scholarly journals PERBEDAAN STATUS KARIES GIGI LANJUT ANAK USIA DINI BERDASARKAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA

2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 153-161
Author(s):  
Yufitri Mayasari ◽  
Gyovana Maharani Radianto

Latar belakang : karies gigi masih menjadi salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi  pada anak-anak. World Health Organization  pada tahun 2012 menyatakan bahwa 60-90% anak–anak usia sekolah di dunia memiliki karies gigi. Di Indonesia hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018,  prevalensi karies gigi usia 3- 5 tahun mencapai 81,5 % - 90,2%. Karies gigi yang tidak di rawat hingga mencapai pulpa atau disebut karies gigi lanjut sering menyebabkan gangguan kualitas hidup anak. Faktor penting yang mempengaruhi perkembangan karies gigi lanjut anak salah satunya adalah sosial dan ekonomi orang tua. Tujuan : adapun tujuan dari penelitian adalah menjelaskan perbedaan status karies gigi lanjut anak usia dini berdasarkan sosial ekonomi orang tua. Metode : penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain Cross sectional. Pengambilan data status ekonomi sosial menggunakan kuesioner  dan pemeriksaan status karies gigi lanjut menggunakan indeks pufa. Hasil : hasil penelitian ini menunjukan rerata indeks def-t yakni 6.76, skor rerata indeks pufa yakni 1.67. Uji Chi-square menunjukan perbedaan yang signifikan pada aspek pendidikan dan pekerjaan (p≤0.05) dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan aspek peghasilan (p >0.05). Kesimpulan : terdapat perbedaan status karies gigi lanjut pada anak usia dini berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan namun tidak terdapat perbedaan berdasarkan tingkat penghasilan orang tua.

Author(s):  
Dini Kesumah Dini Kesumah

ABSTRACT According to World Health Organization Health Organization (WHO) in 2005 showed 49% of deaths occur in children under five in developing countries. Nutritional problems can not be done with the medical and health care approach alone. Causes related to malnutrition that maternal education, socioeconomic families, poor environmental sanitation, and lack of food supplies. This study aims to determine the relationship between education and socioeconomic status of families with nutrition survey using a cross sectional analytic approach, with a population of all mothers of children under five who visited the health center in Palembang Keramasan Accidental sampling Sampling the number of samples obtained 35 respondents. Variables include the study independent and dependent variables and univariate analysis using Chi-Square test statistic with a significance level α = 0.05. The results from 35 respondents indicate that highly educated mothers earned as many as 16 people (45.7%), and middle and upper income families as many as 12 people (34.3%) and bivariate test results show that highly educated respondents toddler nutritional status good for 81.3% (13 people) is larger than the less educated respondents balitanya good nutritional status 26.3% (5 persons) as well as respondents who have middle and upper socioeconomic families with good nutritional status of children at 91.7% ( 11 people) is larger when compared to respondents who have family socioeconomic medium with good nutritional status of children at 30.4% (7 people). Statistical tests show that education has a significant relationship with nutritional status of children P value = 0.004 and socioeconomic families have a meaningful relationship with nutritional status of children P value = 0.002. Based on the results of the study suggested the health professionals in the health center should further improve the education, information about the importance of nutrition to the development of the child in the mothers through the selection and processing of good food and a good diet through health centers and integrated health.   ABSTRAK  Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukkan 49% kematian yang terjadi pada anak dibawah umur lima tahun di negara berkembang. Masalah gizi ini tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab yang berhubungan dengan kurang gizi yaitu pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, sanitasi lingkungan yang kurang baik,dan kurangnya persediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita dengan menggunakan metode survei analitik pendekatan secara Cross Sectional, dengan populasi semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Keramasan Palembang dengan pengambilan sampel secara Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel 35 responden. Variabel penelitian meliputi variabel independen dan dependen serta analisis univariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 35 responden didapatkan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 16 orang  (45,7%), dan keluarga yang berpenghasilan menengah keatas sebanyak 12 orang (34,3%) dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi status gizi balitanya baik sebesar 81,3% (13 orang) lebih besar bila dibanding responden yang berpendidikan rendah status gizi balitanya baik 26,3% (5 orang) serta responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah keatas dengan status gizi balita baik sebesar 91,7% (11 orang) lebih besar bila dibanding responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah kebawah dengan status gizi balita baik sebesar 30,4% (7 orang). Uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,004 dan sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,002. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada petugas kesehatan di Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang anak pada ibu-ibu melalui cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang baik serta pola makanan yang baik melalui kegiatan Puskesmas dan Posyandu.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Ardyana ◽  
Erma Puspita Sari

