MEDICA ARTERIANA (Med-Art)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

40
(FIVE YEARS 40)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LPPM Universitas Muhammadiyah Semarang

2657-2389, 2657-2370

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Francisca Romana Sri Supadmi

Latar Belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh Sars-CoV-2 termasuk jenis virus corona, merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan pernapasan akut dengan masa inkubasi rata-rata 5 hingga 14 hari. Pada kasus COVID-19 berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Berbagai upaya telah dilakukan guna mencegah penyebaran infeksi, dengan dikeluarkannya berbagai protokol pencegahan dan penatalaksanaan terhadap pasien terinfeksi salah satunya terkait penggunaan plasma konvalesen sebagai terapi suportif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana prosedur penggunaan plasma konvalesen untuk terapi suportif pasien Covid-19Metode: Jenis dan rancangan penelitian ini adalah literature review. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa artikel atau jurnal dari penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian. Staregi pencarian data menggunakan database Google Scholar dan Pubmed. Seleksi studi dilakukan untuk menentukan artikel yang akan direview. Hasil catatan informasi dari artikel yang ditelaah disusun dalam tabel ektrasi data. Hasil literature review dianalisis dengan menggunakan tema sesuai temuan dari artikel.Hasil: Hasil review, dengan terapi plasma konvalesen bagi pasien Covid-19 terdapat perbaikan tanda dan gejala, peningkatan PAO2/FIO2, perbaikan gambaran radiologi, peningkatan titer antibodi IgM dan IgG, pemulihan kondisi secara umum dan kesembuhan hingga pasien boleh pulang dari rumah sakit.Kesimpulan: Terapi plasma konvalesen efektif memperbaiki dan mengobati Covid-19.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 48
Author(s):  
Rudiansyah Harahap ◽  
Ferlyannisa Ikanandia

Pendahuluan : Sejak Maret 2020, Indonesia mengalami dampak penyebaran penyakit corona. Pemerintah mulai memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat untuk tidak berpergian ke fasilitas kesehatan kecuali jika sangat memerlukannya1,8. Sehingga terjadilah penurunan jumlah pasien yang berobat ke fasilitas kesehatan atau Rumah Sakit kecuali pasien yang diduga “Covid-19”.Metode : Cara penelitian dengan survey melalui kuesioner yang dilakukan pada awal Februari hingga minggu kedua Februari 2021. Kuesioner berisikan : identitas pasien, diagnosa, keluhan berdasarkan derajat nyeri, status pasien, pengaruh covid-19 terhadap keinginan untuk periksa ke bagian orthopaedi, dan metode yang diingikan pasien untuk berobat.Hasil : Dari 100 pasien, terdiri dari 53 laki-laki dan 47 perempuan, 80 pasien fraktur, 8 pasien osteoarthritis, 5 pasien infeksi, 3 pasien sprain/contusion, 1 pasien metabolik, 1 pasien dislokasi, 1 pasien ruptur tendon. Berdasarkan keluhan pasien terdapat 62 pasien dengan gejala ringan, 31 pasien dengan gejala sedang, dan 7 pasien dengan gejala berat, 6 pasien merupakan kasus baru dan 94 pasien merupakan pasien lama. Terdapat 8 pasien yang takut terjangkit bila berobat atau kontrol ke Rumah Sakit/fasilitas kesehatan. Metode yang diinginkan pasien untuk berobat adalah bertemu langsung dengan dokter (100 pasien).Kesimpulan : Pengaruh pandemi covid-19 terhadap keinginan pasien untuk berobat sebesar 8% dan 100% pasien ingin berobat langsung bertemu dokter bukan melalui media lain, menunjukkan bahwa pengaruh pandemi covid-19 untuk menunda pasien untuk berobat adalah kecil


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 40
Author(s):  
Nirma Atin Shintia

