Melo: Jurnal Studi Agama-agama
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

10
(FIVE YEARS 10)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja

2798-2254, 2798-2017

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 138-150
Author(s):  
Admadi Balloara Dase
Keyword(s):  

Tulisan ini mencoba menelusuri konsep yang digagas oleh para ahli Industri parawisata, dengan menggunakan metode analisis wacana. Konsep dari Jean Baudrillard digunakan untuk membedah konstruksi para ahli parawisata halal yang melekatkan tanda “halal” pada produk dari industri parawisata halal, kenyataan itu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari para turis, karena menurut GMTI (Global Muslim Travel Index) diperkirakan pada tahun 2020 akan membludak di angka 220 juta wisatawan muslim di dunia, maka dibutuhkan sebuah produk/jasa untuk memfasilitasi wisatawan muslim di Indonesia. Bahkan konsep yang dibangun adalah simulasi, karena referensi wisata halal malah tidak ada dalam islam, yang ada adalah wisata religi. Akibatnya, konsep yang dibangun untuk kebutuhan kapitalistik memiliki dimensi oposisi biner di dalamnya, karena menggunakan konsep halal yang oposisinya adalah haram. Kenyataan-kenyataan itu dapat membuka pintu fundamentalisme agama di dalam masyarakat Indonesia yang memiliki kebudayaan yang sangat beragam.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 122-137
Author(s):  
Naomi Sampe ◽  
Novita Toding ◽  
Hasrath Dewi Ranteallo

The aim of this research is to explain and describe the relationship between reformed theology and the reform of European Christians' views on the nature of the church in life as followers of Jesus. The aim of this research is to explain and describe the relationship between reformed theology and the reform of European Christians' views on the nature of the church in life as followers of Jesus. The research method used is qualitative with data collection techniques, literature studies and data analysis is descriptive qualitative. The results showed that Luther's theology of vocations in all areas of life and Calvin's theology of predestination, sanctification, and justification became the basis for changes in the work ethic of European society at that time. They see work and the results of work are part of faith, therefore they work hard, value time, and appreciate the results of work or material. Therefore, work and work are part of the life of faith. In later developments, there was an excessive appreciation of material or capitalism because of the secularization of work culture, which was originally part of faith. In fact, this Capitalism is not in accordance with Christian ethics. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan hubungan antara teologi reformator dengan pandangan orang Kristen Eropa reformasi tentang hakikat gereja dalam kehidupan sebagai pengikut Yesus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan hubungan antara teologi reformator dengan pandangan orang Eropa Kristen tentang hakikat gereja dalam kehidupan sebagai pengikut Yesus. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data, studi kepustakaan dan analisis data adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teologi panggilan Luther di segala bidang kehidupan dan teologi predestinasi, pengudusan dan pembenaran Calvin menjadi dasar perubahan etos kerja masyarakat Eropa saat itu. Mereka melihat kerja dan hasil kerja adalah bagian dari iman, oleh karena itu mereka bekerja keras, menghargai waktu dan menghargai hasil kerja atau materi. Jadi bekerja adalah bagian dari kehidupan iman. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi apresiasi yang berlebihan terhadap material atau kapitalisme karena sekularisasi budaya kerja yang semula merupakan bagian dari keimanan. Padahal, Kapitalisme ini tidak sesuai dengan etika Kristen.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 105-121
Author(s):  
Martin Luther Manao ◽  
Abdon A. Amtiran

This research was conducted to find out how the role of the church in liberating society from poverty. The problem of poverty in the church base areas in Indonesia is a real problem and continues from year to year. Poverty is a human problem. The church as the salt and light of the world is here to make an impact and bring about change. The research uses a qualitative approach by searching literature and field facts to respond to the conditions of poverty and how the church plays a role in liberating people from poverty. The results of the study show the importance of the church's role in bringing change to people who experience poverty. The church can play a role in two things, namely: first, with a political approach, both in terms of realm power and in terms of the good common. Second, the educational approach is to become a facilitator for the community in conducting job skills trainings.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 91-104
Author(s):  
Ones Kristiani Rapa'