Latar belakang: Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal.Sebagian kasus Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu,diagnosa dini pada penderita Asfiksia merupakan arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan.Setelah bayi lahir, diagnosa asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Tujuan: diketahuinya hubungan lilitan tali pusat,partus lama dan plasenta previa dengan kejadian Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit “P” Palembang Tahun 2018. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian seluruh ibu bersalin di zal kebidanan di Rumah Sakit “P” Palembang pada tahun 2018 yang berjumlah 820 orang. Hasil: Hasil analisis univariat diketahui yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 20 responden (22,5%),yang mengalami plasenta previa sebanyak 15 responden(16,9%),yang mengalami partus lama sebanyak 20 responden (22,5%) dan yang mengalami lilitan tali pusat sebanyak 27 responden (30,3%).Sedangkan hasil uji chi square menunjukan ada hubungan plasenta previa dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,ada hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,dan ada hubungan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000. Saran: kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai bahaya asfiksia neonatorum. Kata kunci : Lilitan Tali Pusat,Partus Lama,Plasenta Previa,Asfiksia Neonatorum


2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 48-60
Author(s):  
Oktafiana Manurung ◽  
Ermawaty Arisandi Siallagan

According to the World Health Organization (WHO) Indonesian women have According to the World Health Organization (WHO) Indonesian women have very bad criteria in terms of health, marriage, employment, education, equality with men. This condition is thought to lead to low maternal access to antenatal care. Goals : Antenatal care in accordance with antenatal care standards may decrease Maternal and Infant Mortality due to regular antenatal care can detect early problems that occur in the mother during pregnancy.Methods : The type of this research is analytical descriptive with cross sectional design which aims to analyze the influence of access and motivation of pregnant mother to mother behavior in doing antenatal visit. The research was conducted in Pancur Batu Puskesmas Working Area. The population is 181 people and the sample size is 61 people. Data analysis was performed using univariate analysis, bivariate analysis with Chi-Square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression test.Result : The result of this research indicate that physical accessibility variable is the availability of unrelated officer (p = 0,461) to mother behavior in antenatal visit, social accessibility variable (p = 0,005) and attitude (p = 0,023), and for motivation variable is motive P = 0.005) and expectations (p = 0.019) had a significant effect on maternal behavior in antenatal visits.Conclution : Based on the results of research suggested Head of Pancur Batu Puskesmas to conduct training to officers especially midwives who provide services mainly about hospitality in providing services and to officers implementing services further improve the communication of information and education so that every pregnant women have a good understanding that can eventually cause attitude Positive, high motivation and expectation that can affect the mother in conducting standardized antenatal visits.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Jumiati Jumiati

Pendahuluan : Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan di seluruh dunia setiap hari. Selama 2010–2014, diperkirakan 56 juta abortus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017. Metode : penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017 yang berjumlah 86 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling  yaitu seluruh populasi. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi-square. Hasil : data yang diperoleh dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05), tidak ada hubungan usia dengan abortus didapat hasil p value 0,48 (p>0,05), ada hubungan paritas dengan abortus didapat hasil p value 0,03 (p<0,05), dan ada hubungan pekerjaan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05).Kesimpulan : penelitian ini adalah ada hubungan jarak kehamilan, paritas dan pekerjaan ibu hamil dengan abortus dan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Ari Widyaningsih ◽  
Isfaizah Isfaizah

Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan pada masyarakat saat ini salah satunya adalah hipertensi yang diawali pre-hipertensi. World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%).  Beberapa faktor risiko lain juga berkontribusi terhadap kenaikan tekanan darah pada wanita, diantaranya riwayat hipertensi, karakteristik seseorang (usia, jenis kelamin, ras), gaya hidup yang di dalamnya termasuk pola konsumsi lemak dan garam tinggi, makan secara berlebihan hingga mengakibatkan obesitas, kebiasaan merokok dan minum alkohol, kurang konsumsi sayuran dan buah, aktivitas fisik, pekerjaan, kualitas tidur, konsumsi kopi, stress, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, status gizi dan obesitas sentral.  Perubahan tekanan darah tinggi dapat terjadi pada 5% pemakaian kontrasepsi hormonal. Tekanan darah akan meningkat secara bertahap dan tidak akan menetap. Wanita yang memakai kontrasepsi selama 5 tahun atau lebih, frekuensi perubahan tekanan darah tinggi meningkat 2 sampai 3 kali dari pada tidak memakai alat kontrasepsi hormonal. Resiko terjadinya tekanan darah tinggi akan meningkat dengan bertambahnya umur, lama pemakaian kontrasepsi dan bertambahnya berat badan.  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukkan penelitian tentang.  Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Akseptor KB Suntik.  Penelitian ini merupakan analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional study dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling dan uji chi square pada analisa datanya.


Author(s):  
Tirta Anggraini

Robekan perineum adalah luka pada perineum yang sering terjadi saat proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin. Berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang meningkatkan kejadian perlukaan perineum. Semakin besar bayi yang dilahirkan beresiko terjadinya rupture perineum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan berat badan bayi terhadap robekan perineum  pada ibu bersalin di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2019. Penelitian menggunakan survey analitik  dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal Pada November – 9 Desember 2019 di Rumah Sakit Pusri Palembang terkumpul sampel 38 orang responden. Pada analisa univariat dari 38 orang responden ibu bersalin normal yang mengalami tingkat robekan perineum normal lebih banyak yaitu 23 orang (60,5%), di bandingkan dengan ibu bersalin yang mengalami tingkat robekan perineum tidak normal yaitu sebanyak 15 orang (39,5%). Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p_value = 0,012 < α (0,05) yang berarti ada hubungan antara berat badan bayi lahir dengan tingkat robekan perineum normal dan tingkat robekan perineum tidak normal pada ibu bersalin normal di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2019.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
Lasmarita Sinaga

<p>Kecacingan masih sering dijumpai di seluruh wilayah Indonesia. Data <em>World Health Organization (WHO)</em> pada tahun 2015 lebih dari 1,5 miliar orang, atau 24% dari populasi dunia, terinfeksi cacing. Tujuan penelitian mengetahui hubungan pengetahuan, perilaku dan lingkungan dengan kejadian kecacingan anak di Tempat Pembuangan Akhir Bakung tahun 2017.</p><p>Penelitian ini menggunakan rancangan <em>cross sectional </em>(potong lintang), bertujuan mengetahui hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan variebel terikat. Tempat penelitian di pembuangan akhir bakung dilakukan pada bulan mei - juni 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak pemulung sampah berusia 1 – 12 tahun yang bermukim di tpa bakung sebanyak 55 orang.</p>Hasil penelitian melaporkan 89.9% anak berusia 1 – 12 tahun yang bermukim di TPA Bakung positif terinfeksi cacing. Hasil uji <em>chi-square</em> diperoleh tidak ada hubungan antara pengetahuan anak dengan kejadian kecacingan (p= 0.23), tidak ada hubungan antara perilaku anak dengan kejadian kecacingan (p=0.674) ada hubungan antara lingkungan anak dengan kejadian kecacingan (p=0.000).


