Indonesian Journal of Midwifery (IJM)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

74
(FIVE YEARS 54)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Ngudi Waluyo

2615-5095, 2656-1506

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 140
Author(s):  
Haryani Haryani ◽  
Zurriyatun Thoyibah ◽  
Sri Hardiani ◽  
Zuhratul Hajri

Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the health problems in developing countries because of the high morbidity and mortality due to ARI in children under five. ARI is included in the top 10 disease category in NTB with the highest number of visits, namely 174,213. There are 3 risk factors for ARI, namely environmental factors, individual child factors and behavioral factors. Behavioral factors can be changed by increasing knowledge through health education. This study aims to determine the effect of health education on the physical environment of the house on the incidence of ARI in toddlers. The research design used was pre-experiment with the One Group Pretest-Posttest Design approach. The population in this study were all mothers who have toddlers aged 0-59 months with a sample size of 20 people obtained using purposive sampling technique. Collecting data using a questionnaire and observation sheet.Data analysis using Paired T-Test. The results showed the total score before being given health education was a mean of 4.2500 with a standard deviation of 0.96655 and a p-value of 0.000 and the incidence of ARI was 20 people (100%). While the total score after being given health education was a mean of 6.3000 with a standard deviation of 1.12858 and a p-value of 0.000 and the incidence of ARI was 7 people (35%). Based on these results, it can be concluded that there is an effect of health education on the physical environment of the house on the incidence of ARI in children under five in the work area of the Ampenan Community Health Center, Ampenan Village, Karang Ujung Environment.AbstrakInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang karena tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA pada balita. Penyakit ISPA masuk dalam kategori 10 penyakit terbanyak di NTB dengan jumlah kunjungan tertinggi yaitu 174.213. Terdapat 3 faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak dan faktor perilaku. Faktor perilaku dapat diubah dengan peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang lingkungan fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperimental designs dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan Kelurahan Ampenan Lingkungan Karang Ujung, Kota Mataram. pada 8 Maret – 15 Mei 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita berusia 0-59 bulan dengan jumlah sampel 20 orang yang didapat menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisis data menggunakan Paired T-Test. Hail penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari sebelum diberikannya pendidikan kesehatan dan setelah ddiberikannya pendidikan kesehatan engan kejadian ISPA pada balita dengan hasil  yaitu dari kejadian ISPA sebanyak 20 orang (100%) menjadi  sebanyak 7 orang (35%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang lingkungan fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ampenan Lingkungan Karang Ujung.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Sri Hardiani ◽  
Haryani Haryani ◽  
Nurul Hikmah Annisa ◽  
Zurriyatun Thoyibah ◽  
Humaediah Lestari

Kebudayaan sebagai konsep dasar dapat menjelaskan kaitan dengan gejala-gejala sosial dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kesehatan maupun non kesehatan yang terkait seperti pelayanan kontrasepsi dan keluarga berencana. Sehubungan dengan hal tersebut, gagasan-gagasan budaya dapat menjelaskan hubungan timbale balik antara gejala sosial dan pelayanan kesehatan (kalangie, 1994 dalam sirait (2012)).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai sosial budaya dengan penggunaan kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah  wanita kawin usia dini yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk Kabupaten Lombok Tengah menggunakan teknik stratifide propotional random sampling. Data sebanyak 179 responden dengan menggunakan perhitungan jumlah sampel Lameshow. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Data dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis bivariat, variabel nilai sosial budaya signifikan berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi yaitu (p<0,05).


