scholarly journals TINGKAT KETERBACAAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 DAN KORELASINYA DENGAN KEMAMPUAN MENGAJAR BAGI GURU SDN 1 PAKALU I KABUPATEN MAROS

2021 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 14-24
Author(s):  
Ratnawati Dewi ◽  
Abdul Rahman Rahim ◽  
Andi Sukri Syamsuri
Keyword(s):  
K 13 ◽  

Kompetensi dasar bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 diubah dari Kurikulum 2006 dari pendekatan komunikatif ke pendekatan teks. Hal ini menjadi persoalan karena banyak unsur yang harus dimasukkan dalam komptensi tersebut. Banyak kompetensi dasar yang oleh banyak guru tidak jelas maksudnya, strategi pembelajarannya, serta tuidak jelas penerapannya. Untuk mengungkap secara jelas persoalan tersebut, dilakukan penelitian mengenai tingkat keterbacaan dengan kaitannya dengan kemampuan mengajar guru. Oleh karena itu, tujuan utama untuk melihat ada tidaknya korelasi antara tingkat keterbacaan kompetensi dasar bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 dan Kemampuan mengajar guru  SDN I Pakalu I Kabupaten Maros. Penelitian ini dilaksanaan di SDN I Pakalu I Kabupaten Maros menggunakan metode kuantitaif dengan teknik pengetesan terhadap keterbacaan KD Bahasa Indonesia K.13 guru dan pengamatan kemampuan mengajar bahasa Indonesia sebanya 12 orang guru. Data dianalaisis menggunakan Uji-R Person Product Moment dengan taraf  signifikansi 95% (0,5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat keterbacaan kompetensi dasar bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 dan Kemampuan mengajar guru guru SDN  I Pakalu I Kabupaten Maros. Hal ini dtunjukkan pada hasil uji hipotesis yakni nilai R hitung lebih besar daripada nilai R tabel pada taraf signifikansi 95% (0,5) yakni:  0,5999>0,45,75 dengan tingkat korelasi sangat kuat

2019 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 816-825
Author(s):  
Mulyadi Eko Purnomo

Evaluasi merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru Bahasa Indonesia (BI) harus memiliki kemampuan yang memadai tentang pelaksanaan evaluasi tersebut. Dalam Kurikulum 2013 (K-13) terdapat satu jenis penilaian yang harus dilakukan yaitu penilaian autentik (authentic assessment). Guru BI harus memiliki kemampuan yang memadai tentang hal ini, terutama untuk menilai proses dan hasil pembelajran BI. Guru-guru BI di Kabupaten Musirawas dan Kota Lubuklinggau sebagian besar belum memahami dengan baik tentang penilaian autentik dalam pembelajaran BI. Hal ini didasarkan pada survey awal yang dilakukan tim juga dari surat yang diberikan melalui MGMP BI. Kepada mereka dilakukan pendampingan dan pembimbingan termasuk workshop tentang pengembangan rubrik penilaian autentik dan lembar observasi. Sejumlah 17 orang guru SMA/SMK di Kabupaten Musirawas dan Kota Lubuklinggau menjadi peserta dalam kegiatan ini. Metode yang digunakan adalah penyampaian informasi, diskusi, dan kerja kelompok (workshop). Pada awal dan akhir kegiatan dilakukan tes dalam bentuk refleksi diri tentang aspek-aspek penilaian autentik dalam pembelajaran BI. Hasilnya adalah terdapat peningkatan kemampuan peserta tentang penilaian autentik dalam pembelajaran BI sebelum dan sesudah kegiatan dengan N-gain 0,56 yang berarti sedang