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk melihat hibriditas budaya dalam Aluk Todolo dan Kekristenan melalui Ritual Ma’bulle Tomate di Gandangbatu. Ritual ini merupakan salah satu bagian dalam rangkaian ritus yang paling terkenal di Toraja yaitu Rambu Solo’. Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian kulitatif melalui pengumpulan data observasi dan wawancara. Adapun teori yang digunakan dalam tulisan ini yakni teori dari Homi K. Baba dalam buku yang berjudul The Location Of Culture. Teori tersebut mengatakan bahwa hibriditas budaya merupakan ruang ke tiga   yang seharusnya menjadi ruang diskursif karena melalui hal ini telah terjadi pelanggaran batas ruang yang menandakan suatu kontradivisi dari objek, penggunaan, makna, ruang dan properti dalam suatu tradisi. Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa Aluk Todolo menggunakan badong sebagai syair duka dalam ritual Ma’bulle Tomate dan kekristenan menggunakan nyanyian rohani. Melalui teori tersebut disimpulkan bahwa hibriditas budaya Aluk Todolo dan kekristenan dalam ritual Ma’bulle Tomate Di Gandangbatu merupakan titik tolak perjumpaan yang indah antara dua kebudayaan tersebut. Kata Kunci: Hibriditas, Ma’bulle, Tomate, Masyarakat, Ritual         


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 77-90
Author(s):  
Firman Panjaitan

Masalah seksualitas menjadi krusial ketika terjadi kekerasan seksual dalam keluarga, termasuk keluarga Kristen. Kekerasan seksual bisa berbentuk fisik dan non-fisik, dan salah satunya adalah tentang keputusan kehamilan seorang perempuan yang dibuat oleh laki-laki. Dikatakan sebagai bentuk kekerasan seksual, karena sesungguhnya yang memiliki rahim adalah perempuan, sehingga keputusan hamil atau tidak harus ditentukan oleh perempuan, bukan laki-laki. Oleh sebab itu, pemahaman seksualitas harus dikembangkan melalui pemahaman yang benar, agar dalam pernikahan dan keluarga Kristen tidak hidup di dalam kekerasan seksual. Jalan menuju hal tersebut adalah menggali pemahaman tentang seksualitas dalam Kejadian 2:21-25 guna membangun teologi seksualitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka yang diperkaya dengan metode eksegesa tekstual terhadap Kejadian 2:21-25. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa teologi seksualitas menghantar keluarga untuk menyadari bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah seimbang dan masing-masing memiliki haknya sehingga tidak boleh ada intervensi terhadap hak masing-masing. Perempuanlah yang menentukan hak rahimnya, bukan laki-laki.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 64-76
Author(s):  
Helianti Rande Manik

Orang Toraja di Kecamatan Mappak masih mempercayai Totem, mereka menyebutnya Rindu.  Rindu diyakini adalah kembaran manusia yang dilahirkan dalam wujud binatang. Kepercayaan ini diwariskan lintas generasi, baik oleh penganut Alukta (agama suku) maupun mereka yang telah beragama Kristen. Melalui penelitian ini, penulis bermaksud mengkaji kepercayaan terhadap totem (rindu) dalam perspektif teologi penciptaan. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan, dari perspektif teologi penciptaan, ditemukan kearifan lokal tentang cara manusia membangun relasi persaudaraan sebagai sesama ciptaan Allah. Jika manusia menghormati ciptaan lain layaknya saudara, maka mandat Allah supaya menjaga keseimbangan ekosistem akan terjaga serta meminimalisir kerusakan alam.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 49-63
Author(s):  
Jery Parimba

Pemimpin dalam masyarakat Toraja telah ditarik dalam pemahaman kekuasaan, pengakuan, prestise dan harga diri. Hal ini berdampak kepada kuatnya daya dorong banyak orang Toraja untuk mengubah nasibnya dengan menjadi pemimpin dengan cara apapun. Akibatnya adalah mereka dengan hasrat menggebu merantau dan mengumpulkan uang sebanyak mungkin lalu kembali dengan mengandalkan kekuatan uang untuk merebut posisi sebagai pemimpin. Demokrasi yang memberi kesempatan yang sama bagi seluruh masyarakat untuk memilih dan dipilih telah terpola pada sebuah politik yang transaksional yakni politik uang. Situasi ini tentu mengancam dan akan memporak-porandakan bangunan demokrasi kita. Gereja selaku bagian yang berpengaruh sangat besar dalam mengawal demokrasi serta proses suksesi pemimpin dalam masyarakat Toraja seolah-olah tidak berdaya. Kekuatan kapital telah menaklukkan masyarakat termasuk gereja. Tidak adakah jalan lain yang dapat ditempuh gereja? Penelitian ini dilakukan untuk menawarkan konsep rasionalitas komunikasi Jurgen Habermas. Bahwa politik uang yang massif dan sistematis dapat dilawan oleh gereja dengan konsep rasionalitas komunikasi yang massif dan sistematis juga.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 38-48
Author(s):  
Zuniasa Nazara ◽  
Ezra Tari

This study departs from the Christian life of the reform era. Where the Church seems unable to serve amid poverty and political uncertainty. Christianity is challenged to contextualize theology, mission, dialogue, political service in society. The problem of closing the Church was due to the issue of building permits (IMB). The author aims in this paper so that the Church strives for peace for all people. The approach of this study is a literature study on the thinking and struggles of the Church in society. So the Church does not only take care of the organization and a large amount of money in the church treasury. Nevertheless, the Church is required to care about social problems that occur. Therefore, the Church must apply several principles, namely: first, the Church needs to understand other people's religions. Second, the Church needs to build healthy discussions both between religions and between denominations. Third, the Church prioritizes the mission for the benefit of humanity.  