AbstrakLatar Belakang: Salah satu masalah serius yang dihadapi dunia yaitu penggunaan obat yang tidak rasional. Penggunaan obat yang tidak tepat ini dapat terjadi dalam praktek swamedikasi. Swamedikasi ini merupakan fenomena yang terjadi secara global baik negara maju maupun di negara berkembang. Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) merupakan program yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015 sebagai salah satu upaya untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada di masyarakat terkait obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran efektivitas GeMa CerMat dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang aspek aspek penggunaan obat yang benar.Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain quasi experimental one-group pretest- posttest cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisis yang digunakan yaitu uji statistik Paired  t-test.Hasil: Hasil analisis Paired t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan peserta saat sebelum dan saat sesudah mengikuti Gema Cermat dengan nilai p: 0,0001 (p < 0.05).Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan Program Gema Cermat efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang obat bagi masyarakat. Kata Kunci:.Gema Cermat, Tingkat Pengetahuan,Penggunaan  Obat Rasional, Swamedikasi


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Fadli Robby Amsriza ◽  
Rizka Fakhriani
Keyword(s):  

ABSTRAK Pendahuluan: Hemoroid merupakan penyakit pada regio anorektal yang umum terjadi dan dapat menyerang segala usia. Hemoroid terjadi akibat adanya pelebaran pembuluh darah pada bagian terbawah rektum dan anus. Hemoroid mempunyai gejala adanya perdarahan serta penonjolan pada anus. Diagnosis dan tatalaksana hemoroid yang tepat sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Laporan kasus ini bertujuan untuk menyajikan kasus tatalaksana hemoroid derajat 1.Laporan kasus: Pasien laki-laki, berusia 35 tahun, datang ke poliklinik bedah dengan keluhan perdarahan dari anussejak 4 bulan yang  lalu  yang  memberat  3 minggu terakhir. Perdarahan dari anus menetes berwarna merah segar terutama setelah  buang  air  besar  yang  keras.  Keluhan tidak  disertai  nyeri.  Pada pemeriksaan  fisik  rectal toucher didapatkan tonus muskulospincter ani dalam batas normal, mukosa licin, ampula tidak kolaps, tidak teraba massa. Pada pemeriksaan  anuskopi  didapatkan  lesi  mukosa  berwarna  kebiruan  pada  arah  jam  2.  Berdasarkan  anamnesis, pemeriksaan fisik, dan anuskopi, pasien didiagnosis dengan hemoroid interna derajat 1. Tatalaksana yang dilakukan adalah metode kombinasi modifikasi ligasi rubber band dan injeksi sklerotik dengan menggunakan Paran Injection Ligation for Ambeien Pack (PILA Pack). Pasien kontrol tujuh hari setelahnya dan pemeriksaan regio anorektal dalam batas normal.Kesimpulan: Diagnosis dan pemilihan terapi yang tepat sangat penting dalam penangan pasien hemoroid. Metode kombinasi ligasi rubber band dan injeksi sklerotik dapat menjadi salah satu pilihan terapi yang cukup efektif dalam tatalaksana hemoroid.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
I Putu Yupindra Pradiptha ◽  
Purnawan Budisetia ◽  
Christy Adi Mukti
Keyword(s):  

ABSTRAK Latar Belakang: Serumen yang menumpuk merupakan alasan utama saluran telinga bisa tersumbat. Permasalahan THT pada siswa usia sekolah dasar harus mendapat perhatian yang serius karena akan mempengaruhi proses pendidikan di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus serumen obsturan yang terdapat pada siswa usia sekolah dasar di Tabanan, Bali.Metode: Penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif cross sectional. Penelitian dilakukan di 12 sekolah dasar di Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari-Desember 2019. Subjek penelitian diambil dari siswa sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling.Hasil: Jumlah sampel siswa laki-laki 760 sampel (55.6%) dan siswa perempuan 606 sampel (44.4%). Usia yang terbanyak adalah 12 tahun (19.6%) sedangkan yang paling sedikit adalah 6 tahun (2.1%). Permasalahan serumen obsturan terdapat pada 499 sampel (36.5%). Letak serumen yang terbanyak adalah bilateral (55.5%).Kesimpulan: Serumen obsturan merupakan permasalahan yang cukup tinggi pada siswa usia sekolah dan dapat mengganggu proses kegiatan belajar mengajar.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 14
Author(s):  
Michael Aaron Romulo ◽  
Wulandari Berliani Putri