Author(s):  
Lusiana - ◽  
Berman Hutahaean
Keyword(s):  
K 13 ◽  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Sesuai Kurikulum 2013 di SMP St. Thomas 3 Medan. Permasalahan kesulitan belajar dalam kurikulum 2013 (K-13) tersebut dideskripsikan berdasarkan dua aspek yang meliputi faktor kesulitan belajar dilihat dari inteligensi dan faktor kesulitan belajar dilihat dari non-inteligensi siswa dalam  pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian survei. Populasi dari penelitian ini adalah guru, siswa, orang tua dan peneliti, di SMP St. Thomas 3 Medan yang menerapkan K-13. Data diperoleh melalui angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data hasil angket, wawancara, observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif  kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP St. Thomas 3 Medan menerapkan K-13 dengan sangat baik. Namun siswa yang belum siap  atau tidak mampu untuk menerima kurikulum 2013. Pada aspek pelaksanaan pembelajaran, guru sudah menerapkan beberapa model pembelajaran yang dianjurkan untuk implementasi K-13. Hasil penelitian menunjukkan kesulitan belajar Bahasa Indonesia yang dialami oleh peserta didik di antaranya: kurang lancar membaca, tulisan yang sulit dibaca, keterlambatan dalam pemahaman, malas belajar, serta kurang antusias peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu guru juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kesulitan belajar peserta didik yaitu: cara mengajar guru yang kurang efektif, serta kurangnya motivasi dari keluarga dan orang tua. Melihat dari banyaknya kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik maka sangat diharapkan kepada guru agar lebih dini mendeteksi jenis kesulitan belajar khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat dilakukan pencegahan atau pemberian solusi sedini mungkin


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
I Md. Aditya Dharma
Keyword(s):  
K 13 ◽  

Penelitian ini bertujuan: 1) mengembangkan buku cerita anak berdasarkan muatan sikap dan muatan pembelajaran pada subtema Manusia dan Lingkungan kurikulum 2013, dengan menginsersi budaya lokal Bali yang relevan; serta 2) untuk mengetahui efektivitas buku cerita yang dihasilkan tersebut sebagai pendamping buku pelajaran K-13 dalam pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan prototipe tersebut melalui tiga tahapan yaitu Development, Implementatian, dan Evaluation. Subjek pada penelitian ini adalah 2 orang ahli, 2 orang guru kelas V dan 26 orang siswa kelas V Sekolah Dasar. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner untuk minat baca dan sikap. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) buku cerita berjudul “Pesona Pantaiku Pantai Lovina” memuat sikap spiritual, sikap sosial, dan muatan pembelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan SBdP serta terdapat budaya lokal yang mendukung seperti kewajiban bersembahyang Mebanten Canang, mengucapkan salam Om Swastyastu, permainan tradisional Mecongklak dan bernyanyi Made Cenik. Berdasarkan hasil penilaian para ahli, diperoleh kualitas dan kesesuaian buku cerita “Pesona Pantaiku Pantai Lovina” tergolong sangat baik. (2) Melalui uji coba, diperoleh efektivitas penggunaan buku cerita “Pesona Pantaiku Pantai Lovina” terhadap sikap siswa sebesar 8,13 tergolong sangat efektif; terhadap minat baca siswa sebesar 5,33 tergolong sangat efektif; dan terhadap hasil belajar siswa sebesar 2,69 tergolong sangat efektif.Kata kunci: budaya lokal Bali, buku cerita, sikap, minat baca


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 207-224
Author(s):  
Baiq Emilia Susdiana ◽  
Nurachman Hanafi ◽  
Sudirman Sudirman

 This study reports how attainments in the implementation of the 2013 Curriculum (K-13) in teaching bahasa Indonesia for SMA students. Using a survey method, this study assigned teachers, students, and administrators in SMAN 1 of West Brayat, Central Lombok Regency. The results show that handicaps do exist to teach bahasa Indonesia based on K-13 because: (1) teachers get problems on preparing teaching instructional designs and its attributes such as lesson plan, scientific approach teaching method, audio-visual toolkits, learning resources, and authentic assessment; (2) lack of understanding to perceive K-13 as an ideal curriculum that encourages students more active and self-independent learners; and (3) constraints appear in the implementation of K-13 include limited time, limited facilities and infrastructure, assessment, and activeness of students in the teaching and learning process. 


