Jurnal Biologi Udayana
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

89
(FIVE YEARS 49)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Udayana

2599-2856, 1410-5292

2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Rochmalia Juniarti Putri ◽  
Retno Kawuri ◽  
Anak Agung Ketut Darmadi ◽  
Inna Narayani

Red chilli plant (Capsicum annum L.) is one of the most popular vegetable crops in Indonesian society. One of them the pathogens attacks is Colletotrichum acutatum, a fungus causing anthracnose on red chilli. This study aims to determine the existence of Streptomyces sp. bacteria in the rhizosphere of the red chilli plant; the ability of Streptomyces sp. in inhibiting C. acutatum; Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of Streptomyces isolates extracts in inhibiting C. acutatum; The Streptomyces isolation was carried out by dilution method using selective meida, namely Yeast Malt Agar. The Dual Culture method was used as an inhibition test between Streptomyces sp. and C. acutatum in vitro. A well diffusion method was used to test the effectiveness of the Streptomyces sp. and MIC filtrate concentration in inhibiting C. acutatum. The data obtained in this study were analyzed with Analysis of Varian (ANOVA) then continued with Duncan Multiple Range Test with 5% significance. Five Streptomyces isolates were found, namely Streptomyces sp.1, Streptomyces sp.2, Streptomyces sp.3, Streptomyces sp.4, and Streptomyces sp.5 in the rhizosphere of healthy C. annum L. plants in Daup Village, Kintamani District, Bangli Regency. Streptomyces sp. isolates. can significantly inhibit the growth of the fungus C. acuatum with inhibitory power ranging from 50.30% to 83.76%, Streptomyces sp.5 isolate was able to provide the highest percentage of inhibition in C. acutatum of 83.76 ± 2.91% with MIC 7% (v/v) with a diameter of 6.40 mm.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 208
Author(s):  
Desak Made Malini ◽  
Nurullia Fitriani ◽  
Adnin Laila ◽  
Nining Ratningsih ◽  
Tia Setiawati

In a long term, diabetes mellitus (DM) leads to nephropathy due to glomerular hyperfiltration. One of the plant used as a diabetic drug by the community in Karangwangi Village, Cianjur Regency, West Java is the fruit peel of jengkol. Therefore, this study aims to determine the effect of the ethanolic extract of Jengkol fruit peel (EEJFP) toward the morphological and histological structure on the kidney of the diabetic rat model. The method adopted was the Randomized Design (CRD) with 6 treatments namely NC (Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 0.5%), PC (CMC 0.5%), Pb (Glibenclamide 5 mg/kg BW), P1, P2, and P3 (EEJFP 385; 770; and 1,540 mg/kg BW) with 4 replications for 14 consecutive days. Furthermore, the induction of diabetes with streptozotocin dose of 60 mg/Kg BW was performed intravenously in experimental animals except for the NC group. The parameters observed include relative weight, morphological, and histological structure of kidney which include glomerular diameter, Bowman space distance, and percentage of proximal tubular cell necrosis. The non-parametric and parametric data were tested by Kruskal Wallis and ANOVA test as well as Duncan's follow-up test, respectively. The results showed that there was no significant difference in the morphological structure of the kidney between treatment groups.  Furthermore, the relative weights of kidney in the PC, Pb, P1, and P3 groups were larger and significantly different compared to NC and P2 also, the histological structure showed that the glomerular diameter (65.43 ± 0.7 m), Bowman space distance (4.19 ± 1.7 µm), and the percentage of proximal tubular cell necrosis (24.6 ± 5.5%) at P2 were not significantly different from NC. Based on this results, it was concluded that EEJFP has no effect on the kidney’s morphological structure, however, it decreases its relative weight and repair the kidney’s histological damage of the diabetic rat model with the optimum dose of 770 mg/kg BW.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Putu Laksmi Candra Dewi ◽  
Luh Putu Eswaryanti Kusuma Yuni ◽  
Ni Luh Watiniasih

