Talenta Conference Series Agricultural and Natural Resources (ANR)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

69
(FIVE YEARS 32)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sumatera Utara

2654-7023, 2654-7015

Author(s):  
Arum Sekar Wulandari ◽  
Teguh Artha
Keyword(s):  

Cocopeat adalah serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa. Cocopeat dapat dijadikan sebagai media tanam atau campuran media tanam. Penelitian ini bertujuan mendapatkan konsentrasi cocopeat yang tepat dalam media tanam yang dapat mendukung pertumbuhan bibit Shorea selanica dan melinjo (Gnetum gnemon). Penelitian dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan rancangan acak lengkap 2 faktor. Faktor pertama ialah jenis tanaman (S. selanica dan melinjo). Faktor kedua ialah konsentrasi cocopeat dalam media tanam (0%, 10%, 20%, 30%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan cocopeat dalam media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan bibit S. selanica dan melinjo. Bibit S. selanica yang ditanam pada media tanam dengan konsentrasi cocopeat 10% mempunyai tinggi, diameter, biomassa, dan panjang akar primer yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Bibit melinjo yang ditanam pada media tanam dengan konsentrasi cocopeat 20% mempunyai tinggi, diameter, dan berat kering pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Secara umum, penambahan cocopeat sebanyak 10 ̵ 20% dapat meningkatkan pertumbuhan bibit S. selanica dan melinjo.


Author(s):  
Faisal Danu Tuheteru ◽  
Husna ◽  
Albasri
Keyword(s):  

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) merupakan fungi tanah yang dapat mengakselerasi suksesi vegetasi pada lahan-lahan rusak dan terdegradasi. Kehadiran tumbuhan adaptif di lahan-lahan pascatambang didukung oleh keberadaan FMA dalam tanah. Simbiosis FMA dengan perakaran tumbuhan adaptif masih terbatas di lahan pascatambang emas. Studi ini dilakukan pada lahan pasacatambang emas, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara pada Bulan April-Mei 2019. Sampel akar setiap tumbuhan diambil kemudian dicuci bersih. Akar-akar diwarnai menggunakan trypan blue 0.05%. Hasil riset menujukkan bahwa struktur FMA mengkolonisasi perakaran 13 jenis tumbuhan adaptif. Struktur FMA tersebut adalah hifa internal, hifa eksternal, vesikula dan hifa coil. Rata-rata kolonisasi adalah 80,54 % dengan kisaran 25-92%. Jenis Eupatorium odoratum memiliki kolonisasi tertinggi yakni 92,59%. Kolonisasi FMA pada perakaran tumbuhan adaptif menunjukkan bahwa keberadaan FMA sangat vital atau memegang peran penting bagi keberlangsungan hidup tumbuhan adaptif pada lahan pascatambang emas.


Author(s):  
Omo Rusdiana ◽  
Mia Ermyanyla ◽  
Nana Rusyana

Luas wilayah Kabupaten Merangin adalah 767.890 ha, dengan 45,27% tutupan lahannya berupa kawasan hutan. Kawasan hutan didominasi oleh hutan konservasi (45,52% dari luas kawasan hutan), selanjutnya hutan produksi (43,35%), dan hutan lindung (11,13%). Ekosistem kawasan hutan jika dikelola dengan baik akan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Namun hingga saat ini, laju deforestasi akibat alih fungsi hutan, penebangan liar, dan penambangan liar semakin meningkat. Hal ini telah memicu berbagai masalah ekologis di Kabupaten Merangin. Dari sisi ekonomi, sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan memberikan kontribusi terbesar terhadap ekonomi daerah pada tahun 2017 dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu sebesar 49,09%. Namun, jika dilihat berdasarkan kontribusi antar sub sektor, kontribusi sub sektor kehutanan terhadap sektor pertanian hanya sebesar 2,66%. Nilai ini tidak sebanding dengan luasan kawasan hutan, terutama hutan produksi yang ada. Munculnya masalah ekologis dan rendahnya kontribusi sektor kehutanan menunjukkan pengelolaan kawasan hutan belum berjalan dengan baik. Berdasarkan pemasalahan tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jasa-jasa ekosistem hutan berdasarkan fungsinya, menganalisis peran jasa ekosistem hutan terhadap nilai ekologi, dan sosial-ekonomi masyarakat, serta merumuskan kebijakan pengelolaan hutan berbasis jasa ekosistem dalam rangka meningkatkan kinerja sektor kehutanan Kabupaten Merangin. Metode analisis yang digunakan meliputi kajian literatur, analisis spasial, analisis sosial-ekonomi kehutanan dengan pendekatan statistika deskriptif, serta analisis kebijakan dengan pendekatan SWOT (Strengths, Weaknesss, Opportunities, and Threats). Integrasi jasa ekosistem dalam pengelolaan kawasan hutan merupakan salah satu kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja sektor kehutanan, baik dari aspek ekologis, maupun sosial-ekonomi secara berkelanjutan.