ABSTRAK Pendahuluan: Lelaki Suka Lelaki (LSL) dan transgender merupakan sebagian dari kelompok yang beresiko tinggi mendapatkan HIV/AIDS. Meningkatnya morbiditas dan mortalitas kasus HIV/AIDS di Indonesia harus diimbangi dengan upaya pencegahan dan pengenalan dini faktor yang berkontribusi. Pengenalan kepribadian dan status kesehatan mental kelompok resiko tinggi sedini mungkin dapat mencegah timbulnya perjalanan penyakit atau gangguan yang lebih serius seperti depresi dan bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe kepribadian dan status kesehatan mental pada kelompok risiko tinggi HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan kuesioner Woodworth-Eysenck Inventory sebagai alat pengambilan data. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 dengan teknik purposive sampling pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) komunitas resiko tinggi HIV/AIDS yang bekerjasama dengan Puskesmas Ngemplak I dalam program Voluntary Counselling and Testing (VCT).Hasil: Data yang didapatkan dari 20 responden menunjukkan bahwa 18 responden merupakan LSL dan 2 responden merupakan transgender dari lelaki menjadi perempuan. Data dari tes woodworth didapatkan 25% dari responden cenderung obsessive compulsive, 50% memiliki kecenderungan schizoid, 35% cenderung paranoid, 55% cenderung depresi, 35% cenderung impulsif, 55% cenderung memiliki ketidakstabilan emosi, dan 25% cenderung antisosial. Data dari tes eysenck menunjukkan bahwa 40% dari responden memiliki kecenderungan neurotik atau gangguan kecemasan dan 65% cenderung memiliki kepribadian introvert.Kesimpulan: Mayoritas tipe kepribadian dari komunitas LSL dan transgender adalah kepribadian introvert dan linier dengan kecenderungan depresi. Pengenalan tipe kepribadian dan status kesehatan mental sedini mungkin dapat bermanfaat untuk mencegah adanya perilaku yang beresiko tinggi terhadap suatu penyakit bahkan dapat mencegah terjadinya depresi berat hingga percobaan bunuh diri.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 28
Author(s):  
Merry Tiyas Anggraini ◽  
Aisyah Lahdji ◽  
Nina Anggraeni Noviasari ◽  
Nabila Min Amrina Rosyada
Keyword(s):  

ABSTRAK Pendahuluan: Program GERMAS yang digalakkan pemerintah meliputi kegiatan melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Permasalahan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II adalah tingginya jumlah lansia dan belum ada laporan tentang pelaksanaan program GERMAS pada lansia dengan baik. Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan masalah kesehatan jika tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan gambaran implementasi program GERMAS pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II.Metode: Penelitian ini dilakukan di Desa Sidomukti wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II pada bulan Januari-Februari tahun 2021 menggunakan desain penelitian observasional yang dianalisis secara deskriptif. Populasi adalah lansia di Desa Sidomukti di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II dengan besar sampel 43 orang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah lansia berumur ≥ 60 tahun yang sehat dan kooperatif, serta bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusinya adalah lansia yang mengisi kuesioner tidak lengkap. Hasil: Mayoritas responden sebesar 51,2% sudah cukup baik dalam melakukan aktifitas fisik, 79,1% sudah baik dalam mengonsumsi sayur dan buah, 55,8 %  sudah cukup baik dalam kegiatan memeriksakan kesehatan rutin. 86% tidak merokok, 95,3% tidak mengonsumsi alkohol, 100% telah rutin membersihkan lingkungan, dan 97,7% sudah menggunakan jamban,Kesimpulan: Implementasi Program GERMAS pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Margoyoso II sudah berjalan dengan baik.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 34
Author(s):  
Nurtika Afi Wijayanti ◽  
Kanti Ratnaningrum ◽  
Ika Dyah Kurniati