Jurnal SOLMA ◽  
2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 289
Author(s):  
Siti Rochmiyati ◽  
Mukhlish Mukhlish

Pelaksanaan Kurikulum 2013 atau K-13 ternyata tidak begitu mulus. Selain pelaksanaan yang silih berganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga berbagai perubahan pada rumusan Kompetensi Dasar K-13. Bahkan, pada tahun 2017 di satuan pendidikan DIY berlaku berbagai kurikulum. Ada yang masih memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ada yang sudah menggunakan K-13, dan ada pula yang campuran. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada K-13 berbasis genre/teks. Selain itu, guru-guru harus menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan mengembangkan karakter. Tuntutan tersebut harus tercermin dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini menuntut guru untuk selalu mengikuti perkembangan K-13. Kegiatan pengabdian ini berupa Workshop Pengembangan RPP dengan Model Cooperative Learning Berdasarkan Kurikulum 2013” bgi guru-guru Bahasa Indonesia SMP se-Kabupaten Sleman. Kegiatan dilaksanakan di SMP Negeri I Ngemplak yang diikuti oleh 42 guru-guru dari berbagai SMP/MTs dan dihadiri pula Pengawas Dikpora  Kabupaten Sleman. Kegiatan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu workshop dan pendampingan secara online yang diakhiri dengan pengumpulan hasil kegiatan. Metode yang digunakan adalah metode diskusi, tanya jawab, dan simulasi tentang komponen-komponen RPP dan penerapan model. Hasilnya para guru dapat mengembangkan komponen-komponen RPP Bahasa Indonesia berbasis genre  sesuai dengan K-13 serta  model Cooperative Learning yang inovatif. Namun, pengembangan karakter dalam fokus sikap belum semuanya mencantumkannya secara eksplisit dalam RPP. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah agar kegiatan berlanjut secara kontinyu sehingga dinamika perkembangan kurikulum bisa selalu diikuti dan ada kesesuaian antara ilmu yang dikembangkan Perguruan Tinggi dengan kebutuhan masyarakat dan sebaliknya.


2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 398-415
Author(s):  
Ipan Dwi Nata

Code-switching and code-mixing become one of the issues existing not only in informal situations but also in a formal situations such as in the teaching-learning process. Homy School Palangka Raya, the teacher should speak both Bahasa Indonesia and English which trigger the use of code-switching and code-mixing because this school applied two curriculums: national curriculum K-13 and UK curriculum. So, the objectives of this research are to identify the types of code-switching and code-mixing used by the teachers of English at Homy School Palangka Raya in English class and the influences on students’ understanding of the lessons. This descriptive qualitative research observed and collected the data by joining the class where the teachers were teaching. The research result showed that there were 53 (fifty-three) occurrences of code-mixing, in the form of the insertion of words (11), the insertion of phrase (29), the insertion of hybrid (10), and the insertion of idiom (2). While there were 67 (sixty-seven) occurrences of code-switching in the form of metaphorical (5) and conversational code-switching (30). Regarding the influences of code-switching and code-mixing on the students’ understanding of the English, the lesson revealed that most of the students (seventy-two percents) who claimed that the use of code-switching and code-mixing in the English teaching-learning process at Homy School Palangka Raya can make them understand easily and make their communication with their teacher more effective.


