Epidemiological study on the Determinants of Child Non-Vaccination at National Polio Immunization Days in December 2012 in the Health District of Lomie East-Cameroon

Author(s):  
Carolle Laure Matene Fongang

Background: Cameroon has been in a polio epidemic since October 2013, so the country has been forced into a response vaccination approach. In rural health districts in this case l OMIE District, the proportion of children unvaccinated during the campaigns varies between 25 and 30%, while the standard would be to have less than 5% of unvaccinated children. The question of the reasons for the non-vaccination of children in Cameroon has therefore arisen. Objectives: The aim was to determine the factors of non-vaccination of children at the National Polio Immunization Days (NIDs) in December 2012, through the quality of the NVD organization, the health skills of human resources and the parents. Methodology: We carried out an analytical cross-sectional study from the 9 to the 20th of December 2012. We interviewed 292 parents and their children, 75 social mobilisers, 79 vaccinators, 41 proximity supervisors and 12 pilot health facilities EPI focal persons. The number of children selected per health area was proportional to it demographic weight. Quarters and blocs were selected by simple random sampling while the children by systemic random sampling. Personnel selected were those that intervene in the chosen localities. Results: The study found that 20.8% of children were unvaccinated. The first reason for non-vaccination was the non-visiting of the household by vaccinators (41.9%). Difficulties in access due to bad roads (40%), lack of vehicles or means of locomotion adapted to the area (35%). Parents were informed in 85.6% of cases. The JNV polio micro plan was available in 25% of health areas and 41.7% of community supervisors conducted household surveys.

2017 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
pp. 133-138
Author(s):  
A.A. Ayu Rani Puspadewi ◽  
Etty Rekawati

Setiap orang dapat mengalami depresi, salah satunya adalah lansia, dimana lansia memiliki konsekuensi fungsional yang lebih serius dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan lainnya, mulai dari kualitas hidup yang negatif hingga bunuh diri. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas hidup lansia. Sampel penelitian adalah lansia ≥ 60 tahun yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Jakarta, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, serta bersedia menjadi responden. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan metode simple random sampling yang melibatkan 101 lansia. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia (p=0,017; α=0,10). Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu keperawatan di masa yang akan datang terkait peningkatan kualitas hidup lansia dengan cara menangani depresi lansia. Kata Kunci: Depresi, Kualitas Hidup, Lansia, Panti Sosial Tresna Werdha Abstract Depression in Relation with the Quality of Life Elderly in Nursing Home Jakarta. Depression could experienced by anyone, such as elderly whose fuctional consequences is experienced more serious such as low quality of life and the worst one is suicidal. The purpose of this research was to find  the relationship between depression and quality of life in elderly. The research sample was elderly aged 60 and over who live at Institutionof Elderly Budi Mulia 01 Jakarta, speak Bahasa, and willing to be a respondent. This research used cross sectional study design with simple random sampling method which involved 101 elderly. The result of this study showed that there was significant relation between level of depression and quality of life in elderly (p=0.017; α=0.10). This research is expected to be useful for nursing science development in the future, spesificly on preventive of quality of life decreased by handling depression in elderly.  Keywords: Depression, quality of life, elderly, nursing homes


Author(s):  
Indra Agussamad ◽  
Maya Sari

Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan.WHO (2013) mencatat, dari 39,47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Di Indonesia, perawat juga merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak berinteraksi dengan pasien. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan jumlah sampel 72 perawat dengan menggunakan teknik simple random sampling,dan penelitian ini secara univariat dan bivariat dengan Chy-Square yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pengawasan, motivasi, sikap dan ketersediaan alat terhadap kepatuhan perawat rawat inap dalam menggunakan alat pelindung diri dengan(p-value< 0,05).


2012 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 40-43 ◽  
Author(s):  
S Aryal ◽  
A Badhu ◽  
S Pandey ◽  
A Bhandari ◽  
P Khatiwoda ◽  
...  

Background The patients suffering from tuberculosis are receiving shame and unfair treatment from the people living around them within their own society attending DOTS clinic of Dharan municipality. Objective To assess the stigma experienced by tuberculosis patients and to find out the association between stigma experienced by Tuberculosis patient and the selected variables (socio-demographic characteristics, clinical profile and illness experience). Methods Descriptive Cross Sectional study was done among sixty tuberculosis patients. Stratified random sampling was used to select the main center and sub center of Tuberculosis treatment and population proportionate simple random sampling using lottery method was done. Data was collected using predesigned, pretested performa from Explanatory Model Interview Catalogue developed by World Health Organization. Results The study revealed that 63.3% of the subjects were stigmatized. There was association between stigma and variables such as occupation, monthly family income and past history of Tuberculosis. There was also association of stigma with treatment phase, category of the patient and past outcome of illness. Conclusion Due to lack of knowledge and awareness about Tuberculosis, many patients were stigmatized. Efforts should be made to educate the public about Tuberculosis to reduce stigma experienced by Tuberculosis patients and improve the compliance of the patient. KATHMANDU UNIVERSITY MEDICAL JOURNAL  VOL.10 | NO. 1 | ISSUE 37 | JAN - MAR 2012 | 48-52 DOI: http://dx.doi.org/10.3126/kumj.v10i1.6914


