scholarly journals PENGEMBANGAN EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA: PELATIHAN PENILAIAN AUTENTIK BAGI GURU BI SMA/SMK DI KABUPATEN MUSI RAWAS

2019 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 816-825
Author(s):  
Mulyadi Eko Purnomo

Evaluasi merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru Bahasa Indonesia (BI) harus memiliki kemampuan yang memadai tentang pelaksanaan evaluasi tersebut. Dalam Kurikulum 2013 (K-13) terdapat satu jenis penilaian yang harus dilakukan yaitu penilaian autentik (authentic assessment). Guru BI harus memiliki kemampuan yang memadai tentang hal ini, terutama untuk menilai proses dan hasil pembelajran BI. Guru-guru BI di Kabupaten Musirawas dan Kota Lubuklinggau sebagian besar belum memahami dengan baik tentang penilaian autentik dalam pembelajaran BI. Hal ini didasarkan pada survey awal yang dilakukan tim juga dari surat yang diberikan melalui MGMP BI. Kepada mereka dilakukan pendampingan dan pembimbingan termasuk workshop tentang pengembangan rubrik penilaian autentik dan lembar observasi. Sejumlah 17 orang guru SMA/SMK di Kabupaten Musirawas dan Kota Lubuklinggau menjadi peserta dalam kegiatan ini. Metode yang digunakan adalah penyampaian informasi, diskusi, dan kerja kelompok (workshop). Pada awal dan akhir kegiatan dilakukan tes dalam bentuk refleksi diri tentang aspek-aspek penilaian autentik dalam pembelajaran BI. Hasilnya adalah terdapat peningkatan kemampuan peserta tentang penilaian autentik dalam pembelajaran BI sebelum dan sesudah kegiatan dengan N-gain 0,56 yang berarti sedang

2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 207-224
Author(s):  
Baiq Emilia Susdiana ◽  
Nurachman Hanafi ◽  
Sudirman Sudirman

 This study reports how attainments in the implementation of the 2013 Curriculum (K-13) in teaching bahasa Indonesia for SMA students. Using a survey method, this study assigned teachers, students, and administrators in SMAN 1 of West Brayat, Central Lombok Regency. The results show that handicaps do exist to teach bahasa Indonesia based on K-13 because: (1) teachers get problems on preparing teaching instructional designs and its attributes such as lesson plan, scientific approach teaching method, audio-visual toolkits, learning resources, and authentic assessment; (2) lack of understanding to perceive K-13 as an ideal curriculum that encourages students more active and self-independent learners; and (3) constraints appear in the implementation of K-13 include limited time, limited facilities and infrastructure, assessment, and activeness of students in the teaching and learning process. 


2020 ◽  
Vol 42 (3) ◽  
pp. 29-42
Author(s):  
Erick Burhaein ◽  
Beltasar Tarigan ◽  
Diajeng Tyas Pinru Phytanza

The purpose of this study was to illuminate the experiences and understandings of adaptive physical education (APE) teachers in their implementation of the newly introduced K-13 curriculum in special needs schools (SLB) in Indonesia. This research is a replication of previous research (Sigid XXABSTRACT Setiawan, 2018) conducted with primary school physical education (PE) teachers. Twenty-six APE teachers aged 28-39 years (X = 34.04, SD = 3.46) who worked with various disabilities in SLB were involved as participants. Data collected were observations, interviews, and documentation working within a phenomenological framework. Results indicated that teachers’ experiences of the K-13 implementation were focused on (1) the acquisition of basic knowledge and competence, (2) the adoption of the scientific approach, (3) the use of authentic assessment, and (4) awareness of the supporting and inhibiting factors. The understandings arising from these experiences were that: (1) the required knowledge of APE SLB teachers could be found within the supporting government publications; (2) the scientific approach placed systematic student problem solving at its core, and; (3) authentic assessment involves a comprehensive focus on the learning and development of skills, attitudes and knowledge. A comparison of these findings with those of the primary teacher study showed that some of the additional understandings revealed by the Adapted PE teachers reflected some of the specific demands and challenges facing teachers in the context of special needs education. This research should serve as a reference for novice teachers in emphasizing that good K-13 curriculum learning at all levels must involve preparation for its implementation and its assessment. Recommendations for the value of ongoing research of this nature with a broader cohort of teachers are made.