ABSTRAK Pendahuluan: Prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides menempati urutan tertinggi dibandingkan dengan infeksi Soil-transmitted Helminths (STH) lain. Hygiene dan sanitasi yang kurang baik menjadi faktor penyebab terjadinya infeksi cacing termasuk askariasis. Tanah, debu, air, sayuran, tangan, dan kuku jari dapat berkontribusi sebagai media transmisi telur cacing. Pengrajin batu bata merupakan salah satu pekerjaan yang berhubungan erat dengan tanah dan air dimana sebagian proses pembuatannya dilakukan secara manual menggunakan tangan. Beberapa metode digunakan untuk identifikasi telur Ascaris lumbricoides dan beberapa studi menyatakan adanya temuan telur cacing pada kelompok pekerja yang kontak erat dengan tanah maupun air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan tempat kerja dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata.Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Besar sampel dihitung dengan rumus Lemeshow dengan teknik purposive sampling. Sampel merupakan pengrajin batu bata yang berlokasi di Desa Sengonbugel, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan kuku menggunakan metode sedimentasi. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebanyak 40 subyek penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki personal hygiene baik (82.5%) dan sanitasi lingkungan tempat kerja baik (62.5%). Terdapat hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata (p=0.002; PR=2,5) sedangkan sanitasi lingkungan tempat kerja tidak bermakna (p = 0,545).Kesimpulan: Personal hygiene berhubungan dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides. Prevalensi keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata meningkat 2,5 kali lebih tinggi pada personal hygiene yang buruk.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Nur Prasetyo Nugroho

 Abstrak                                            Latar belakang: Unit Dose Dispensing (UDD) adalah metode pelayanan farmasi dimana sediaan obat oral dan injeksi pada pasien diberikan dalam bentuk dosis tunggal. Kelebihan dari metode UDD adalah terdapat profil pengecekan obat untuk pasien sehingga insiden medication error tahap dispensing dapat dihindarkan atau dikoreksi terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan dispensing error di ruangan dengan sistem UDD dan non UDD di RSM Ahmad Dahlan Kediri.Metode: Penelitian ini bersifat observasi analitik studi komparasi dengan desain cross-sectional pada unit rawat inap dengan sistem UDD dan Non UDD di RSM Ahmad Dahlan Kediri selama periode 15-17 November 2018.Hasil: Didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 336 sampel dengan distribusi 147 (43,2%) sampel dari ruang Non UDD dan 189 (56,8%) sampel dari ruangan UDD. Terjadi dispensing error pada 58 sampel yaitu sebanyak 39 (67%) sampel di ruang Non UDD dan 19 (33%) sampel di ruang UDD. Dispensing error meliputi pemberian etiket yang tidak lengkap sebanyak 40 (69%) kejadian, adanya pemberian obat di luar instruksi sebanyak 15 (24%) kejadian, dan omission atau obat yang kurang sebanyak 4 (7%) kejadian. Pada uji chi-square didapatkan p-value 0,009 (<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna pada kejadian dispensing error di ruangan dengan sistem UDD dan Non UDD.Kesimpulan: Medication error pada fase dispensing di unit rawat inap dengan sistem UDD lebih rendah dibandingkan dengan unit rawat inap dengan sistem Non UDD.Kata kunci: Dispensing error, Unit Dose Dispensing (UDD), FarmasiAbstractBackground: Unit Dose Dispensing (UDD) is a pharmaceutical service method wherein oral and injection preparations in patients are given in the form of a single dose. The advantage of the UDD method is that there is a profile of drug checking for patients so that the incidence of medication errors in the dispensing phase can be avoided or corrected first. This study was aimed to determine the comparison of dispensing errors in the ward with the UDD and non UDD systems at Ahmad Dahlan Kediri Hospital.Method: This research is analytical observation comparative study with cross-sectional design in the ward with a system of UDD and Non UDD in Ahmad Dahlan Muhammadiyah Hospital Kediri for the period November 15-17th 2018.Result: There were 336 total samples with 147 (43.2%) distribution from Non-UDD ward and 189 (56.8%) from UDD ward. There were 58 dispensing errors namely 39 (67%) samples in the Non-UDD ward and 19 (33%) samples in the UDD ward. Dispensing errors include the administration of incomplete etiquette of 40 (69%) samples, the presence of drugs outside the instructions of 15 (24%) samples, and omission or less of drugs of 4 (7%) samples. In the chi-square test the p-value is 0.009 (<0.05) which means that there were significant differences in dispensing error in the UDD and Non-UDD ward.Conclusion: Dispensing error in the ward with UDD system is lower compared to the ward with Non-UDD system.Key words: Dispensing error, Unit Dose Dispensing (UDD), Pharmacy