Author(s):  
Muhammad Fahmi ◽  
Dwi Rohman Saleh
Keyword(s):  
K 13 ◽  

<p>Terobosan luar biasa yang dilakukan pemerintah dalam penerapan K-13 ini adalah Buku Sekolah Elektronik (BSE). BSE pun diperbolehkan untuk dicetak dan diperbanyak tanpa membayar royalti ke pemerintah. BSE diberikan secara masif. Semua sekolah bisa mengaksesnya. Penelitian bertujuan untuk melihat sejauh mana kekurangan, terutama pada aspek kebahasaan, dalam BSE Bahasa Indonesia kelas VII Kurikulum 2013. Terdapat 3 aspek kebahasaan yang dinilai dari sebuah buku teks, yaitu (1) aspek kesesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; (2) komunikatif; dan (3) keruntutan dan kepaduan paragraf. Pada aspek kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik hasil penelitian memperlihatkan bahwa di BSE Bahasa Indonesia kelas VII ditemukan 30 kata yang tidak sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik tidak mampu memahami kata-kata tersebut adalah karena mereka tidak biasa atau tidak pernah melihat atau mendengar kata-kata tersebut. Pada penilaian aspek komunikatif di buku ini ditemukan: (1) permasalahan tentang makna ganda (tidak jelas) kalimat; (2) kesalahan tanda baca; (3) dan inkonsistensi. Pada penilaian aspek keruntutan dan kesatuan gagasan ditemukan masalah: (1) tidak adanya hubungan antara subbab dengan subbab sebelum dan sesudahnya; (2) pengulangan kalimat yang tidak perlu; (3) dan hubungan antarkalimat yang membingungkan.</p>


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 145
Author(s):  
Sarjan Kase
Keyword(s):  

Abstrak Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan semantik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Gorontalo. Selain itu, penelitian ini juga memberikan gambaran yang spesifik terhadap persoalan pembelajaran semantik di sekolah. Data diambil dari kalimat yang disampaikan oleh seorang guru berkenaan dengan semantik. Sumber data diambil dari buku semantik yang telah ditulis oleh pakar dan wawancara kepada sesama guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa makna semantic yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu, makna afektif, makna denotatif, makna deskriptif, makna emotif, makna kiasan. Selain itu, ditemukan juga beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi persoalan pembelajaran semantik di sekolah.


2017 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 34-42
Author(s):  
Wawan Wiraatmaja
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui aktivitas belajar peserta didik kelas V SDN-3 Pahandut Palangkaraya tahun pelajaran 2015/2016 dalam menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dengan menggunakan media animasi, (2) untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar peserta didik dalam menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dengan menggunakan media animasi kelas V pada SDN-3 Pahandut Palangkaraya tahun pelajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian berjumlah 19 orang peserta didik. teknik pengmpulan data berdasarkan pada hasil siklus pada saat proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) aktivitas peserta didik kelas V SDN-3 Pahandut Palangkaraya tahun pelajaran 2015/2016 dalam kemampuan menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dengan menggunakan media animasi lebih aktif dengan skor rata-rata siklus I 2,4 dengan kriteria cukup dan siklus II 3,5 dengan kriteria baik. (2) Peningkatan hasil belajar peserta didik kelas V pada SDN-3 Pahandut Palangkaraya tahun pelajaran 2015/2016 dalam menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dengan menggunakan media animasi lebih meningkat, dibuktikan dengan hasil Siklus I 67,63 dengan ketuntasan klasikal 52,63% Dan Siklus II 80,52 dengan ketuntasan klasikal 100%. Dari hasil yang diperoleh tersebut ada peningkatan antara hasil siklus I dan siklus II.


2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 01-10
Author(s):  
Alpansyah Alpansyah ◽  
Abdul Talib Hasim

The aims of this study were: (1) to identify an increase in students' understanding of the value of mutual cooperation through the use of reader response rules in Indonesian Language Learning (KRPDPBI); (2) identifying the use of the reader response principle in Indonesian Language learning (KRPDPBI) there are differences between male and female students. The design of this study used a quasi-experimental study with two different methods. The results showed that (1) the achievement of the score of understanding the value of mutual cooperation for students taught by KRPDPBI was better than for students taught by regular learning according to the curriculum; (2) the achievement of the understanding of the value of male students' mutual cooperation is no better than that of female students.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document