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 88-92
Author(s):  
Immawanti Immawanti ◽  
Junaedi Yunding

ABSTRAK Penggunaan metode kontrasepsi hormonal dalam waktu lama dapat menimbulkan efek samping salah satunya adalah peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik pada wanita pasangan usia subur dengan kejadian hipertensi. Rancangan penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel sebanyak 67 wanita pasangan usia subur, sampel diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah spignomanometer dan lembar kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal pil (p=0,00) dan kontrasepsi hormonal suntik (p=0,01) dengan kejadian hipertensi pada wanita pasangan usia subur. Diharapkan instansi terkait untuk memberikan informasi tentang kelebihan dan kelemahan penggunaan jenis kontrasepsi bagi calon akseptor. Kata Kunci : hipertensi, kontrasepsi pil, kontrasepsi suntik, lama pemakaian


2018 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 164-182
Author(s):  
Hairil Akbar Akbar

Program Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan, untuk mencapai hal tersebut dibuatlah beberapa cara untuk mencegah ataupun menunda kehamilan, walaupun dalam pelaksanaannya pelayanan KB yang berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi pada pada pasangan usia subur di Desa Lohbener Kabupaten Indramayu.Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, dengan desain penelitian menggunakan cross sectional study. Populasi dalam penelitian yaitu semua wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia 15-49 tahun dan berstatus menikah, sedangkan sampel pada penelitian ini sebagian dari wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang berusia 15-49 tahun dan berstatus menikah di Desa Lohbener Kabupaten Indramayu. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling dan menggunakan uji regresi logistik. Berdasarkan hasil uji regresi logistik, faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi pada ibu PUS di Desa Lohbener Kabupaten Indramayu yaitu dukungan suami (r value = 0,000; CI:4,229-70,362), dan pengetahuan (rvalue = 0,000; CI:3,012-34,233), sedangkan faktor yang tidak berhubungan yaitu status pekerjaan (rvalue = 0,577; CI:0,214-15,902), paritas (r value = 0,319; CI:0,193-1,710), dan akses pelayanan keluarga berencana (r value = 0,984; CI:0,315-3,250) dengan penggunaan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Lohbener Kabupaten Indramayu. Diharapkan para ibu PUS dengan usia ≥ 20 tahun untuk lebih memperhatikan kesehatan dengan perencanaan yang baik dalam keluarga seperti mengatur jumlah kelahiran, menjarangkan kehamilan, dan lebih aktif berkonsultasi pada pihak tenaga kesehatan untuk melakukan program KB.   Kata Kunci : , Pengetahuan, Dukungan Suami


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 70-78
Author(s):  
Nur Dewiyanti

Kontrasepsi merupakan salah satu alat yang dapat dilakukan masyarakat untuk membantu mengendalikan lajunya pertambahan penduduk. Jumlah pengguna metode kontrasepsi jangka panjang masih rendah dibandingkan non metode kontrasepsi jangka panjang yang peminatnya masih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan metode kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Bulak Banteng Surabaya. Penelitian ini bersifat analitik observasional, dengan desain menurut waktumya bersifat cross sectional study. Subjek diambil dari populasi dengan cara simple random sampling. Penelitian ini menganalisis pengaruh faktor setiap variabel bebas terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita PUS (Pasangan Usia Subur) berusia 15-49 tahun yang merupakan akseptor KB metode kontrasepsi jangka panjang dan non metode kontrasepsi jangka panjang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bulak Banteng Surabaya. Variabel bebas yang digunakan adalah usia dan jumlah anak yang dimiliki responden. Variabel terikat yang digunakan adalah penggunaan metode kontrasepsi. Didapatkan jumlah sebanyak 94 responden. Data yang telah terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa usia responden tidak memiliki hubungan dengan penggunaan metode konrasepsi (p=0,074 > α=0,05) sedangkan pada jumlah anak memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan metode kontrasepsi (p=0,048 < α=0,05).


