Journal of Agriculture, Resource and Environmental Economics
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

25
(FIVE YEARS 0)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Institut Pertanian Bogor

2684-8457, 2088-9364

Author(s):  
Rizki Praba Nugraha

Kebakaran areal lahan gambut yang terjadi di Provinsi Riau dipicu oleh tindakan yang disengaja. Pembakaran lahan adalah cara yang mudah dan murah yang dilakukan masyarakat untuk mempersiapkan lahan yang akan dimanfaatkan. Penelitian ini ingin melihat dampak ekonomi akibat kebakaran pada areal lahan gambut dari sisi masyarakat, sebab masyarakat terkena dampak dan memiliki potensi sebagai pelaku pembakaran. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Pusako, dan Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengestimasi dampak ekonomi masyarakat akibat kebakaran lahan gambut; (2) Menganalisis faktor pendorong masyarakat melakukan kegiatan land clearing dengan cara membakar. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Cost of Illness, Loss of Earnings, Preventive Expenditure, dan Analisis Deskriptif. Total kerugian ekonomi akibat kebakaran pada areal lahan gambut Tahun 2015 yang dialami oleh kepala keluarga di Kecamatan Dayun sebesar Rp. 31.393.786.212,00 atau sebesar Rp. 4.607.924,00/KK dengan jumlah kepala keluarga 6.813 KK dan luas lahan yang terbakar 742,5 ha. Total kerugian ekonomi di Kecamatan Pusako sebesar Rp. 4.330.577.040,00 atau sebesar Rp. 2.392.584,00/KK dengan jumlah kepala keluarga 1.810 KK dan luas lahan yang terbakar 199,5 ha. Faktor pendorong masyarakat melakukan kegiatan pembukaan lahan dengan cara membakar adalah faktor ekonomi dan social. Faktor ekonomi yaitu biaya pembukaan lahan yang murah, dan waktu pembukaan lahan yang cepat, sedangkan faktor sosial yaitu jenis pekerjaan masyarakat yang didominasi pada sektor perkebunan kelapa sawit, dan pengaruh dari konflik antar aktor, baik sesama masyarakat, masyarakat dengan perusahaan, maupun masyarakat dengan penegak hukum.Kata kunci: kebakaran lahan gambut, dampak kebakaran lahan gambut, faktor pemicu kebakaran, kerugian ekonomi


Author(s):  
Hastuti .

Industri tepung terigu berperan dalam pengembangan industri lokal, penyerapan lapangan kerja dan menciptakan penerimaan pajak bagi pemerintah, namun industri ini menguras devisa karena bahan bakunya secara keseluruhan diperoleh dari impor. Untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu di domestik selain mengimpor gandum, Indonesia juga mengimpor tepung terigu. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan tepung terigu di Indonesia; (2) Mengevaluasi kebijakan ekonomi terhadap penawaran dan permintaan tepung terigu di Indonesia; (3) Menganalisis dampak kebijakan ekonomi komoditas tepung terigu terhadap penawaran dan permintaan tepung terigu di Indonesia. Model ekonometrika dalam penelitian ini merupakan sistem persamaan simultan yang terdiri dari 8 yang terdiri dari 7 persamaan struktural dan 1 persamaan identitas. Metode estimasi model yang digunakan adalah 2SLS. Dalam penelitian ini terdapat 5 simulasi kebijakan ekonomi tepung terigu yang dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan yang meningkatan surplus produsen tepung terigu yaitu kebijakan penetapan tarif impor tepung terigu Indonesia sebesar 5 persen dan kebijakan peningkatan harga tepung terigu sebesar 10 persen. Terkait dengan pengeluaran devisa, kebijakan yang menyebabkan penurunan pengeluaran devisa adalah penetapan tarif impor tepung terigu Indonesia sebesar 5 persen, peningkatan harga tepung terigu sebesar 10 persen dan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar 10 persen


Author(s):  
Asti Istiqomah ◽  
Nindyantoro Nindyantoro ◽  
Novindra Novindra
Keyword(s):  

Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian merupakan ancaman nyata terhadap ketahanan pangan terutama bagi daerah penghasil pangan di Jawa Barat. Konversi lahan terjadi pada umumnya disebabkan land rent sektor pertanian rendah secara relatif dibanding dengan sektor lain seperti industri maupun perumahan. Pemerintah telah mengupayakan pencegahan konversi lahan pertanian melalui undang-undang lahan pertanian berkelanjutan. Kasus sistem pertanian padi organik yang diterapkan di Kabupaten Tasikmalaya merupakan praktek terbaik (best practices) bagaimana upaya pemerintah daerah meningkatkan land rent sektor pertanian melalui introduksi teknologi tesebut. Tingkat penerapan sistem pertanian organik di Tasikmalaya pada tahun 2012 sebesar 21% dari total luas lahan sawah yang tersedia yaitu 49.500 hektar. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh besarnya land rent padi organik per satu musim tanam per hektar adalah Rp 15.348.317 atau Rp 46.044.951 per tahun. Nilai Rasio Sumberdaya Domestik (DRC), menunjukkan bahwa usahatani padi organik yang dilakukan oleh petani telah efisien dan mempunyai keunggulan komparatif serta mampu bertahan tanpa bantuan atau intervensi pemerintah.