Author(s):  
M. Taufan Tirkaamiana

Dalam mengusahakan hutan produksi khususnya yang dikelola dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dari suatu unit manajemen, dianut asas kelestarian hasil (sustained yield principle). Apabila besarnya etat volume kayu sama dengan riap, yaitu besarnya volume kayu yang tumbuh pada seluruh tapak dalam waktu satu tahun, maka kelestarian hasil dari suatu unit manajemen akan dapat dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan riap diameter tegakan Dipterocarpaceae pada jalur tanam dengan jalur antara di areal izin konsesi PT Balikpapan Forest Industries di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur Indonesia. Data riap diameter tegakan diperoleh dengan cara mengamati 4 (empat) Petak Ukur Permanen (PUP) dimana masing-masing PUP berukuran 100 m x 100 m. Berdasarkan hasil penelitian diketahui rataan riap diameter tegakan Shorea leprosula di jalur tanam sebesar 2,08 cm/th, sedangkan tegakan jenis komersil pada jalur antara sebesar 1,08 cm/th. Hasil uji statistik dengan uji-t menunjukkan bahwa perbedaan riap diameter antara tegakan Dipterocarpaceae di jalur tanam dengan tegakan jenis komersil di jalur antara tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Di jalur antara faktor yang menghambat pertumbuhan antara lain : jenis yang beragam, faktor genetik, kerapatan yang tidak teratur, dan persaingan hara. Sedangkan di jalur tanam faktor yang mempercepat pertumbuhan antara lain : intensitas cahaya yang merata, berkurangnya persaingan hara, dan faktor genetik.


Author(s):  
Husna ◽  
Faisal Danu Tuheteru ◽  
Asrianti Arif ◽  
Puput Sintalia

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan angsana umur 4 bulan pada media tailing emas skala rumah kaca. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) cabang Sulawesi Tenggara dengan perlakuan 4 (empat) inoculum FMA yakni kontrol, Acaulospora delicata, Ambiospora apendicula, dan FMA campuran. Setiap perlakuan diulang 3 kali dengan masing-masing 5 unit tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan FMA signifikan meningkatkan pertumbuhan dan berat kering tanaman angsana umur 4 bulan. Inokulasi ketiga inokulum FMA siginifikan meningkatkan tinggi dan jumlah daun tanaman. FMA campuran signifikan meningkatkan diameter batang dan tidak berbeda nyata dengan A. delicata. Ketergantungan angsana terhadap fungi mikoriza tergolong tinggi (Mycorrhizal inoculation effect, 58,5-64,2%.). FMA dapat dimanfaatkan untuk konservasi jenis-jenis pohon terancam punah.


Author(s):  
Yunasfi ◽  
Raufan S Harahap ◽  
Budi Utomo

Mangrove adalah salah satu sumberdaya alam pesisir yang dapat pulih dan merupakan komunitas vegetasi pesisir tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh berbagai jenis fungi pada pertumbuhan semai R.apiculata. Penelitian ini dilaksanakan di pulau sembilan kecamatan pangkalan susu, dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dengan 10 ulangan. Jenis fungi yang digunakan yaitu Pestalotia sp, Trichoderma harzianum, Fusarium verticilliodes serta adanya kontrol sebagai pembanding. Pemberian fungi memberikan pengaruh pada pertambahan tinggi tanaman R.apiculata dengan tinggi rata-rata 65,59 cm pada perlakuan fungi Trichoderma harzianum. Diameter rata-rata yang diperoleh dari perlakuan fungi Fusarium verticilliodes adalah sebesar 1,47 cm. Pertambahan lebar daun rata-rata sebesar 4,04 cm pada perlakuan Kontrol. Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan fungi Fusarium verticilliodes yaitu sebanyak 14 helai. Fungi yang paling banyak memberikan pengaruh pada pertambahan pertumbuhan bibit R.apiculata terdapat pada fungi Fusarium verticilliodes.


Author(s):  
Afifuddin Dalimunte ◽  
Budi Utomo ◽  
Ratih Fransiska

Breadfruit (Artocarpus communis Forst) is a plant that has many benefits, which is able to support the welfare of the community. To cultivate these plants required effective and efficient techniques. This study aims to determine the effect of bagasse mulch thickness and intervals of watering to growth of breadfruit. This study used a complete randomized design (RAL) with 2 factors. The first factor is the thickness factor of bagasse mulch (T) which consists of control/without treatment (T0), thickness 1 cm (T1), thickness 3 cm (T2) and thickness 5 cm (T3) and the second factor is watering interval (S) consisting of daily watering (S1), 1 time in 3 days (S2) and 1 time in 6 days (S3). The observed parameters were height increase (cm), diameter (cm), number of leaves (strands), length of root (cm), upper water content of plants (shoot)(%) and moisture content (root)(%). The results showed that there is a real effect on the growth of breadfruit with the treatment of various of bagasse mulch thickness to height increase, diameter, number of leaves, length of root, and upper water content of plants. And the treatment of watering interval showed the real effect on the parameters of height increase, diameter, number of leaves and length of root.