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Nurul Fatmawati ◽  
Yesvi Zulfiana ◽  
Irni Setyawati

Anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat pesat, yaitu mencapai 80%. Ketika dilahirkan ke dunia anakmanusia telah mencapai perkembangan otak 25% , sampai usia 4 tahun perkembangannya mencapai 50 %, dan sampai 8 tahun mencapai 80%, selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun. Penelitian ini beranjak dari permasalahan bahwa dalam pembiasaan bersalam pada anak usia dini masih mengalami kesulitan, atau belum terbiasanya mengucapkan salam dalan kehidupan sehari-hari. Maka dalam hal ini pentingnya peran orang tua dalam pembiasaan khususnya pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik ibu terhadap pembiasaan mengajarkan salam pada anak usia dini. Dalam penelitian ini desain yang digunakan yaitu analitik kategorik dengan pendekatan potong lintang. Populasi pada penelitian ini semua ibu yang mempunyai anak dibawah umur 6 tahun. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik simple random sampling sebanyak 116 orang di kecamatan mataram kota Mataram khususnya di wilayah kelurahan Pagutan dan Pagesangan Mataram. Hasil temuan dalam penelitian ini sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan mengajarkan salam pada anak. Semakin bertambah umur ibu dan menjadi rumah tangga, semakin sering ibu membiasakan salam pada anak. Maka diharapkan ibu yang berumur 20-35 tahun dan bekerja di luar rumah untuk meningkatkan kebiasaan mengajarkan salam yang dibantu oleh para suami.  


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Happy Novriyanti Purwadi ◽  
Hanny Desmiati ◽  
Nuntarsih Nuntarsih

Based on data from the SDKI, the Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still quite high, namely 359 per 100,000 live births1, and the results of the Inter-Census Population Survey show a decrease to 305 per 100,0002, this result is still quite far considering the Sustainable Development Goals (SDGs) target, namely reduce maternal mortality to below 70 per 100,000 target by 20303. The diversity of causes of maternal mortality and differences in regional characteristics make it necessary to make policies and plans to reduce MMR. AKI is an indicator of maternal health status. McCharty and Maine suggest 3 factors that influence maternal mortality, namely the near determinant, the intermediate determinant and the distant determinant.This research uses analytical research method, using secondary data, this method was chosen because in the first stage research will be conducted on the determinants of maternal mortality, then in the second stage an analysis will be carried out (analytic) to determine the determinants that have the most influence on maternal mortality in Tangerang Regency.There is a relationship between parity and maternal mortality with a p value of 0.025; OR = 5.667, which means that parity has 5.6 times the maternal mortality. There is a relationship between Ante Natal Care (ANC) examination and maternal mortality with a p value of 0.004; OR = 8,889 which means that ANC examination has 8.8 times of maternal mortality. There is a relationship between complications and maternal death with a p value of 0.019; OR = 7.5, which means that complications have 7.5 times the death rate and husband's work with maternal mortality p value 0.035; OR = 0.117. Thus parity, ANC examination, complications and husband's occupation have an effect on the determinants of maternal mortality. 


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Yopi Suryatim pratiwi ◽  
Sri Handayani

Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting dan mencerminkan derajat kesehatan di suatu wilayah, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak adalah dengan memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas pada saat sebelum persalinan, saat persalinan, dan sesudah persalinan. Proses persalinan terkadang tidak berjalan normal, sehingga tindakan sectio caesarea dapat dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Persalinan dengan sectio caesarea adalah prosedur pembedahan dimana janin  dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan rahim ibu. Persalinan sectio caesarea mengalami nyeri yang lebih dibandingkan dengan persalinan normal. Nyeri post sectio secarea menyebabkan mobilisasi terbatas, bounding attachment terganggu, serta menghambat pemberian ASI. Strategi penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri post sectio caesaria sangat diperlukan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Tehnik massage merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan sebagai terapi nonfarmakologi.Massage merupakan tehnik sentuhan serta pemijatan ringan yang dapat menghasilkan rasa rileks dalam tubuh, serta memberikan rasa nyaman. Foot massage merupakan salah satu tindakan massage yang dianggap menjadi metode yang tepat dalam mengurangi nyeri. Oleh karena itu perlu adanya bukti literature review yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi foot massage terhadap nyeri post sectio caesarea. Studi ini merupakan suatu tinjauan literatur (literature review) meliputi studi pencarian sistematis data base terkomputerisasi (research gate, pubmed, google cendekia). Penulisan artikel ini menggunakan penulisan daftar pustaka Harvard. Berdasarkan delapan artikel penelitian menunjukkan bahwa terapi foot massage selama 20 menit efektif dapat mengurangi nyeri post sectio caesarea.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 30
Author(s):  
Lia Agustin ◽  
Dian Rahmawati
Keyword(s):  