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Anita Marlina

<p>Berdasarkan data <em>World Health Organization</em> (WHO) 2005, kejadian anemiapada ibu hamil setiap tahunnya tahunnya mencapai lebih dari 500.000 orang. Laporan dari Dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di Negara-negara berkembang berkisar 10-22%. Menurut data dari Dinas Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam, jumlah ibu hamil di wilayah Kota Lhokseumawe sebesar 4.253 jiwa, sedangkan ibu hamil yang anemia sebesar 154 jiwa (3,62 %). Dari hasil penelitian dari beberapa puskesmas di wilayah Kota Lhokseumawe, bahwa Puskesmas Muara Dua yang masih banyak ibu hamil yang mengalami Anemia.  Berdasarkan data Puskesmas Muara dua Kota Lhokseumawe jumlah ibu hamil 1.786 jiwa dan ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 57 orang (3,19%). Penelitian ini bertujuan Untuk mendapat gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe. Jenis penelitian ini adalah penelitian metode survei Analitik dengan pendekatan <em>Cross Sectional Study</em>, populasi dalam penelitian ini ibu hamil yang berada dalam Wilayah kerja Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe, yaitu berjumlah 72 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berada diwilayah Puskesmas Muara Dua, dan pernah mendapatkan tablet besi. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi. Analisis data<strong> </strong>menggunakan uji <em>Chi-square Test</em> dengan kemaknaan 95 %. Hasil Penelitian menunjukkan frekuensi usia dengan kepatuhan berada pada kategori reproduksi sehat (72,2%), frekuensi pekerjaan dengan kepatuhan berada pada kategori tidak bekerja (65,3%), frekuensi pengetahuan dengan kepatuhan berada pada kategori cukup (75%). Ini menunjukkan ada hubungan antara usia, pekerjaan, dan pengetahuan. Kesimpulan hasil uji statistik <em>Chi-square </em>diketahui nilai tersebut lebih kecil dari alpha (p ≤ 0,05), maka Ha diterima.</p><p><strong>Kata Kunci</strong>       : Ibu Hamil, Kepatuhan, Zat Besi.</p>


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 21-28
Author(s):  
Dalimawaty Dalima

Pendahuluan : Pada akseptor kontrasepsi suntik DMPA terdapat gangguan menstruasi seperti amenore yaitu tidak datang menstruasi pada setiap bulan selama menjadi akseptor KB suntik tiga bulan. Tujuan : ibu memakai kontasepsi suntik untuk menjarangkan anak dan ada sebagian ibu tidak mau hamil lagi . World Health Organization (WHO), kontrasepsi hormonal sebagai salah satu kontrasepsi yang meningkat tajam. Cakupan pasangan usia subur hampir 380 juta pasangan  menjalankan keuarga berencana  65-75 juta orang. Metode : Penelitian bersifat survei analitik, yang menggunakan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini  ibu pengguna KB suntik 3 bulan yang mengalami perubahan siklus menstruasi dan tidak mengalami perubahan siklus menstruasi di Klinik Hj. Dermawati Nasution Tembung yaitu berjumlah 35 responden, dan pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunkan Accidental sampling. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan sikap dan tindakan ibu dengan perubahan siklus menstruasi sebanyak 35 orang, berdasarkan sikap positif sebanyak 20 responden (57,1%),  dan sikap negatif sebanyak 15 responden  (42,9%), yang mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak  tindakan ibu baik sebanyak 23 responden (65,6%), dan tindakan ibu kurang sebanyak 11 responden (34,4%),  yang mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 20 responden (57,1%), dan tidak ada perubahan siklus menstruasi sebanyak 15 responden (42,9%). Penelitian ini menunjukkan banyak yang mengalami perubahan siklus menstruasi. Berdasarkan analisis statistik dengan metode  Chi-square dengan tingkat kemaknaan p< 0,05 diperoleh nilai (p=0,020). Kesimpulan : Maka uji Chi-square diatas diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan sikap dan tindakan ibu pengguna KB suntik 3 bulan dengan perubahan siklus menstruasi. Diharapkan kepada setiap tenaga kesehatan untuk selalu memberikan informasi dan konseling kepada ibu pengguna KB sehingga tinggkat pengetahuan mereka tinggi.  


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Nurul Mouliza ◽  
Suyanti Suwardi

Pendahuluan : Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Menurut World Health Organization (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. data (WHO) presentase kemungkinan terjadinya cukup tinggi, sekitar 15-40% angka kejadian diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Tujuan : penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan karakteristik ibu dengan abortus di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan .Metode : yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami abortus di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2017  sebanyak 42 orang  dengan pengambilan sampel menggunakan total populationdengan teknik pengumpulan data dari rekam medik.Hasil : penelitian ini di uji dengan chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dimana a=0,05. Didapat pada variabel umur dengan nilai p=0,002<0,05, pada paritas dengan nilai p=0,017<0,05 dan pendidikan dengan nilai  p=0,004<0,05. Sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan karakteristik ibu dengan abortus di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.Kesimpulan : dari penelitian ini adalah ada hubungan usia, paritas dan pendidikan ibu dengan abortus di RSU. Imelda Pekerja Indonesia Medan. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document