Bali Zoo merupakan lembaga konservasi eksitu bagi berbagai jenis satwa, termasuk harimau benggala dan harimau sumatra. Kedua jenis ini termasuk dalam daftar IUCN dengan status terancam punah untuk harimau benggala dan status kritis untuk harimau sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas harian kedua jenis harimau tersebut di Bali Zoo. Pengambilan dan pengumpulan data aktivitas harian dilakukan dengan metode focal animal sampling, pencatatan menggunakan metode instantaneous recording dengan interval 30 detik selama 30 menit. Pengambilan data dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Kedua jenis harimau mengalokasikan waktunya paling banyak untuk beristirahat. Harimau sumatra mengalokasikan waktunya untuk istirahat sebesar 64,69 ± 2,52%, moving 31,32 ± 2,46%, grooming 2,72 ± 0,40%, buang air 0,37 ± 0,08%, makan 0,33 ± 0,11%, minum 0,31 ± 0,07% dan aktivitas sosial 0,26 ± 0,08%. Untuk harimau benggala, harimau ini mengalokasikan waktunya untuk istirahat sebesar 68,23± 2,20%, moving 24,14 ± 1,99%, sosial 3,54 ± 0,34%, grooming 2,23 ± 0,29%, buang air 0,39 ± 0,08%, minum 0,39 ± 0,09%, dan makan 0,08 ± 0,18%. Aktivitas pacing tercatat sangat rendah pada kedua jenis harimau mengindikasikan kondisi harimau yang cukup nyaman berada pada kandangnya.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 165
Author(s):  
Firas Khaleyla ◽  
Etik Ainun Rohmah ◽  
Kris Cahyo Mulyatno

Pengendalian populasi nyamuk Ae. Aegypti di Indonesia dilakukan sebagai upaya untuk menekan penularan virus dengue, salah satunya dengan penaburan larvasida temephos. Dosis operasional penggunaan temephos di Indonesia (1 mg/L) lebih tinggi dibandingkan dosis yang disarankan World Health Organization (WHO) (0,012 mg/L). Di Jawa Timur, terdapat temephos yang beredar komersial dengan perbedaan pada dosis penggunaan, yaitu10 gram/100 L air (10 G) dan 8 gram/100 L air (8G). Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa kerentanan populasi larva Ae. aegypti yang berasal dari Jember (JEM), Surabaya (SBY), dan koleksi Laboratorium Entomologi Universitas Airlangga (LAB) terhadap temephos10G dan 8G pada dosis pemakaian tinggi (1 mg/L) hingga rendah (0,015625 mg/L). Uji mortalitas pada larva dilakukan sesuai dengan ketentuan WHO dengan replikasi 4 kali. Data dianalisis secara statistik. Hasil menunjukkan bahwa ketiga kelompoklarva Ae. aegypti mengalami >90% mortalitas dengan penambahan temephos pada dosis rendah (0,015625 mg/L) pada ambang waktu 240 menit, baik untuk temephos10 G maupun 8 G. Perbedaan respon mortalitas yang signifikan antara dosis tertinggi (1 mg/L) dan dosisterendah (0,015625 mg/L) ditemukan pada kelompok JEM pada dosis 8 G dan 10 G serta LAB pada dosis 8 G. Kelompok JEM dan SBY memiliki rasio resistensi 95 (RR95) temephos dengan kategori rendah (<5) dibandingkan dengan kelompok LAB. Semua kelompok masih memiliki kerentanan pada temephoskomersial pada dosis rendah (0,015625 mg/L). Dari hasil penelitian ini, kami menyarankan untuk menurunkan dosis operasional larvasida temephos yang digunakan untuk pengendalian populasi larva Ae. aegypti di Jawa Timur.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 183
Author(s):  
Arga Darmawan Wally ◽  
Eko S. Pribadi ◽  
Surachmi Setyaningsih

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi faga spesifik Escherichia coli pada beberapa titik contoh air di Bogor Tengah Kota Bogor dan menyimpannya. Penelitian dilakukan di Kota Bogor pada bulan Maret dan April 2020. Pengkayaan faga dilakukan dua kali sebagai metode baku (gold standard) mengisolasi faga. Uji plak dilakukan untuk mengukuhkan adanya faga di dalam contoh air yang diperiksa menggunakan filtrat yang diperoleh dari metode pengkayaan faga. Hasil yang diperoleh dalam Penelitian ini adalah isolat E. coli yang diisolasi dalam semua contoh air dan faga yang hanya diperoleh satu contoh air, yakni air celupan daging Pasar Merdeka Kota Bogor. kandungan faga dalam contoh air sebesar 9,1 x 108 PFU/ml. Kadar faga tersebut dinilai cukup tinggi yang berpotensi digunakan pada terapi terhadap infeksi bakteri yang disebabkan oleh E. coli.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Rachel Anggia ◽  
Ramadhani Eka Putra
Keyword(s):  