Author(s):  
Andi Fatinaware, Akhmad Fauzi, Setia Hadi
Keyword(s):  

Kawasan Karst Maros Pangkep dikenal dengan KKMP adalah ekosistem karst yang unik di Sulawesi Selatan. Bagian dari pegunungan Bulusaraung di Utara Maros dan bagian selatan Pangkep. 40.000 ha dari kawasan karstkaya akan flora dan fauna, yang bernilai ilmiah, sosial, budaya dan ekonomi. Kawasan tersebut berada dibawah tekanan dari persaingan penggunaan kegiatan ekonomi, seperti pertambangan untuk industri semen dan marmer. Tulisan ini mencoba untuk menilai kebijakan pengelolaan yang berkelanjutan bagi kawasan dengan menggunakan analisi multi kriteria OnBalance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan Business as Usual dalam pengelolaan Kawasan Karst Maraos Pangkep tidak akan berkelanjutan dari dimensi Lingkungan, ataupun dimensi ekonomi, dan dimensi sosial budaya. Studi ini menawarkan pengelolaan KKMP dengan pendekatan konservasi dan ekowisata berbasis masyarakat.


Author(s):  
Dion Armadi ◽  
Aceng Hidayat ◽  
Sahat MH Simanjuntak

Pertumbuhan populasi meningkatkan aktivitas ekonomi dan standar hidup yang menyebabkan peningkatan permintaan terhadap sumberdaya air bersih. Air disediakan oleh alam terbentuk melalui siklus hidrologi, sebuah sistem sirkulasi air yang terjadi terus-menerus. Pada proses ini, keberadaan pohon dan hutan memegang peranan yang penting. PDAM Tirta Pakuan sebagai satu-satunya penyedia air di Kota Bogor memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga kondisi hulu dan hilir sumberdaya air dalam rangka melindungi masyarakat dari kelangkaan air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan air di Kota Bogor dan mengestimasi persepsi pelanggan mengenai nilai dari air dengan menggunakan WTP (kemauan membayar), berdasarkan hasil penelitian ini, peran hutan sebagai daerah resapan air sangat penting karena kemampuan hutan dalam mengatur keseimbangan air, hasil WTP menunjukan berapa maksimum harga air yang boleh dan mampu untuk dibayar oleh pelanggan PDAM, dalam rangka melindungi Kota Bogor dari kelangkaan air.


Author(s):  
Ayu Fitriana, Bonar M. Sinaga, Hastuti

Shallot is the main priority commodity in the development of lowland vegetable in Indonesia. Demand for shallot increases every year but domestic shallot production is unable to meet the demand. Therefore, import of shallot is needed to cover the gap. On the other hand, the import policy also has changed by government in accordance with the policy objectives. The research objectives are (1) to identify the factors that influence the production, demand, import, and price of shallot; (2) to analyze the impact of import tariff, import quota, and the external factor on supply, demand, and price of shallot; and (3) to analyze the impact of import tariff, import quota, and the external factor on shallot producers and consumers welfare in Indonesia. In order to address these objectives, a simultaneous equations model of Indonesian shallot trade was estimated by Two Stage Least Squares (2SLS) method. The shallot production is influenced by the real producer price of shallot, harvested area, and credit interest rates. This research indicates that the increase of shallot import tariff will increase the shallot prices, producers welfare, government revenues and net welfare, but it decrease supply, demand, import, and consumers welfare. To anticipate the decrease of world price of shallot (12 percent) and to increase the shallot producers and net welfare in Indonesia, government of Indonesia is suggested to restrict the shallot import by imposing import tariff (more than nine percent) or decrease import quota.


Author(s):  
Aceng Hidayat, Rizal Bahtiar

Blue swimming crab (blue crab) is one of the fisheries resource commodities that have high economic value, so the opportunities for export to different countries is widely open.Optimization of management and utilization of blue crab is important for sustaining economic benefit.This research aims to (1) analyze bioeconomic resource of blue crab in the waters of Tangerang, Jakarta Bay, Bekasi and Karawang; (2) evaluate the utilization of blue crab resources processed by “mini plant” in Dadap Village Tangerang Regency; (3)feasibility study of blue crab resource utilization based on size. Research locationresource for management wasconducted in the waters of Tangerang, Bay of Jakarta, Bekasi, Karawang and the utilization of blue crab was done in Dadap Village, Tangerang Regency. The research method used is the case study method. Sampling method used was purposive sampling for fishermen, the census for mini plant, and random sampling for small crab processing system. Bioeconomic Gordon-Shaefer, analysis of productivity, and Cost Benefit Analysis (CBA) was used to analyze the data. Bioeconomic analysis results showed that the actual harvest is 1,152 tons/year, it has not exceeded the MEY level andeconomic overfishing has not occurred. Opportunity of increasing effort is possible and process of blue crab with size of above eight centimeters is more profitable and encourage a more stable stock of blue crab, processing of crab with optimum production, and increase efficiency of“mini plant”management  in the long run.Government policies in controlling mesh size of blue crab fishing gear  ≥ 8 cm should be strictly enforced, and processing plants do not accept and produce small crab <8 cm, in order to achieve sustainable blue crab resource management


