BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

24
(FIVE YEARS 22)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Mataram

2442-2622

2020 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 125-133
Author(s):  
Islamul Hadi ◽  
Yuliadi Zamroni ◽  
Galuh Tresnani ◽  
I Wayan Suana

Penelitian tentang pemetaan populasi monyet ekor panjang di wilayah selatan Lombok Timur merupakan salah satu peneltian dasar yang berusaha untuk membangun data awal tentang populasi monyet ekor panjang di Pulau Lombok. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama bulan Mei sampai September 2019, didapatkan 6 kelompok monyet ekor panjang dengan jumlah individu 2-19 individu/kelompok dengan rata-rata 11 individu/kelompok. Monyet-monyet ini ditemukan pada habitat yang berdekatan dengan sumber air yaitu daerah bantaran sungai, pinggir pantai dan hutan bakau. Data populasi ini sangat penting sebagai dasar pengelolaan populasi monyet ekor panjang sebagai bagian dari komponen ekologi Pulau Lombok. Lebih jauh, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengelolaan populasi monyet ekor panjnag untuk kepentingan ekonomi seperti daya tarik wisata ekologi (ekowisata) dan antisipasi potensi monyet ekor panjang sebagai salah satu hama bagi pertanian dan perkebunan masyarakat. Dengan demikian, mitigasi hama untuk meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan lebih bersahabat dengan alam.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 112-118
Author(s):  
Novita Tri Artiningrum ◽  
Dara Puspita Anggraini

Pulau Lombok memiliki kawasan hutan mangrove seluas 3.305 ha, 1.643 ha (49,7%) masih dalam kondisi baik dan sisanya 1.662 ha (50,3 %) dalam kondisi rusak. Penelitian keanekaragaman moluska diekosisitem mangrove pantai Cemare Lombok Barat dilakukan pada bulan April s/d Juli 2019 dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman moluska pada ekosistem mangrove yang mengalami rehabilitasi di Pulau Lombok. Pengambilan sampel menggunakan metode transek kuadran dengan ukuran plot 1 m x 1 m. Jumlah induvidu moluska yang didapatkan yaitu 719 individu yang terdiri atas 24 spesies dari kelas Gastropoda dan 3 spesies dari kelas Bivalvia. Nilai kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan dominasi tertinggi berturut-turut yaitu 29 (ind/m2); 2,55; 0,77; 0,12.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 119-124
Author(s):  
Raodatul Jannah ◽  
Bambang Fajar Suryadi ◽  
Yuliadi Zamroni ◽  
Galuh Tresnani

Senggigi beach is one of tourist destinations of Lombok island-West Nusa Tenggara. In addition to its beautiful scenery, Senggigi has potential problems in the health field namely Aedes spp., mosquito, which became a dengue vector. This explorative and descriptive research, has been done in June-July 2017 and aimed to observe the bioecology of Aedes spp., mosquito in Senggigi beach. Sampling was done with purposive sampling method, by collecting larvae and adult mosquito Aedes spp., at specified sampling point. The collected samples then identified. The result of the study, two species of Aedes spp., mosquitos were found, there are Aedes aegypti and Aedes albopictus. Breeding habitat of Aedes spp. mosquitos were found in artificial containers. The highest density were 57.5 individuals/100 mL found in the boat habitat and the lowest density were 2 individuals/100 mL in the trash bin. The highest Relative Abundance Index value of Aedes aegypti were 100% in fish pond habitat and Aedes albopictus was 100% in three different habitats (used tire, sterofoam box and used bowl). The selection of Aedes albopictus habitat in clear and dirty water, near the yard of the house with dense vegetation rather than densely populated makes the distribution more widespread. Meanwhile, Aedes aegypti was only distributed in clear water habitats, near densely populated settlements.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 80-91
Author(s):  
Adniatul Munawarah ◽  
Tri Mulyaningsih ◽  
Evy Aryanti

