Buletin Kebun Raya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

25
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Indonesian Institute Of Sciences

2460-1519, 0125-961x

2021 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 93-103
Author(s):  
I Dewa Putu Darma ◽  
Rajif Iryadi ◽  
Sutomo

Dicksonia blumei (Kunze) T.Moore merupakan salah satu jenis paku pohon yang diprioritaskan untuk dikonservasi sebagaimana yang diamanatkan di dalam CITES appendix II. Salah satu sebaran alaminya adalah Kepulauan Sunda Kecil dimana tercatat ada sepuluh spesimen D. blumei di Bali (Batukaru dan Bedugul). Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai kesesuaian habitat dan arahan lokasi untuk reintroduksi jenis D. blumei di Bukit Tapak, Bedugul, Bali. Permodelan dilakukan dengan metode maksimum entropi (Maxent). Data yang digunakan dalam penelitian adalah topografi, iklim dan tanah dimana tersebar titik D. blumei di Bali. Data tersebut kemudian digabungkan dengan data keberadaan Alsophila latebrosa sebagai salah satu inang tumbuh dari D. blumei di alam. Performa model menunjukkan hasil yang luar biasa dengan nilai training data Area Under the Curve (AUC) sebesar 0,997 dan nilai test data AUC sebesar 0,967. Variabel iklim yang paling dominan adalah b10 (rerata suhu pada quartal terpanas) yaitu 25,8%. Zonasi kesesuaian habitat D. blumei juga cukup luas yaitu ± 15 km2 pada kawasan Bedugul (Kabupaten Tabanan dan Buleleng). Detail titik lokasi untuk arahan reintroduksi/restorasi didapatkan dengan menggunakan interpretasi citra Pleaides melalui proses perhitungan statistik spectral library dari kanopi A. latebrosa. Hasil deteksi dengan pendekatan interpretasi citra Pleiades diperoleh akurasi sebesar 88%. Hasil penggabungan informasi kesesuaian habitat D. blumei dan titik sebaran A. latebrosa menunjukkan 28 titik lokasi di bagian barat daya hingga barat laut Bukit Tapak yang diprediksi sesuai sebagai lokasi reintroduksi D. blumei.


2021 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 85-92
Author(s):  
Emma Sri Kuncari ◽  
Marwan Setiawan

Kentongan dikenal sebagai salah satu alat komunikasi tradisional yang memanfaatkan bambu dan kayu. Sebagian masyarakat Indonesia masih mengenal dan menggunakan kentongan di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi seperti saat ini. Studi etnobotani dilakukan untuk mengkaji lebih mendalam tentang kearifan lokal masyarakat mengenai kentongan. Metode yang digunakan berupa observasi di beberapa wilayah di Indonesia dan wawancara secara acak terpilih. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil kajian diperoleh data keanekaragaman jenis bambu dan kayu kentongan yaitu bambu ori (Bambusa blumeana Schult.f.), bambu petung (Dendrocalamus asper (Schult.) Backer), bambu apus (Gigantochloa apus (Schult.) Kurz), bambu wulung (G. atroviolacea Widjaja), kayu nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.), kayu jati (Tectona grandis L.f.), kayu kelapa (Cocos nucifera L.), kayu mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.), dan kayu sengon (Albizia chinensis (Osbeck) Merr.). Ukuran dan bentuk fisik kentongan bervariasi. Nilai-nilai sosial dan religius kentongan sejalan dengan perkembangan zaman, serta penyelamatan nilai budaya dan konservasi keanekaragaman hayati bahan baku kentongan agar tidak terkikis perubahan zaman. Dengan demikian, masyarakat masih menggunakan kentongan secara lestari untuk mengatur pola hidup kebersamaan dalam masyarakat.


2021 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 66-75
Author(s):  
Sunardi Sunardi ◽  
Muhammad Mansur

Nepenthes bicalcarata Hook.f. merupakan jenis endemik dengan status konservasi rentan (vulnerable) menurut IUCN Red List. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi, asosiasi, dan keterancaman habitat N. bicalcarata di Cagar Alam Mandor, Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis vegetasi, asosiasi jenis tumbuhan menggunakan indeks Ochiai, dan metode unsupervised classification pada citra Landsat 8 untuk mengetahui perubahan penutupan lahan. Penentuan lokasi pengambilan data dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan data vegetasi tumbuhan menggunakan sepuluh plot berukuran 10Í10 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa N. bicalcarata tersebar di delapan dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Populasi N. bicalcarata pada hutan kerangas berjumlah 300 individu/ha dan dan berasosiasi dengan jenis pohon Cratoxylum glaucum, Gymnostoma nobile, Antidesma coriaceum, Ficus variegata, dan Tristaniopsis merguensis. N. bicalcarata juga berasosiasi dengan Nepenthes lainnya, seperti N. ampullaria, N. rafflesiana, N. gracilis, N. mirabilis dan N. hookeriana. Perubahan penutupan lahan yang signifikan mengakibatkan peningkatan luasan areal terbuka dan pertambangan, sehingga mengancam habitat dan populasi N. bicalcarata. Kelimpahan N. bicalcarata di CA Mandor diprediksi akan semakin berkurang dengan adanya ancaman perubahan penutupan lahan tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, jenis ini perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya di alam.