Latar Belakang : Stunting adalah kondisi  tubuh anak yang pendek akibat dari kekurangan gizi yang kronis. Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh balita disebabkan karena berbagai faktor seperti kemiskinan,  kurangnya kesadaran akan kesehatan, kecukupan gizi yang kurang dan juga pola asuh yang kurang benar. Dampak yang timbulkan akibat dari stunting yaitu pada menurunya tingkat kecerdasan dan  kerentanan terhadap penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendapatan keluarga dengan kejadian stunting Subjek dan Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan case control. Populasi penelitian adalah seluruh balita usia 24-59 bulan di Desa Bangkok Kecamatan. Gurah Kabupaten Kediri pada bulan Agustus 2020. Dengan tehnik Fixed Disease Sampling didapatkan sampel 25 balita stunting usia 24-59 bulan sebagai kelompok kasus dan 25 balita normal usia 24-59 bulan sebagai kelompok kontrol. Variabel dependen adalah kejadian stunting, sedangkan variabel independen adalah pendapatan keluarga. Pengukuran stunting berdasarkan pengukuran Tinggi Badan/Umur yang dikonversikan dalam Z-score. Pengukuran pendapatan keluarga dengan kuesioner dan wawancara. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan uji Fisher’s exact test.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76%  keluarga balita stunting memiliki pendapatan dibawah Upah minimum regional , sedangkan keluarga yang tidak stunting sebanyak 36% memiliki pendapatan dibawah UMR. Secara statistik pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian stunting p=0.001 (OR=5.63;CI 95% 1.65 hingga 19.23).Kesimpulan: Pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian stunting. Keluarga dengan pendapatan kurang dari Upah Minimum Regional  memiliki kemungkinan 6 kali mengalami stunting.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Dorsinta Siallagan ◽  
Desi Rusiana ◽  
Ela Susilawati

The problem of stunting is one of the nutritional problems faced in the world, especially in poor and developing countries. Toddlers with stunting are more at risk of having a low Intelligence Quotient compared to toddlers who are growing well. In 2018, the prevalence of stunting in Tangerang Regency (38%) was higher than the national prevalence (30.8%). This study aims to determine the most dominant factor in the incidence of stunting in the Tangerang District Public Health Center. The research method used was descriptive analytic with a cross sectional study approach. Research Location at the Rajeg Community Health Center, Tangerang Regency. The population in this study were all toddlers who were stunting as many as 211 and a sample of 138 respondents. Sampling using accidental sampling technique. The results showed that stunting was very short at 28.2%. Bivariate analysis using the Chi-Square test. There was a significant relationship between age (p = 0.000), knowledge (p = 0.000), history of ANC (p = 0.023), LBW (p = 0.005) exclusive breastfeeding (p = 0.001), dietary habits (p = 0.005) and history of disease (p = 0.005) with incidence of stunting. The multivariate results showed that the most dominant factor in the incidence of stunting was the high risk age at pregnancy with an OR of 9,333. It is hoped that government programs through related agencies, health workers provide counseling about high-risk age during pregnancy, run the 4T program so that women do not get pregnant when they are too young, too old, too close to birth distances and too many children, other government programs such as Age Maturation Marriage


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Isfaizah Isfaizah ◽  
Ari Widyaningsih
Keyword(s):  

