Pelaksanaan pekerjaan struktur atas pada proyek gedung BPJS Kesehatan Jakarta Pusat, menggunakan beton bertulang konvensional pada pengerjaannya sehingga memerlukan waktu yang lama. Namun tingginya kebutuhan pembangunan pusat pelayanan gedung BPJS, mendorong diperlukannya metode pelaksanaan pekerjaan struktur atas yang efektif dan efisien dari ketepatan waktu, praktis, kekuatan dan kestabilan struktur. Penggunaan struktur beton bertulang pracetak sebagai salah satu alternatif teknologi dalam metode pelaksanaan pekerjaan struktur, memiliki beberapa kelebihan dibandingkan beton bertulang konvensional. Perbedaan utamanya adalah pada sambungan, mutu beton, dan erection; yang sangat berhubungan dengan biaya dan waktu pelaksanaan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung sambungan dengan menggunakan sistem sambungan basah, menganalisis aspek biaya, mutu, waktu, serta pelaksanaan pekerjaan dari penggunaan beton bertulang pracetak dengan melakukan perbandingan menggunakan beton bertulang konvensional pada proyek gedung BPJS Kesehatan Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis metode pelaksanaan pekerjaan struktur atas beton pracetak. Data yang dibutuhkan berupa Harga Satuan Pekerjaan, Standar Operasional Prosedur pelaksanaan pekerjaan beton pracetak dan harga satuan produk beton pracetak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan Project Manager. Perhitungan panjang penyaluran untuk sambungan beton pracetak mengacu pada SNI 2847:2013 sedangkan perhitungan biaya beton pracetak mengacu pada SNI 7832:2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang penyaluran (ld) untuk sambungan balok-kolom 420 mm kait 228 mm, balok-balok 320 mm kait 228 mm, antar pelat 150 mm, kolom-kolom 880 mm; biaya mengalami penurunan 25,34% dibandingkan beton konvensional; serta waktu lebih cepat 7 hari atau 11,11% di bandingkan beton konvensional, dimana beton pracetak membutuhkan waktu 56 hari.