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-17
Author(s):  
Hasahatan Hutahaean

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan sikap gereja dalam merespon politik praktis yang ada di sekitar gereja. Karena bisa saja ditemukan anggota gereja adalah partisipan partai, pengurus partai atau calon kepala daerah bahkan calon presiden dan wakil presiden, kemudian menuntun Gereja untuk menentukan sikap dalam berpihak kepada salah satu partai atau kepada salah satu calon tertentu. Atau Gereja hanya menjadi penonton dalam situasi tersebut yang terjadi hampir setiap empat tahun sekali di Indonesia, yakni pesta demokrasi tingkat Nasional, Provinsi dan mungkin tingkat Kabupaten/Kota. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelusuran literatur serta fakta lapangan dimana Gereja merespon fenomena demokrasi khususnya di Indonesia. Hasilnya penelitian menunjukkan pentingnya gereja memberikan edukasi kepada warga jemaat tentang hak dan kewajiban sebagai pemilik suara dalam satu sistem demokrasi. Gereja hendaknya mengambil peran sebagai penyuluh terhadap praktik demokrasi yang bersih, jujur dan berwawasan kebangsaan yang didasarkan takut kepada Tuhan. Alkitab mengajarkan agar gereja mengarahkan salah satu tri tugas panggilan gereja itu kepada bidang politik untuk menciptakan sistem demokrasi yang mempunyai panggilan untuk mensejahterahkan orang banyak. Gereja yang menjauhi ranah politik dalam arti edukasi, penyuluhan dan pembinaan kepada warga jemaat belum memahami politik dalam arti sesungguhnya. Pembinaan terhadap warga jemaat dalam posisinya sebagai wakil rakyat di tingkat kabupaten/kota, provinsi atau nasional serta eksekutif hendaknya diberikan dengan pola yang sesuai bagi mereka baik dari sisi waktu, kapasitas dan keterlibatannya di Gereja


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18-37
Author(s):  
Gerhard Sipayung

Abstract: Penelitian ini dilakukan untuk menjadikan sistem undi sebagai solusi dalam budaya demokrasi dalam pemilihan pemimpin rohani (Ephorus) untuk menghindari konflik kepentingan dan konflik horizontal dalam masa kepemimpinan seorang pemimpin rohani. Fakta di lapangan,budaya demokrasi dalam memilih pemimpin sinode, telah membuat para pendeta dan anggota jemaat terbelah dan terjebak mengikuti pola-pola yang dilakukan seperti dalam pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden. Dampak yang terjadi adalah perpecahan dalam Gereja itu sendiri sehingga terbentuk kelompok-kelompok, perebutan dan tuntutan janji “ladang basah” sebagai balas jasa dari pemimpin yang terpilih kepada tim sukses yang memenangkan pemimpin tersebut, bahkan black campaign yang mungkin saja benar dan bisa saja fitnah seperti (perdukunan dan intervensi penguasa) pra dan pasca  pemilihan. Hal ini tentu membuat keresahan diantara jemaat dan hilangnya fungsi jabatan sebagai pelayan, tingkat  kepercayaan jemaat kepada para pemimpin/pendeta berkurang. Jika ini dibiarkan, maka tidak ada lagi perbedaan  antara Gereja dengan sekularisme dan filosofi Gereja sebagai garam dunia tidak relevan lagi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode literatur/pustaka serta fakta di lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama, Pemimpin yang terpilih dengan sistem undi haruslah pemimpin yang  terlebih dahulu memenuhi standar etika dan rohani sesuai dengan kompetensi seorang pemimpin rohani. Kedua, sistem Undi dapat menghindarkan seorang pemimpin yang terpilih bertanggungjwawab hanya kepada kelompok tertentu. Ketiga, sistem Undi membentuk seorang pemimpin yang terpilih untuk menegakkan nilai-nilai Alkitab sebagai kontrol sosial baik ke dalam maupun ke luar Gereja.   Kata Kunci:  Demokrasi, Jabatan, Pemberian TUHAN, Pemimpin rohani, Undi  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document