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Hafizha Firdaus Al-Fuady ◽  
Bambang Purwanto ◽  
Soebagijo Adi Soelistijo

AbstrakLatar Belakang: Diabetes melitus tipe 2 menjadi penyebab kematian nomer 3 di Indonesia. Kelebihan berat badan atau lingkar pinggang diatas normal dan kadar HDL-c rendah merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2. Faktor risiko tersebut dapat diatasi salah satunya dengan olahraga. Senam PERSADIA 1 dirancang khusus untuk pencegahan diabetes. Namun, efek dari senam ini dalam menurunkan lingkar pinggang dan meningkatkan rasio HDL-c LDL-c belum pernah diteliti.Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimen lapangan. Pengaruh Senam PERSADIA 1 terhadap lingkar pinggang dan rasio HDL-c LDL-c dianalisis dengan uji statistik deskriptif, uji normalitas saphiro wilk-test, uji beda berpasangan paired t-test / Wilcoxon-test.Hasil: Penelitian ini melibatkan 12 ibu-ibu PKK Lidah Wetan Gang V RW 2 Surabaya. Dari hasil analisis, terdapat penurunan rerata lingkar pinggang dan bermakna namun sedikit (p= 0,032), tidak ada peningkatan kadar HDL-c yang bermakna (p= 0,301), terdapat penurunan rerata LDL-c namun belum bermakna (p= 0,755), terdapat peningkatan rerata rasio HDL-c LDL-c namun belum bermakna (p= 0,303).Kesimpulan: Senam PERSADIA 1 dapat menurunkan lingkar pinggang namun sedikit dan belum dapat meningkatkan rasio HDL-c/LDL-c pada wanita secara bermakna menurut statistika. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menambah waktu pelaksaan senam dan mengontrol energy intake subjek penelitian. Kata Kunci:. Diabetes melitus, Senam PERSADIA 1, lingkar pinggang, rasio HDL-c LDL-c, wanita AbstractBackground: Type 2 diabetes mellitus is the third causes of death in Indonesia. Overweight or waist circumference above normal and low HDL-c levels are risk factors for type 2 diabetes mellitus. One of the risk factors can be resolve with exercise. First series PERSADIA exercise is specifically designed for the prevention of diabetes. Howefer, the effect of this exercise in reducing waist circumference and increase ratio HDL-c LDL-c had never been proven.Method: The design of this study was a field experiment. The effect of first series PERSADIA exercise on waist circumference and HDL-c LDL-c ratio was analyzed by descriptive statistical test, saphiro wilk-test for normality test, paired t-test / Wilcoxon-test for different paired test.Result: This study involved 12 Women lived in Lidah Wetan Gang V RW 2 Surabaya. From the analysis, there was a decrease in mean waist circumference and significant but slightly (p = 0.032), there was no significant increase in HDL-c levels (p = 0.301), there was a decrease in LDL-c mean but it was not significant (p = 0.755), there was an increase in the mean HDL-c LDL-c ratio but it was not significant (p = 0.303).Conclusion: First series PERSADIA exercise has been able to reduce waist circumference but slightly and not able to increase HDL-c / LDL-c ratio significantly in women according to statistics. Further research is needed by increasing the exercise time and controlling the energy intake of subjects. Keywords: diabetes mellitus, first series PERSADIA exercise, waist circumference, HDL-c LDL-c ratio, women 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document