Lalat tentara hitam (Hermetia illucens) merupakan serangga yang sekarang digunakan sebagai salah satu agen hayati untuk mengendalikan limbah organik dengan merubahnya menjadi biomasa tubuh yang bernilai ekonomi. Dalam hal memaksimalkan kemampuan dari serangga ini, maka pemeliharaan buatan dan rekayasa siklus hidup lalat tentara hitam perlu dilakukan sehingga didapatkan proses pengurangan limbah organik yang optimal serta peningkatan biomassa panen. Salah satu faktor pembatas dalam pemanfaatan serangga ini dalam skala besar adalah pada produksi telur. Pada produksi telur digunakan perangkap telur yang dikombinasikan dengan media atraktan. Penggunaan perangkap telur dan media atraktan bertujuan untuk memfasilitasi panen telur agar lebih efektif karena telur akan terkonsentrasi pada satu lokasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kinerja dari berbagai media atraktan dalam upaya mencari bahan yang paling optimal dalam menarik lalat tentara hitam meletakkan telur pada perangkap telur. Media atraktan yang digunakan adalah sayur kol busuk, buah pepaya busuk, ampas tahu dan pakan ikan. Kinerja media atraktan kemudian dievaluasi berdasarkan berat telur yang didapat pada perangkap telur. Studi ini melaporkan bahwa sebagian besar atraktan dapat menarik lalat tentara hitam. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Kruskal-Wallis diketahui terdapat perbedaan signifikan pada berat telur yang didapat dari setiap atraktan yang digunakan dimana atraktran berupa tepung ikan merupakan atraktan yang paling efektif dengan berat telur rata-rata per perangkap adalah 2,17 gr. Di sisi lain atraktan yang terbuat dari ampas tahu merupakan atraktan yang paling tidak diminati dimana berat rata-rata telur per perangkap adalah 0,06 gr.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
Lalu Muhammad Sakti Surya Jagat ◽  
Ida Bagus Gede Darmayasa ◽  
I Made Sara Wijana

Aspergillus flavus contamination of agriculture in Indonesia can cause problems to animal health and productivity. Some factors can support the appearance of contamination in feed, especially temperature and humidity. The main objective of this research was to investigate potency of Rhizopus spp. on inhibit A. flavus FNCC6109 in broiler chicken concentrate feed. The experiments were conducted dual culture method and the inhibition test of the Rhizopus spp. filtrate culture was incubated for 3, 4 and 5 days on in vitro. The in vivo test was directly applied in broiler chicken concentrate feed which added Rhizopus spp. filtrate culture concentration at 10% (v/v), 20% (v/v), 30% (v/v), 40% (v/v), dan 50% (v/v). The results showed that the Rhizopus spp. filtrate culture significantly (P?0,05) to inhibit the growth of A. flavus FNCC6109 both in vitro and in vivo. The percentage inhibition of Rhizopus spp. filtrate culture incubated for 5 days showed 67,47±2,10% relatively better results than 3 and 4 days, and therefore was used in the in vivo. Application of 50% (v/v) Rhizopus spp. filtrate culture to the broiler chicken concentrate feed significantly reduced 82% population of A. flavus FNCC6109 after 15 days incubated relative to that of negative control (concentrate feed without addition Rhizopus spp. filtrate culture and A. flavus FNCC6109).