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 40-48
Author(s):  
Hidayatus Syarifah

Abstract (English) Variations of learning supervision models can improve the quality of education. This research aims to describe the supervision models developed in SD Madina Islamic School. The research used qualitative descriptive-naturalistic approach. Through triangulation of data collection and processing techniques, the findings of research that SD Madina Islamic School combined models of supervision of learning, secretive and spontaneous principles, and has the benefit for habits teachers in learning. Through the mix of curriculum namely DIKNAS, Al-Azhar Cairo, and Cambridge, variations of learning supervision are applied using special assessment criteria, to produce an optimal, directed, and authentic assessment and guidance.   Abstrak (Bahasa Indonesia) Supervisi pembelajaran yang variatif dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model supervisi yang dikembangkan oleh SD Madina Islamic School. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-naturalistik. Melalui triangulasi teknik pengumpulan dan pengolahan data, didapatkan temuan penelitian bahwa SD Madina Islamic School memadukan model supervisi pembelajaran secara variatif, berprinsip rahasia dan spontanitas, serta bermanfaat habitualiasasi guru dalam pembelajaran. Melalui perpaduan kurikulumnya yakni DIKNAS, Al-Azhar Cairo, dan Cambridge, maka variasi supervisi pembelajaran diterapkan dengan berbagai kriteria penilaian khusus, guna menghasilkan penilaian dan bimbingan yang optimal, terarah, dan otentik.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Muhlis Fajar Wicaksana

<p><strong><em>Abstract.</em></strong><strong><em> </em></strong>The authentic assessment system in applying the 2013 curriculum is one of the problems faced by Indonesian language teachers in Sukoharjo. Various problems arise in the hope of this authentic assessment. The purpose of this activity is: 1) fostering the enthusiasm of Indonesian language education teachers to develop their competence in the field of preparing authentic assessment instruments; 2) provide insights into knowledge about developing authentic assessment instruments; 3) introduce and assist teachers in developing authentic assessment instruments. The detailed training is divided into several activities, namely: (1) Presentation on the authentic assessment system and its characteristics; (2) Discussion of various problems in the application of authentic assessment; (3) assisting the teacher in preparing the assessment instrument for Indonesian subjects. After conducting a series of training, participants learned the importance of developing professional competence of teachers through the preparation of authentic assessment instruments. The participants were very enthusiastic about asking questions and discussing after the speakers gave their material. Most participants asked about alternative solutions to the problems faced in applying authentic assessment. It is hoped that from the training on the preparation of this authentic assessment instrument, Indonesian language teachers will no longer experience difficulties in preparing the assessment instruments.</p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong><strong>.</strong><strong> </strong>Sistem penilaian autentik pada penerapan kurikulum 2013 menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh guru bahasa Indonesia di Sukoharjo. Berbagai permasalahan muncul pada penarapan penilaian autentik ini. Tujuan kegiatan ini adalah 1) menumbuhkan semangat guru pendidikan bahasa Indonesia untuk mengembangkan kompetensinya dalam bidang penyusunan instrumen penilaian autentik; 2) memberikan wawasan pengetahuan tentang pengembangan instrumen penilaian autentik; 3) mengenalkan dan membantu guru dalam menyusun instrumen penilaian autentik. Pelaksanaan pelatihan secara terperinci dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu: (1) Presentasi tentang sistem penilaian autentik dan karakteristiknya; (2) Diskusi tentang berbagai permasalahan-permasalahan pada penerapan penilaian autentik; (3) mendampingi guru dalam menyusun instrumen penilaian mata pelajaran bahasa Indonesia.<strong><em> </em></strong>Setelah melakukan serangkaian pelatihan, peserta mengetahui arti penting pengembangan kompetensi profesional guru melalui penyusunan instrumen penilaian autentik. Para peserta sangat antusias bertanya dan berdiskusi setelah pemateri menyampaikan materinya. Sebagian besar peserta bertanya tentang solusi alternatif dalam permasalahan yang dihadapai pada penerapan penilaian autentik. Diharapkan dari pelatihan penyusunan instrumen penilaian autentik ini, guru bahasa Indonesia tida lagi mengalami kesulitan dalam menyusun instrumen penilaian.</p>