Bambu termasuk salah satu hasil hutan non kayu Indonesia yang dapat ditemukan mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, hidup merumpun terdiri dari sejumlah batang yang tumbuh secara bertahap, mulai dari rebung, batang muda hingga dewasa. Identifikasi jenis-jenis bambu di Daerah Aliran Sungai Semoya Lombok Barat dilakukan berdasarkan pengamatan karakteristik morfologi bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bambu pada Daerah Aliran Sungai Semoya Lombok Barat, membuat deskripsi dan kunci identifikasi, membuat dendrogram hubungan kekerabatan jenis bambu serta peta penyebaran jenis bambu pada ketinggian tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jelajah yaitu dengan menelusuri sepanjang Daerah Aliran Sungai Semoya dari hulu sampai hilir. Hasil penelitian yang dilakukan di DAS Semoya diperoleh 2 kultivar, 7 jenis bambu yang termasuk ke dalam 5 marga yaitu Dendrocalamus asper, Schizostachyum bracyladum ‘Kuning’, S. bracyladum ‘Hijau’, Thyrsostachys siamensis, Gigantochloa apus, G. atter, Bambusa vulgaris, B. maculata.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 74-79
Author(s):  
Rizqa Inayati ◽  
Islamul Hadi ◽  
Faturrahman Faturrahman ◽  
Yuliadi Zamroni

Hemoglobin merupakan protein terkonjugasi yang berfungsi sebagai pengikat oksigen dan karbon dioksida didalam darah. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka tekanan parsial oksigen akan menurun. Mengatasi hal tersebut, tubuh akan merespon dengan proses aklimatisasi. Salah satunya berupa peningkatan produksi eritrosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi kadar hemoglobin pada masyarakat Lombok Timur berdasarkan aspek ketinggian tempat. Jenis penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan metode cross sectional. Metode: subjek pada penelitian ini diambil darahnya sebanyak 1,5 cc dengan total sampel sebanyak 132 probandus pada 4 lokasi sampling (Desa Labuhan Haji, Lendang Nangka Utara, Sapit, dan Sembalun Lawang) dan dianalisis menggunakan metode sianmethemoglobin di Laboratorium. Selanjutnya dibuat permodelan dengan Linear Mixed Effects Models menggunakan program R statistical. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada masyarakat Lombok Timur berdasarkan pengelompokan ketinggian. Adapun faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu berupa berat badan dengan nilai signifikansi sebesar 0,0070, sedangkan faktor lingkungan berupa ketinggian, saturasi oksigen, dan tekanan parsial tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 92-97
Author(s):  
Indah Puspita Sari ◽  
Islamul Hadi ◽  
Yuliadi Zamroni
Keyword(s):  

Sungai Belimbing merupakan sungai yang terletak di kabupaten Lombok Timur dengan kondisi air yang bersih dan belum tercemar khususnya di bagian hulu. Penelitian tentang keanekaragaman jenis ikan di sungai Belimbing telah dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai Juli 2018. Jenis penelitian termasuk deskriptif eksploratif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini purposive sampling. Sampel yang dikoleksi kemudian di identifikasi di Laboratorium Riset Ekologi dan Biosistematika Hewan, Universitas Mataram. Penelitian ini berhasil mengoleksi 191 individu ikan yang termasuk dalam 14 spesies dan terbagi dalam 8 famili di sungai Belimbing Kabupaten Lombok. Indeks keanekaragaman ikan di sungai Belimbing sebesar 1,752 dibagian hulu, 0,849 dibagian tengah dan 2,233 dibagian hilir sungai dengan indeks dominasi berturut-turut dari hulu ke hilir sebesar 0,119; 0,59 dan 0,071. Nilai indeks ini menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis ikan pada bagian hulu dan hilir sedang, sedangkan pada bagian tengah tergolong rendah. Selain itu, terdapat spesies ikan yang mendominasi perairan sungai Belimbing yaitu spesies Puntius binotatus.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 62-68
Author(s):  
Tri Mulyaningsih ◽  
Kurniasih Sukenti