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Ice Irawati

Salah satu faktor utama yang menyebabkan masih tingginya angka TB paru adalah kepadatan hunian dan sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan kepadatan hunian dan sosial ekonomi dengan kejadian penyakit TB paru Kelurahan Pecung Kecamatan Belakang Padang Kota Batam (Wilayah Kerja Puskesmas Belakang Padang) Tahun 2019.Penelitian ini menggunakan cross sectional study, teknik pengambilan sampel secara simple random sampling dimana sampel berjumlah 90 sampel, data primer diperoleh dengan alat bantu kuisioner, data analisis dengan bivariat yang menggunakan uji chi-square (>0,05).Hasil penelitian terdapat hubungan kepadatan hunian dengan penyakit TB paru ditunjukan dengan nilai p=0,000 (pV<0,05), dan terdapat hubungan sosial ekonomi dengan penyakit TB paru dengan nilai p=0,000 (pV>0,05). Kesimpulannya bahwa terdapat hubungan kepadatan hunian dengan penyakit TB paru, hubungan sosial ekonomi dengan penyakit TB paru, Diharapkan promosi kesehatan oleh Puskesmas kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hidup dan lingkungan sehat.


Author(s):  
Yoan Chou ◽  
Dharmady Agus ◽  
Dwi Jani Juliawati

Background: Medical education is full of burden and pressure, so that medical students are prone to get depressive disorder and anxiety disorder. These have been proven by several researches conducted in the faculties of medicine from abroad as well as in Indonesia. Medical students, either preclinical or clinical, need to face many obstacles, but clinical students have more demands than preclinical students and they are directly responsible for patient safety. The more demands of the clinical students made them prone to have more depressive and anxiety disorder.Method: This research was conducted as a cross-sectional study on 200 students on Atma Jaya Medicine Faculty by choosing 100 pre-clinical and clinical students with simple random sampling. Data were collected with structured interviews by using MINI ICD-10 instrument to determine the depressive and anxiety disorder.Results: There were significant differences between the proportion of depressive disorder and anxiety disorder among preclinical and clinical students in FKUAJ 2015 (p = 0.044 and p = 0.048). The proportion of depressive disorder and anxiety disorder in clinical students are higher than preclinical students (29% vs. 17% and 38% vs. 25%).Conclusions: Clinical students are more prone to get depressive disorder 1,99 times and anxiety disorder 1,84 times than preclinical students FKUAJ year 2015 


2020 ◽  
Vol 2020 ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Kusmita Silwal ◽  
Jiwan Kumar Poudyal ◽  
Rajani Shah ◽  
Sumitra Parajuli ◽  
Yubanidhi Basaula ◽  
...  

Introduction. Birth preparedness is crucial for health quality of mother and newborn and acts as a strong contributor in mitigating maternal and newborn mortalities. Different factors are predicted to have an influence upon birth preparedness practice. This paper aims at exploring relationship between various factors and birth preparedness practice. Methods. A cross-sectional study design was used to find out the relationship between various factors and birth preparedness practice. One hundred sixty-five women residing at ward number 1 of Rapti Municipality, Chitwan who delivered in the last twelve months were selected consecutively and interviewed using a semistructured questionnaire. The collected data were analyzed using descriptive and bivariate techniques. Results. Three quarters (75.2%) of the respondents had better birth preparedness, institutional delivery was 63.0%, antenatal care (ANC) visit as per protocol was about 62.0%, and about 90% of the respondents had received counseling during ANC. Age, religion, family types, education, age at marriage, parity, number of children, knowledge on birth preparedness, knowledge on danger sign, place for ANC and delivery, and decision-makers were found to be statistically significant (P value < 0.05) with birth preparedness practice. Conclusion. Better knowledge on birth preparedness led to a better preparedness status. Age, religion, family type, education of women and partners, parity, and number of children were the factors that influence birth preparedness. Counseling during ANC played a significant role in birth preparedness.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Sri Wahyuningsih ◽  
Sartika Lukman ◽  
Rahmawati Rahmawati ◽  
Rahmat Pannyiwi

Anak balita merupakan golongan yang paling rawan terhadap masalah gizi. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat pada peningkatan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pendapatan, pola asuh terhadap status gizi anak usia 6 sampai 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros. Jenis penelian yang digunakn dalam penelitian ini adalah Observasional dengan pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah anak balita dengan tekhnil pengambilan Simple Random Sampling dengan jumlah 171 sampel yang diambil dari 8 desa yaitu Kalabbirang, Leang-leang, Minasa Baji, Mangelureng, Alatengae, Mattoanging, Tukamasea, dan Baruga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga, pendidikan ibu, dan pola pengasuhan diri dan kesehatan tidak ada hubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros. Hal ini berarti bahwa pendapatan keluarga, pendidikan ibu, dan pola pengasuhan diri dan kesehatan bukan faktor utama dalam melihat status gizi balita tetapi banyak faktor lain yang berpengaruh seperti pola konsumsi, penyakit infeksi, faktor sosial dan ekonomi. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut faktor utama yang berpengaruh terhadap status gizi balita.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document