Author(s):  
Lusiana - ◽  
Berman Hutahaean
Keyword(s):  
K 13 ◽  

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Sesuai Kurikulum 2013 di SMP St. Thomas 3 Medan. Permasalahan kesulitan belajar dalam kurikulum 2013 (K-13) tersebut dideskripsikan berdasarkan dua aspek yang meliputi faktor kesulitan belajar dilihat dari inteligensi dan faktor kesulitan belajar dilihat dari non-inteligensi siswa dalam  pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian survei. Populasi dari penelitian ini adalah guru, siswa, orang tua dan peneliti, di SMP St. Thomas 3 Medan yang menerapkan K-13. Data diperoleh melalui angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data hasil angket, wawancara, observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif  kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP St. Thomas 3 Medan menerapkan K-13 dengan sangat baik. Namun siswa yang belum siap  atau tidak mampu untuk menerima kurikulum 2013. Pada aspek pelaksanaan pembelajaran, guru sudah menerapkan beberapa model pembelajaran yang dianjurkan untuk implementasi K-13. Hasil penelitian menunjukkan kesulitan belajar Bahasa Indonesia yang dialami oleh peserta didik di antaranya: kurang lancar membaca, tulisan yang sulit dibaca, keterlambatan dalam pemahaman, malas belajar, serta kurang antusias peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu guru juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kesulitan belajar peserta didik yaitu: cara mengajar guru yang kurang efektif, serta kurangnya motivasi dari keluarga dan orang tua. Melihat dari banyaknya kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik maka sangat diharapkan kepada guru agar lebih dini mendeteksi jenis kesulitan belajar khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat dilakukan pencegahan atau pemberian solusi sedini mungkin


Diksi ◽  
2015 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Bambang Yulianto

Those putting KBK/KTSP (short for Kurikulum Berdasar Kompetensi/Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan or the Competency-Based Curriculum/theCurriculum at the Level of Educational Unit) of Bahasa Indonesia into practicestill encounter an abundance of problems in the field. The problems involve itsimplementation in relation to the teachers, the students, and the supportingfacilities. The implementation has indicated (a) the teachers' lack of understandingof the curriculum of Bahasa Indonesia in both the addition of basic competenciesand the concepts of learning concerning linguistic aspects; (b) the teachers'apathetic attitude towards the curriculum because of their desire for uniformityand the increasingly heavier load of their duties; and (c) the teachers' lack ofknowledge of efforts for maximum development of the curriculum such aspracticing authentic assessment, selecting suitable lesson books, and runningremedial and enrichment programs. As an impact of the implementation on thestudents, a sufficiently large number of students feel burdened with KBK becausethey already have many assignments in both their regular and remedial classes. Asan impact of the implementation on the support facilities, it has brought to lightthat regional schools lack the facilities that could meet the demands of thecurriculum.Keywords: KBK/KTSP, teachers' attitude, impacts, problemsA. PENDAHULUAN mendorong pemikiran diperlukannya otonomiSalah satu implikasi diberlakukannya pendidikan.otonomi daerah adalah otonomi pendidikan. Di Dalam otonomi pendidikan terbukasamping karena adanya fakta hasil pendidikan peluang untuk menciptakan pendidikan diyang tidak merata di setiap daerah, seringkali daerah menjadi lebih berkualitas karena pejabatkebutuhan dan permasalahan pendidikan daerah memiliki wewenang yang luas untukdaerah yang berbeda-beda selalu diatasi dengan melakukan antisipasi dalam rangka meningkatcarayang sama, seragam. Apalagi, kebijakan kan kualitas pendidikan di daerahnyapusat seringkali tidak sesuai dengan kondisi di (Mudjiharto, 2000; Suyanto, 2001). Kegiatanlapangan selain juga datangnya sering terlalu rekrutmen untuk kepala sekolah, guru, danterlambat sampai di tingkat bawah (daerah). siswa; pembinaan profesionalisme guru;Dalam hal yang demikian potensi akademis penentuan sistem evaluasi; dan sebagainyayang ada di daerah tidak bisa dimanfaatkan ditentukan oleh daerah (pemerintah provinsi,secara maksimal (Suryadi, 2001). Akibatnya, sekolah, dan masyarakat) (lihat Stinnett, 1968;kondisi tersebut tidak mampu memacu Dorros, 1978). Dengan demikian, kualitaspersaingan yang sehat untuk meningkatkan hasilnya sangat ditentukan oleh kemampuankualitas pendidikan, kecuali untuk memenuhi dan kemauan daerah (Kompas, 2001).target kebijakan. Kenyataan inilah yang ikut26