Gaharu merupakan salah satu hasil hutan non-kayu bernilai ekonomi tinggi di Indonesia, di mana Pulau Sumbawa merupakan salah satu wilayah penghasil gaharu yang berkualitas, yaitu spesies Gyrinops versteegii. Namun tingginya potensi gaharu adakalanya tidak diimbangi dengan ketersediaan populasi yang mencukupi untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi etnobotani terhadap Gyrinops versteegii (Thymelaceae) di Pulau Sumbawa dari aspek budidaya, ekonomi, dan pemanfaatan. Hasil penelitian diharapkan merupakan komplemen informasi bagi pengembangan dan konservasi Gyrinops versteegii di Nusa Tenggara Barat, dan Indonesia pada umumnya.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 106-111
Author(s):  
Reni Astikandi ◽  
Dining Aidil Candri ◽  
Hilman Ahyadi ◽  
Mursal Ghazali

Mollusca are one of the fouling (biofouling) organisms attaching to hard objects in the sea and freshwater waters. The attachment and growth of fouling organisms is a serious problem because it is one of the factors that can damage the structure of building materials and has a considerable impact on the development of the marine industry. This study aimed to determine the effect of distinction of natural media placed in three ecosystems towards species diversity and growth rates of mollusca. The observation of attachment conditions and growth of the mollusca populations in each media were documented by using an underwater camera. Based on the results of research and identification, the researcher found that there were 5 species from 2 classes namely Gastropoda and Bivalvia and 2 family named Vermetidae and Ostreidae. The attached species of Gastropoda class was only Petaloconchus varians, while species of Bivalvia class were Planostrea pestigris, Alectryonella plicatula, Ostrea edulis and Crassostrea gigas. The most abundant species were found in tile media with an abundance of 1,014 individuals / cm2. While the lowest abundance of individuals was found in stone media which was equal to 0.141 individuals/cm2. The species with the highest population growth rate was the species of Petaloconchus varians with a total population growth rate of 11.66 ind/ week. While species with the lowest population growth rate was found in Alectryonella plicatula species with a total population growth rate of 0.16 ind/ week.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 69-73
Author(s):  
Andy Darmawan ◽  
HENDRY WIJAYANTI ◽  
Yanti Ariyanti

It has been widely known that animal biodiversity is higher in ‘more natural’ environment than agricultural system. Arthropod is one of phyla in animalia kingdom which member includes 90% of identifiable animal species and their diversity can act as bioindicator of environment health. The objective of this study is to compare arthropod diversity in mixed plantation, pasture, and monoculture plantation in South Lampung, Indonesia. Forty pitfall traps were set at 1 m interval in each area. Mixed plantation has the highest diversity index and the lowest dominance. Our result suggested that land-use change from natural environment, which is reflected by mixed plantation, into pasture and monoculture plantation has reduced arthropod diversity in South Lampung.


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 98-105
Author(s):  
Winda Kharismawati ◽  
Sukiman Sukiman ◽  
Sri Puji Astuti

Pantai Tawun merupakan salah satu pantai yang ada di kecamatan Sekotong kabupaten Lombok Barat provinsi NTB. Pantai ini memiliki kekayaan ekosistem laut yang beranekaragam, satu diantaranya adalah keanekaragaman jenis makroalganya yang belum banyak diketahui dan dipublikasikan, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman dan komposisi jenis makroalga yang ada di daerah pantai tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan komposisi jenis makroalga yang terdapat di pantai Tawun. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif, menggunakan 9 transek yang tersebar sepanjang 450 m dengan jarak antar transek 50 m. Transek dipasang tegak lurus terhadap arah datangnya ombak. Setiap transek terdiri atas 7 kuadran yang berukuran 1x1 m. Jarak antar kuadran 10 m. Dilakukan pengukuran variabel lingkungan yakni suhu, salinitas, pH, substrat, kecerahan, dan kuat arus. Dilakukan perhitungan terhadap indeks keanekaragaman, kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif. Hasil penelitian menunjukkan Halimeda copiosa, Hypnea asperi dan Gracilaria coronopifolia merupakan makroalga yang memiliki sebaran luas di pantai Tawun. Variabel lingkungan yang terukur menunjukkan suhu 26°C, salinitas 3,73%, pH 8,11, kecepatan arus 17,07 cm/s, dan kecerahan 89,18 cm, adalah kondisi yang baik untuk pertumbuhan makroalga.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document