2021 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 76-84
Author(s):  
Revis Asra ◽  
Dyan Andryani ◽  
Ade Adriadi ◽  
Izu Andry Fijridiyanto ◽  
Joko Ridho Witono ◽  
...  

Rotan jernang (Calamus spp.) merupakan salah satu sumber penghasilan yang penting bagi masyarakat Desa Seko Besar dan Taman Bandung yang bermukim di dekat hutan alam di Kabupaten Sarolangun, Jambi. Kulit buah jernang mengandung resin merah yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena bermanfaat sebagai bahan baku obat dan pewarna alami. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi jenis-jenis jernang di daerah tersebut, mengkaji perbedaan dari setiap jenis, mengetahui pemanfaatan, cara pengolahan resin jernang secara tradisional, upaya pelestarian dan mengetahui nilai guna dan nilai budaya. Metode yang digunakan adalah wawancara langsung berdasarkan kriteria tertentu (snowball sampling) terhadap 40 responden, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Nilai guna dihitung dengan menggunakan Use Value (UV) dan nilai nilai budaya dihitung dengan menggunakan Index of Cultural Significance (ICS). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan empat jenis-jenis jernang di Desa Seko Besar dan Taman Bandung yaitu Calamus draco Willd. (jernang rambai), C. micracanthus Griff. (jernang kelamuai), C. maculatus (J.Dransf.) W.J.Baker (jernang bengkarung), dan C. didymophyllus (Becc.) Ridl. (jernang burung). Pemanfaatan jernang secara tradisional oleh masyarakat yaitu sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit dan bahan kerajinan tangan. Upaya pelestarian dan budidaya yang oleh masyarakat yaitu dengan menanam jernang pada kebun karet di sekitar pekarangan rumah dan pemanenan buah yang tidak merusak tanaman induknya. Nilai UV tertinggi terdapat pada jenis C. draco dan C. micracanthus yaitu 1,00 dan terendah C. maculatus yaitu 0,85. Nilai ICS rotan jernang C. draco dan C. micracanthus yaitu 18, sedangkan C. didymophyllus dan C. maculatus yaitu 2,5.


2021 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 57-65
Author(s):  
Marfuah Wardani ◽  
Nur Muhammad Heriyanto
Keyword(s):  

Penelitian autekologi Gonystylus macrophyllus dan G. velutinus telah dilakukan di kelompok hutan Sungai Lipai-Sungai Pelalawan, Riau pada bulan April 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, struktur tegakan, regenerasi, dan asosiasi pohon G. macrophyllus dan G. velutinus di kelompok hutan Sungai Lipai-Sungai Pelalawan, Riau. Pengumpulan data menggunakan plot bujur sangkar ukuran 100 x 100m (1 ha), dibagi menjadi 25 sub plot ukuran 20 x 20m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa G. macrophyllus dan G. velutinus dijumpai pada ketinggian antara 200 – 240 m dpl., di lereng bukit dengan topografi agak curam pada >10%, dan berkelompok. Komposisi vegetasi di sekitar pohon Gonystylus spp. yaitu pelajau (Pentaspadon motleyii Hook.f.) (INP= 21,2%), rambutan hutan (Nephelium lappaceum L.) (INP= 12,66%) dan petatal (Ochanostahys amentacea Mast.) (INP= 11,42%). Jenis yang berasosiasi paling kuat dengan G. macrophyllus dan G. velutinus adalah Pentaspadon motleyii, yang ditunjukkan oleh indeks Ochiai sebesar 0,63; diikuti Gironiera subaequalis Planch. (indeks Ochiai 0,55) dan jenis Trigoniastrum hypoleucum Miq. (indeks Ochiai 0,51). Regenerasi alami G. macrophyllus dan G. velutinus di lokasi penelitian tidak normal dimana tingkat semai tidak dijumpai, tingkat belta/pancang lebih besar dari pohon, dan keberadaan jenis ini sulit dijumpai di hutan.


2021 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
Author(s):  
Sofi Mursidawati ◽  
Adhityo Wicaksono

The controlling mechanisms for the growth and differentiation of Rafflesia from a flower bud into the anthesis stage is currently unknown, particularly if any plant growth regulator (PGR) physiological pathways play some type of roles. In the wild, the number of flower buds available to study are extremely limited. In this study, we grouped six flower buds of Rafflesia patma Blume into three different treatments: two buds injected with auxin (indoleacetic acid, IAA), two buds injected with cytokinin (kinetin), and two buds injected with sterile distilled water as a control. Buds enlarged with both IAA and kinetin treatments compared to the control, but only buds injected with IAA showed a transition stage with the bract revealed (cupule-bract stage from previously cupule stage) within two weeks of five weeks of observation. These results raise further questions whether Rafflesia development is more likely due to auxin exposure when in flower bud as compared to cytokinin. Future studies should include increased sample size for treatments, enhanced PGR administration to allow exposure to the tissue and less tissue damage, injection of other PGRs such as gibberellin (GA) and jasmonic acid (JA), and histological tissue analysis to investigate PGR effects in depth.