Author(s):  
Danu ◽  
Dona Octavia

Untuk meningkatkan tutupan lahan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan melalui pengembangan mata pencaharian, pengelolaan hutan diperlukan termasuk melalui penanaman dengan model agroforestri. Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi bekerja sama dengan Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO) telah membangun demplot Agroforestri di areal Kemitraan Kehutanan Cempaka di bawah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batutegi, Kabupaten Pringsewu, Lampung yang merupakan salah satu skema perhutanan sosial. Area seluas 10 hektar ditanami dengan tanaman kayu yaitu pala (Myristica fragrans), cengkeh (Syzygium aromaticum), champaca (Michelia champaca), kemiri (Aleurites moluccana), resin mata kucing (Shorea javanica), manggis (Garcinia mangostana), maja (Crescentia) cujete), dan pisang (Musa Sp.). Tanaman semak dan tanaman semusim lainnya adalah Lada semak (Piper albi), gamal (Gliricidia sepium), jahe (Zingiber officinale), jahe (Curcuma zanthorrhiza) dan Lemongrass (Cymbopogon nardus). Kegiatan penanaman secara partisipatif dilakukan oleh kelompok tani Kemitraan Kehutanan Cempaka. Jarak tanam antar pohon sejenis adalah 8 mx 8 m (pala-pala, cengkeh-cengkeh), jarak antar pohon (pala-cengkeh) adalah 4m x 4m. Persentase pertumbuhan diamati pada usia 1, 6 dan 12 bulan setelah tanam masing-masing 96,18%; 73,92% dan 70,17%. Persentase pertumbuhan cukup baik selama 12 bulan setelah tanam, didukung oleh partisipasi masyarakat yang terlihat tinggi dalam memelihara tanaman mereka.


Author(s):  
Zulmardi ◽  
Desyanti

Perbanyakan bibit pohon dapat berasal dari biji dan benih. Perolehan bibit dari cabutan alam merupakan salah suatu upaya agar ketersediaan bibit dapat dipenuhi dalam rangka penanaman pohon berkayu di kebun masyarakat dan di kawasan konservasi. Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Konservasi Mandiri (KKM) dan Mekar Berbuah di Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2018. Metode yang digunakan adalah metode kuntitatif terhadap rata-rata 3.420 bibit dari enam bedeng semai. Data yang diperoleh adalah tinggi bibit dan jumlah daun, sampel data bibit sebanyak 31%, dengan data awal tinggi bibit rata-rata 3,6 cm dan jumlah daun rata-rata 2,4 helai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi pada tinggi bibit adalah 43,2 cm dan nilai terendah adalah 22,5 cm, dengan peningkatan tinggi bibit sebesar 39,6 cm atau rata-rata 9,9 cm per bulan pada bibit Surian dalam pengamatan yang dilakukan selama empat bulan. Sedangkan rata-rata jumlah daun adalah sebanyak 8,5 dengan peningkatan jumlah daun sebesar 6 helai selama empat bulan, tingkat pertumbuhan termasuk kategori baik.


Author(s):  
Farida Herry Susanty ◽  
Deddy Dwi Nur Cahyono

Klasifikasi jenis/kelompok jenis pohon berdasarkan karakteristik biometrik yang mencakup dimensi biologi baik anatomi maupun fisiologi sangat dibutuhkan. Pola respon lingkungan merupakan sesuatu yang khas untuk dapat memberikan rekomendasi pemilihan jenis yang berpotensi untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan memperoleh karakteristik biometrik dan kategorisasi jenis Shorea spp. penghasil tengkawang secara kuantitatif dalam ekosistem hutan alam. Pengumpulan data tegakan dilakukan dengan pendekatan purposive terhadap sebaran jenis-jenis Shorea spp. penghasil tengkawang di 2 lokasi di Kalimantan Timur yaitu KHDTK Labanan dan areal pengusahaan PT. Hutan Sanggam Labanan Lestari, serta data analisis riap jenis dari petak ukur permanen. Dari hasil penelitian, ditemukan sebanyak 5 jenis dengan 163 pohon sampel yang terdiri dari Shorea pinanga, Shorea palembanicus, Shorea macroptera, Shorea macrophylla dan Shorea beccariana. Sebaran diameter cukup merata yaitu pada kisaran 12-70 cm. Penilaian karakteristik biometrik pohon berdasarkan pengelompokkan berdasarkan rasio antar dimensi pohon diameter setinggi dada (dbh), tinggi bebas cabang (tbc) dan tinggi total (ttot). Rasio dimensi pohon kelompok jenis ini mempunyai kecenderungan yang sama terutama untuk skala rasio dbh:tbc = 1.1-1.99 dan tbc:ttot = 0.6-0.79. Sedangkan rasio dbh:ttot cukup bervariasi. Rekomendasi pengembangan untuk kelompok jenis ini adalah Shorea pinanga dan Shorea macroptera.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document