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 172
Author(s):  
I Made Saka Wijaya ◽  
Luh Putu Eswaryanti Kusuma Yuni ◽  
Ida Ayu Eka Pertiwi Sari

Ayung river is the longest river in Bali. The middle part of the river is frequently utilized as rafting for tourism, such as in Bongkasa Pertiwi Village, Abiansemal District, Badung Regency – Bali. To preserve the river’s ecological function, the information of riparian vegetation as the dynamic component in river is highly required. This research aimed to study the structure of riparian vegetation in Bongkasa Pertiwi Village. The plot method was used and the study site was divided into three stations. Each station was composed by three replications with four plot variations: trees (20 x 20 m), poles (10 x 10 m), saplings (5 x 5), and herbs-shrubs (2 x 2 m). The data was analysed using vegetation analysis that completed with Importance Value (IV), Shannon-Wiener Diversity Index (H’), Index of Dominancy (C), and Index of Evenness (E). This study found that the structure of riparian vegetation in Bongkasa Pertiwi Village was in good condition which was indicated by the high abundance of local tree species. The floristic composition of riparian vegetation comprised by 18 species of trees, 18 species of poles, 21 species of saplings, and 29 species of herbs and shrubs. Cocos nucifera, Pterospermum javanicum, Bischofia javanica, Cananga odorata, Elaeocarpus serratus, Artocarpus heterophyllus, Coffea canephora, and Nephelium lappaceum were the species with the highest Importance Value (IV). The floor vegetation in form of herbs and shrubs was dominated by Sphaegneticola trilobata, Oplismenus burmanni, and Diplazium esculentum. Based on the Diversity Index (H’), Index of Dominancy (C), and Index of Evenness (E), diversity of riparian vegetation in Bongkasa Pertiwi Village was classified as medium category, without any dominated species, and the vegetation composition was equivalent.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 130
Author(s):  
Suraida Suraida ◽  
Boby Syefrinando ◽  
Alfian Alfian ◽  
Fistoni Fistoni
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam tanaman kangkung air (Ipomoea aquatica Forks.) di rawa yang dialiri limbah cair rumah tangga. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dilakukan dengan pendekatan deskriptif melalui uji logam berat di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bagian tanaman yang mengakumulasi logam berat paling tinggi adalah bagian akar, lalu batang, sedangkan daun tidak terkandung logam.  Organ akar mengandung logam Pb sebesar 0,0146 mg/kg dan logam Cd sebesar 0,0018 mg/kg.  Bagian organ batang mengandung timbal sebesar 0,0012 mg/kg dan logam Cd sebesar 0,000867 mg/kg. Semuanya masih di bawah batas maksimum cemaran logam untuk bahan pangan sehingga masih aman untuk dikonsumsi masyarakat.


2021 ◽  
Vol 25 (2) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Umar Namakule ◽  
Karel Markus Melsasail

Sehati merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki kawasanmangrove dengan luasan 66.5 ha dimanfaatkan sebagai salah satu objek wisata lokal. Sarana pendukungpariwisata dibangun untuk meningkatkan estetika kawasan akan tetapi berimplikasi pada alih guna lahanmangrove. Tutupan mangrove menjadi berkurang karena adanya penebangan oleh masyarakat setempatdan intensitas sampah plastik dalam kawasan mengalami peningkatan seiring dengan rendahnya kesadaranpengunjung. Aktivitas pariwisata tersebut memberikan tekanan yang cukup berarti bagi ekosistemmangrove di Desa Sehati. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis struktur komunitas serta kondisilingkungan substrat dan perairan pada kawasan hutan mangrove di Desa Sehati, Kabupaten MalukuTengah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode transek liniear kuadrat. Transek yang digunakansebanyak 5 buah dengan kuadrat berukuran 3x3 meter sebanyak 10 buah, serta didukung denganpengukuran berbagai parameter fisika kima perairan. Jenis mangrove yang ditemukan diperairan pantaiDesa Sehati sebanyak 5 jenis. Nilai indeks keanekaragaman tergolong sedang (0,965), indeks dominansitergolong tinggi (0,893), dan indeks kemerataan tergolong sedang (0,348). Rhizphora apiculata memilikinilai kerapatan (12,78 ind/m2), kelimpahan (23 ind/m2), frekuensi kehadiran (0,96%), dan indeks nilaipenting (103,56) yang paling tinggi. Kondisi faktor fisika kimia perairan masih berada dalam keadaan yangbaik bagi pertumbuhan mangrove.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document