AbstrakLatar Belakang: Obesitas di Indonesia mengancam anak dan remaja, dimana obesitas sentral pada remaja umur ≥15 tahun meningkat dari 26,6% (2013) menjadi 31% (2018). Obesitas berdampak secara  fisiologis dalam meningkatnya penyakit cardiovaskler seperti hipertensi. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat skrinning untuk pengukuran jumlah lemak pada anak dan remaja yang paling mudah, sederhana dan akurat dalam mendeteksi adanya gizi lebih pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMT dengan kenaikan tekanan darah pada remaja di SMK NU Ungaran.Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kasus control dengan perbandingan 1:1. Populasi seluruh remaja di SMK NU UNgaran sebanyak 327 siswa, pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok kasus adalah remaja dengan tekanan darah pre-hipertensi sebanyak 40 responden dan kelompok control remaja dengan tekanan darah normal sebanyak 40 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariate dengan Chi-Square.Hasil: Analisis univariat diperoleh 50% responden memiliki IMT normal, rerata TD systole vs diastole (116.51 mmHg vs 74.67 mmHg). Ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan tekanan darah pada remaja di SMK NU Ungaran (p<0.001, OR:5.571, CI 95%= 2.119 s/d 14.647).Kesimpulan: Remaja yang IMT berlebih akan meningkatkan resiko kenaikan tekanan darah sebesar 5.57 kali dibandingkan dengan remaja yang memiliki IMT normal. Perlu dilakukannya edukasi dan pemantauan status gizi pada remaja serta pengukuran tekanan darah secara berkala untuk mencegah terjadinya pre hipertensi pada usia remaja.Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Vistra Veftisia ◽  
Luvi Dian Afriyani

Tingkat kecemasan, dan depresi ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya kelahiran bayi. Kecemasan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan ibu hamil maupun janin yang didalam kandungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingakat kecemasan, stress dan depresi pada ibu hamil TM II dan TM III. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi  dalam penelitian  adalah  ibu  hamil   di   PMB ibu Alam Kota Salatiga sebanyak 40 orang. Dengan teknik    purposive sampling sampel  32 ibu hamil trimester II dan III. Alat  pengumpulan  kuesioner DASS 42. Analisa data menggunakan menggunakan tendensi sentral. Hasil penelitian didapatkan kecemasan ringan (11, 03), stress ringan (12, 81), depresi ringan (11, 25)


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Siti Dariyani ◽  
Reni Nofita ◽  
Mardi Yana

Pregnancy and childbirth are inseparable chain reactions in a normal woman's life. To undergo a safe and comfortable pregnancy, pregnant women must be able to manage their body, mind and spirit holistically during pregnancy. (Kuswandi,2013) Changes in the safety and comfort of pregnant women are closely related to physical and psychological changes. (Prawiroharjo,2015) To reduce the physical and psychological complaints of mothers during pregnancy, what can be done by including the mother in pregnancy exercise classes, Prenatal yoga is a type of exercise that is good for pregnant women to do. Practicing yoga means that pregnant women practice physical postures, breathing techniques, and meditation.Based on the data obtained at Pamulang Health Center, from 684 pregnant women during January to April, only 20% of pregnant women attended the pregnancy class provided by the puskesmas, the remaining 80% of pregnant women were not involved in gymnastics classes at all. The absence of pregnant women is due to busyness and unsuitable schedules. The general objective of this study is to develop audiovisual self-training media for basic prenatal yoga and to test its effectiveness.The research method is action research. The first stage will conduct a study of the condition and level of needs of pregnant women about basic prenatal yoga. The second stage will be the process of making audiovisual media for basic prenatal yoga self-training. The third stage is testing the effectiveness of the media. The results showed that 60% of respondents did not know well what Prenatal Yoga was, pre-intervention described the mean score of physiological comfort during pregnancy of 56.1 with a range of values ranging from a score of 35-77. The mean value obtained post intervention was 48.4 with scores ranging from 30-70. p value of 0,000. Thus, it is known that there is a significant relationship between prenatal yoga movements and physiological comfort during pregnancy. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document