Author(s):  
Hilda Zulhida, Evi Gravitiani

Research aims to determine impact of climate change as among the factors which affect the income palm sugar Farmers located in Karanggadung Village Petanahan Sub District and Rangkah Village Buayan Subdistrict, Kebumen District.Research include descriptive through surveys use of cluster sampling method. Total of 200 palm sugar Farmers located in Karanggadung Village Petanahan Subdistrict and Rangkah Village Buayan Subdistrict, Kebumen District became sample. Data analysis technique used for hypothesis test are Multiple Linear Regression, agribusiness analysis and descriptive statistics analysis.Results of analysis by use of Multiple Linear Regression showed that the independent variables age, production, business cost and The Man Working (HOK) simultaneously have a significant and positive impact on the income palm sugar Farmers. Results of palm sugar agribusiness analysis can be said sufficient daily for palm sugar Farmers located in Karanggadung Village, Petanahan Subdistrict and Rangkah Village Buayan Subdistrict. Third results analysis which uses the statistics descriptive analysis for climate change mitigation by the Farmers been good enough conducted by watering coconut trees and provides fertilizer during the dry season therefore a lot of sap produced, but still a few Farmers who undertake mitigation. Average of palm sugar Farmers permit the plants during the dry season therefore less sap produced and it affects the income of palm sugar Farmers.


Author(s):  
Novindra Novindra ◽  
Bonar M Sinaga ◽  
Sri Hartoyo ◽  
Bernard B. deRosari ◽  
Hastuti Hastuti ◽  
...  

Program bantuan penanggulangan/pengentasan kemiskinan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan, menggunakan instrumen peningkatan produksi dan daya beli (pengeluaran) untuk meningkatkan kesejahteraan rumahtangga. Tujuan penelitian: (1) mengidentifikasi sumber, jenis, jumlah bantuan penanggulangan/pengentasan kemiskinan yang diterima oleh rumahtangga petani, (2) menganalisis biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani, (3) menganalisis pendapatan dan pengeluaran (indikator kesejahteraan) rumahtangga petani. Penelitian di Kabupaten Timor Tengah Selatan (Desa Kualin dan Nulle) dan Kabupaten Kupang (Desa Ponain dan Tesabela) Provinsi NTT yang ditentukan secara purposive karena merupakan daerah sentra populasi sapi dan rumahtangga penerima skim kredit dan bantuan modal. Sumber kredit yang diterima rumahtangga petani berasal dari bank (umum dan non umum) dan bantuan modal dari pemerintah (pusat dan daerah) dan non pemerintah. Nilai kredit dan bantuan modal yang diterima rumahtangga petani tertinggi di Desa Tesabela namun alokasinya untuk biaya usahatani terendah. Pendapatan usahatani tertinggi di Desa Kualin yang terutama bersumber dari pendapatan usaha ternak (44%), sedangkan total pendapatan rumahtangga petani tertinggi di Desa Ponain terutama bersumber dari pendapatan usaha non pertanian. Total Pengeluaran rumahtangga (kesejahteraan) tertinggi di Desa Tesabela terutama alokasi untuk pengeluaran investasi (49%), sedangkan Desa Kualin total pengeluaran rumahtangga terendah tetapi alokasi untuk pengeluaran konsumsi tertinggi (51%).


Author(s):  
Ahmad Heryawan ◽  
Akhmad Fauzi ◽  
Aceng Hidayat

This research analyzed the economic aspect of natural resource in West Java Province, particularly fishery and agriculture. The objectives of the research are: (1) to analyze the diversity of natural-resource-based sectors (particularly fishery and agriculture) in West Java Province during 2001-2012 period, (2) to identify and explain the instability of the natural-resource-based sectors in the long term, and (3) to analyze the connection pattern between the instability of the two sectors and its input and output variables. This research was analyzed using Data Envelopment Analysis (DEA), Coppock Instability Index (CII), and correlation. The result of this research shows that: (1) during the period of 2001 – 2012, agriculture sector showed performance towards better direction, while fishery sector tends to fluctuate. The performance of agriculture output could be improved by 8.75% from the existing condition, while the performance of fishery production could be improved up to 23%, (2) interaction between instability index and the input and output (labor, NTP and NTN) shows that there are policy dynamics on the input and output in fishery and agriculture sector, (2) in agriculture sector, NTP and production has positive correlation to CII. This means that the higher the NTP and production, the more instable the farmer’s prosperity is. This is contrary to fishery sector, where the increase of NTN and production tend to stabilize the community’s prosperity


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document