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
I Md. Aditya Dharma
Keyword(s):  
K 13 ◽  

Penelitian ini bertujuan: 1) mengembangkan buku cerita anak berdasarkan muatan sikap dan muatan pembelajaran pada subtema Manusia dan Lingkungan kurikulum 2013, dengan menginsersi budaya lokal Bali yang relevan; serta 2) untuk mengetahui efektivitas buku cerita yang dihasilkan tersebut sebagai pendamping buku pelajaran K-13 dalam pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan prototipe tersebut melalui tiga tahapan yaitu Development, Implementatian, dan Evaluation. Subjek pada penelitian ini adalah 2 orang ahli, 2 orang guru kelas V dan 26 orang siswa kelas V Sekolah Dasar. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner untuk minat baca dan sikap. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) buku cerita berjudul “Pesona Pantaiku Pantai Lovina” memuat sikap spiritual, sikap sosial, dan muatan pembelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan SBdP serta terdapat budaya lokal yang mendukung seperti kewajiban bersembahyang Mebanten Canang, mengucapkan salam Om Swastyastu, permainan tradisional Mecongklak dan bernyanyi Made Cenik. Berdasarkan hasil penilaian para ahli, diperoleh kualitas dan kesesuaian buku cerita “Pesona Pantaiku Pantai Lovina” tergolong sangat baik. (2) Melalui uji coba, diperoleh efektivitas penggunaan buku cerita “Pesona Pantaiku Pantai Lovina” terhadap sikap siswa sebesar 8,13 tergolong sangat efektif; terhadap minat baca siswa sebesar 5,33 tergolong sangat efektif; dan terhadap hasil belajar siswa sebesar 2,69 tergolong sangat efektif.Kata kunci: budaya lokal Bali, buku cerita, sikap, minat baca


2020 ◽  
Vol 8 (5) ◽  
pp. 342
Author(s):  
Rama Kurnia Wahyuni ◽  
Atmazaki Atmazaki

ABSTRACT The purpose of this research are three (1) types of authentic assessment used by teachers in Indonesian language subjects in SMA Negeri 1 Painan, (2)  conformity assessment between teacher done authentic language subjects Indonesia in SMA Negeri 1 Painan and theory on the curriculum of 2013, and  (3) the obstacles faced by Indonesian language teachers in SMA Negeri 1 Painan. This research type is qualitative research using descriptive method. Data collection techniques were conducted by observation, interview, and documentation study. Based on research findings and research results can be concluded the following three things. (1) Overall type of authentic assessment has been used by Indonesian teachers in SMA Negeri 1 Painan. (2) Overall the appropriateness between authentic assessment of Indonesian language teachers in SMA Negeri 1 Painan and the theory that existed in the Curriculum 2013 is good. Pthere is a component of the understanding of the process and the assessment of learning based on data obtained in the study is categorized well. Indonesian language teacher SMA Negeri 1 Painan already understand the process and assessment of learning well. In the component of the implementation of the assessment of learning based on the data obtained in the study categorized quite well. Indonesian language teacher SMA Negeri 1 Painan has conducted a fairly good learning appraisal. Kata kunci: Implementasi Penilaian Otentik, Bahasa Indonesia