2020 ◽  
Vol 23 (3) ◽  
Author(s):  
Heriyanto Nur Muhammad ◽  
Gunawan Hendra
Keyword(s):  

Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca, antara lain melalui pencegahan deforestasi dan penanaman pohon. Penanaman pohon di perkotaan antara lain dilakukan melalui pembangunan hutan kota dan taman keanekaragaman hayati (taman kehati). Taman kehati memiliki fungsi meningkatkan keanekaragaman hayati di perkotaan dan menyerap gas rumah kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis pohon di Taman Kehati Bumi Patra, dan kontribusinya terhadap serapan karbon. Inventarisasi dan pengukuran diameter dan tinggi pohon dilakukan dengan metode sensus. Hasil penelitian mencatat Taman Kehati Bumi Patra memiliki luas 19,30 hektare memiliki tanaman 38 jenis, berjumlah 1.889 pohon atau kerapatan rata-ratanya 98 pohon per hektar. Indeks keanekaragaman jenis (H’) vegetasi di taman kehati ini adalah 3,16, dengan indeks kemerataan jenis (e) 0,90 dan indeks kekayaan jenis ® 5,36. Biomassa dan kandungan karbon di Taman Kehati Bumi Patra sebesar 123,38 ton setara dengan 61,69 ton C. Rata-rata potensi biomassa dan karbon per hektar adalah 6,38 ton/ha atau 3,120 ton C/ha. Potensi biomassa dan kandungan karbon didominasi oleh angsana (Pterocarpus indicus Willd) dan mangga (Mangifera indica L.), masing-masing sebesar 119,44 ton (59,72 ton C) dan 2,62 ton (1,31 ton C).


2020 ◽  
Vol 23 (3) ◽  
Author(s):  
Elizabeth Handini ◽  
Dwi Murti Puspitaningtyas

Dendrobium merupakan marga penting dalam suku Orchidaceae karena banyak digunakan dalam persilangan dan bunga potong. Biji merupakan bahan penting untuk perbanyakan sekaligus berguna untuk memelihara keanekaragaman genetik. Bank biji memainkan peranan penting dalam konservasi anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas biji anggrek Dendrobium macrophyllum, D. discolor, dan D. crumenatum setelah disimpan selama 10 tahun, memprediksi umur simpan biji, dan mengetahui media perkecambahan yang tepat. Metode pengujian viabilitas biji adalah dengan secara langsung dengan mengecambahkan biji anggrek pada 4 media kultur dan menghitung persentase perkecambahan biji. Biji disimpan pada suhu -20 ° C. Media uji: modifikasi Knudson'C (KC), Vacin dan Went Semai (VWS), Hyponex Semai (HS) dan Knudson C ditambah unsur mikro (KCA). Berdasarkan perkiraan masa hidup D. discolor dapat disimpan hingga lebih dari 60 tahun. D. macrophyllum diperkirakan mencapai 20 tahun, sedangkan D. crumenatum kehilangan viabilitasnya setelah disimpan selama 9 tahun. Dalam periode simpan 9 tahun, tingkat persentase perkecambahan biji D. discolor adalah yang tertinggi sekitar 52,17% di antara ketiga species anggrek tersebut. Media KC adalah media yang menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi untuk D. macrophyllum dan D. crumenatum, sedangkan biji D. discolor berkecambah baik pada media HS.


2020 ◽  
Vol 23 (3) ◽  
Author(s):  
Gebby Agnessya Esa Oktavia ◽  
Fitriana Hayyu Arifah ◽  
Nissa Arifa ◽  
Wawan Sujarwo

Momordica charantia merupakan tumbuhan herba merambat, yang dikenal masyarakat Indonesia dengan nama “pare”. Tumbuhan ini secara umum dimanfaatkan masyarakat Bali untuk membuat loloh (minuman herbal tradisional Bali) untuk meredakan panas dalam, mengobati limuh dan diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan M. charantia oleh masyarakat Bali serta aktivitas farmakologinya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan scientific databases, seperti google scholar, science direct, portal scopus, dan springer. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa masyarakat Bali menggunakan M. charantia sebagai obat tradisional pada beberapa kondisi yaitu limuh (pingsan), barah/ beteg (bengkak), nyeri, dan cacar. M. charantia mengandung aktivitas farmakologi, seperti antidiabetes melitus, antikanker, antibakteri, antifertilitas, antivirus, anti-ulcer, antelminitik, dan antimalaria.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document