim didorong oleh hasrat seksual dengan bercumbu sampai melakukan hubungan intim tanpa adanya hubungan pernikahan. Seks bebas terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang seksbebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pengetahuan seks bebas sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi.Jenis penelitian ini menggunakan Pretest-Postest with Control Group terhadap suatu kelompok. Pengambilan sampel menggunakan purpose sampling menggunakan Taro Yamane dengan jumlah sampel sebanyak 60  responden yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Instrumen penelitianyang digunakan berupa lembar kuesioner pendidikan kesehatan reproduksi. Analisis data yang digunakan untuk analisa Brivariat dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,00 dengan nilai (α>0,05), disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan bahaya seks bebas pada siswi kelas VIII Tahun 2019. Diharapkan institusi terkait dapat menggunakan pendidikan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas.Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Reproduksi, Pengetahuan Bahaya Seks Bebas    ABSTRACTEarly marriage has become a problem in Indramayu. One reason is free sex among teenagers. Free sex is intercourse that is driven by sexual desire by flirting until having sex without a marriage relationship. Free sex occurs because of a lack of knowledge about it, this is due to a lack of knowledge about free sex. The purpose of this study was to determine changes in knowledge of free sex before and after reproductive health education.This type of research uses Pretest-Posttest with Group Control of a group. Sampling using purpose sampling of the Taro Yamane formula with a total sample of 60 respondents which were divided into intervention and control groups. The research instrument used was a reproductive health education questionnaire. The research instrument used was a reproductive health education questionnaire. Data analysis used was Bivariate Analysis with a confidence level of 95% (α = 0.05).Based on the statistical test results obtained p value 0.00 with a value (α> 0.05), concluded that there is an influence of reproductive health education on the knowledge of the danger of free sex in class VIII students in 2019. It is expected that related institutions can use reproductive health education to increase adolescent knowledge about the dangers of free sex.Keywords: Health Education, Reproduction, Knowledge About the Dangers of Free Sex 


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1426-1433
Author(s):  
Herlinawati Herlinawati ◽  
Siska Anjar Lestari

ABSTRAKPengelolaan obat memiliki peranan dalam memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di puskesmas dan unit kesehatan lain melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat. Pengelolaan obat dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan pengelola obat, jika tingkat pengetahuan dan pendidikan tinggi maka kemampuan pengelolaan obat oleh pengelola unit farmasi juga tinggi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pendidikan terhadap pengelola obat di puskesmas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik melalui pendekatan cross sectional. Peneliti melakukan Penelitian di Puskesmas Se-Wilayah Kabupaten Kuningan dengan populasi petugas pengelola obat yang berjumlah 53 orang, dan sampel yang digunakan adalah total sampling, sejumlah 53 orang. Instrumen menggunakan kuesioner.Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode penyebaran angket. Data dianalisis menggunakan uji statstik Continuity Correction atau Yates Correlation pada a=5%. Hasil penelitian ini didapat tingkat pengetahuan tentang pengelolaan obat di Puskesmas sebagian besar kategori kurang baik (71,7%),  pendidikan pengelolaan obat di Puskesmas sebagian besar non apoteker (60,4%), pengelolaan obat di Puskesmas sebagian besar kategori kurang baik (67,9). Hasil uji statistic dengan chi-square didapatkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengelolaan obat (p value) 0,000 < 0,05 dan ada hubungan antara pendidikan dengan pengelolaan obat (p value) 0,001 < 0,05.Kata Kunci :Pengetahuan, Pendidikan dan Pengelolaan Obat  ABSTRACTDrug management has a role in maintaining and increasing the use of drugs rationally and economically in health centers and other health units through the provision of the right type of medicine, the right amount, the right time and place. Drug management can be influenced by the level of knowledge and education of drug managers, if the level of knowledge and education is high then the ability og drug management by pharmaceutical unit managers is also high. This study aims to determine the knowledge and education of drug managers in health centers.This research was an observational analytic study through a cross sectional approach. Researchers conducted research in Kuningan District Health Center with 53 people, and the sampel used was a total sampling of 53 people. The instrument uses a questionnaire. The data collection technique wa carried out using the method of distributing questionnaires. Data were analyzed using a statistical test Continuity Correction or Yates Correlation a5%.The results of this study obtained knowledge about the management of drugs in the health center most of the categories are not good (71,7%), education management of the drug at the health center are mostly non-pharmacists (60,4%), drug management at the health center is mostly not good category (67,9). With the results of the chi-square statistical test it was found that there was a relationship between knowledge and drug management (p value) 0,000 < 0,05, there was a relationship between education and drug management (p value) 0,001 < 0,05.Keywords: Knowledge, Education and Drug Management


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document