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 188
Author(s):  
Tesha Marlina ◽  
Atmazaki Atmazaki

ABSTRACT The purpose of this study is to describe (1) planning of learning Indonesian language in the implementation of 2013 Curriculum in SMA Negeri 7 Padang (2) implementing Indonesian learning in implementing 2013 Curriculum in SMA 7 Padang, and (3) evaluating Indonesian learning in implementing 2013 Curriculum at Padang 7 High School. This type of research is a qualitative research with descriptive methods. This research was carried out in Padang 7 High School. The data in this study are the results of data collection by utilizing guidelines for observation, interviews, and documentation about planning, implementing, and evaluating learning conducted by Indonesian language teachers in SMA Negeri 7 Padang obtained from data sources. The techniques used in the research are observation, interviews, and documentation studies. Techniques used to analyze data are data identification, data presentation, and drawing conclusions.Based on the research findings and research results, the following three things can be concluded. (1) Learning planning in the form of RPP made by Indonesian language teachers in SMA Negeri 7 Padang is mostly in accordance with the principles of RPP preparation contained in Permendikbud Number 22 of 2016 concerning the Process of Primary and Secondary Education. (2) The implementation of Indonesian language learning in SMA Negeri 7 Padang has been carried out with a scientific approach. (3) Assessment in Indonesian language learning at SMA Negeri 7 Padang is carried out with authentic assessment, which includes an assessment of the process and an assessment of results. Teacher 1 and teacher 2 of Indonesian subjects have carried out attitude aspect assessments by observation and journals, knowledge assessment by written tests and assignments and skills assessment by practice / performance, project and product assessments. Kata Kunci: Implementasi, Kurikulum 2013, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Jurnal SOLMA ◽  
2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 289
Author(s):  
Siti Rochmiyati ◽  
Mukhlish Mukhlish

Pelaksanaan Kurikulum 2013 atau K-13 ternyata tidak begitu mulus. Selain pelaksanaan yang silih berganti dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga berbagai perubahan pada rumusan Kompetensi Dasar K-13. Bahkan, pada tahun 2017 di satuan pendidikan DIY berlaku berbagai kurikulum. Ada yang masih memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ada yang sudah menggunakan K-13, dan ada pula yang campuran. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada K-13 berbasis genre/teks. Selain itu, guru-guru harus menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan mengembangkan karakter. Tuntutan tersebut harus tercermin dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini menuntut guru untuk selalu mengikuti perkembangan K-13. Kegiatan pengabdian ini berupa Workshop Pengembangan RPP dengan Model Cooperative Learning Berdasarkan Kurikulum 2013” bgi guru-guru Bahasa Indonesia SMP se-Kabupaten Sleman. Kegiatan dilaksanakan di SMP Negeri I Ngemplak yang diikuti oleh 42 guru-guru dari berbagai SMP/MTs dan dihadiri pula Pengawas Dikpora  Kabupaten Sleman. Kegiatan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu workshop dan pendampingan secara online yang diakhiri dengan pengumpulan hasil kegiatan. Metode yang digunakan adalah metode diskusi, tanya jawab, dan simulasi tentang komponen-komponen RPP dan penerapan model. Hasilnya para guru dapat mengembangkan komponen-komponen RPP Bahasa Indonesia berbasis genre  sesuai dengan K-13 serta  model Cooperative Learning yang inovatif. Namun, pengembangan karakter dalam fokus sikap belum semuanya mencantumkannya secara eksplisit dalam RPP. Rekomendasi dari kegiatan ini adalah agar kegiatan berlanjut secara kontinyu sehingga dinamika perkembangan kurikulum bisa selalu diikuti dan ada kesesuaian antara ilmu yang dikembangkan Perguruan Tinggi dengan kebutuhan masyarakat dan sebaliknya.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document