Khazanah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

49
(FIVE YEARS 24)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

2614-3798, 2339-207x

Author(s):  
Supian ◽  
Denny Defrianti ◽  
Fatonah Nurdin

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data kualitatif dengan pendekatan interaksi simbolik, melalui sejarah tradisi butale haji serta makna dan nilai dari tradisi butale haji dalam budaya masyarakat Tigo Luhah Semurup kabupaten Kerinci. Fokus penelitian ini adalah sejarah dan makna aktivitas tradisi butale haji di Tigo Luhah Semurup. Pemahaman tentang tradisi butale haji sebagai nilai interaksi simbolik dalam budaya masyarakat Tigo Luhah Semurup yang mengikat kekerabatan dan kebersamaan. Latar belakang dari penelitian ini adalah dimulai dari interaksi masyarakat Tigo Luhah Semurup yang telah terjadi interaksi selama bertahun-tahun dan berlangsung turun-temurun hingga saat ini. Pada saat berkumpul menikmati kebersamaan dan kegotongroyongan terjadi interaksi antara satu dan yang lainnya antar sesama warga dalam kegembiraan dan keharuan mengantar saudara mereka untuk berangkat ke tanah suci Mekkah. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa masyarakat Tigo Luhah Semurup sangat menjaga tradisi butale haji ini. Aktivitas butale haji yang dilakukan dengan sadar, dengan motif dan tujuan untuk menjaga hubungan kekerabatan, kebersamaan, gotongroyong dan keikhlasan dalam melaksanakan aktivitas tradisi butale ini juga menjadi sarana komunikasi antar kerabat untuk saling mendukung dan mendoakan kepergian saudara melaksanakan ibadah haji dengan gembira tanpa meninggalkan beban dan rasa khawatir.             Kesimpulannya, aktivitas tradisi butale haji sebagai nilai penguat dan perekat hubungan kekeluargaan, kebersamaan, gotong royong, keikhlasan dalam masyarakat Tigo Luhah Semurup kabupaten Kerinci.  


Author(s):  
Badrud Tamam

Islam is a religion with the universe spirit, that made it lives and thrives in diverse society. When Islam developed outside of Arabia, it came into contact with other culture. In its interaction between Islam and other culture, creating a harmonization of islamic values with local cultures values. In the islamic scholarship this is known as the living hadist. One of the example is upacara rokat in the Madurese culture who has experienced Islamization. Origanlly, the upacara rokat came from a pre-islamic traditions.  


Author(s):  
Lisna Sandora

Minangkabau adalah suatu wilayah di Indonesia yang mempunyai adat istiadat yang mempunyai ciri khas, salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau adalah tradisi Batagak Pangulu yang diselenggarakan oleh salah satu suku yang ada di Minangkabau khususnya  di Kabupaten Lima Puluh Kota. Batagak pangulu adalah sebuah upacara adat yang berfungsi untuk memilih dan mengangkat pemimpin kaum yang baru atau mengganti pemimpin kaum yang lama. Jadi batagak pangulu merupakan upacara pergantian atau pewarisan kepemimpinan suatu kaum di dalam adat Minangkanau. Sebagai tradisi yang sangat kental dalam masyarakatnya, prosesi batagak pangulu mengandung nilai-nilai pendidikan  berupa nilai pendidikan tentang kepemimpinan, musyawarah, kerjasama, seni dan nilai sopan satun, tatakrama serta tutur kata berbahasa.


Author(s):  
Asril

Awal Islam dikembangkan di Minangkabau mendapat perlawanan oleh kaum adat sehingga terjadi perperangan yang mengakibatkan pertumpahan darah. Namun setelah kedua belah pihak menyadari bahwa perperangan tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahan, maka diadakan musyawarah di Bukit Marapalam”. Hasil musyawarah melahirkan kebijakan dengan ungkapan “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Untuk menjaga kebijakan tersebut maka hari demi hari, waktu demi waktu ungkapan tersebut diperkokoh dengan ungkapa-ungkapan bijak berikutnya seperti; Adat dan Agama Bagaikan Aur dan Tebing Keduanya Sanda Menyanda,  Syarak Mangato Adat Mamakaikan, Syarak Batalanjang Adat Basisampiang, Syarak Nan Kawi Adat Nan Lazim. Sebagai seorang ulama Syekh Sulaiman al-Rasuli, telah berjasa pula melakukan pengintegrasian adat dan agama di Minangkabau. Upayanya terlihat dari ceramah-ceramah agamanya di masjid-masjid dan dari beberapa karya tulisnya. Seperti ungkapannya” jika ada adat yang tidak sesuai dengan ajaran agama maka itu bukan adat Minangkabau namun adat jahiliah”. Kemudian ia kokohkan dengan ungkapan bijak yang belum ada pengokohan baru hingga sekarang “Adat Bapaneh Syarak Balinduang”


Author(s):  
Yulniza

Makan bajamba merupakan tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat kecamatan Tilatang Kamang sampai sekarang. Makan bajamba bagi masyarakat Tilatang Kamang bukan  hanya sekedar makan secara bersama-sama saja akan tetapi mepunyai niai-nilai tertentu yang sangat berharga dan memdidik anggota masyarakatnya untuk saling menghormati dan menghargai.. Tujuan  daripenelitian ini adalah mengambarkan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi makan bajamba di kecamatan Tilatang Kamang kabupaten Agam Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian etnografi dan pengumpulan datanya dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa makan bajamba di kecamatan Tilatang Kamang ini mengandung nilai kebersamaan, nilai etika  dan nilai silaturahmi. Banyaknya nilai yang terkandung dalam makan bajamba ini maka tradisi ini tetap dipertahankan oleh masyarakat Tilatang Kamang khususnya dalam pesta perkawinan.


Author(s):  
Johan Septian Putra

Abstract Understanding the al-Qur’an through its verses is something that must be done for followers of Islam, of course, but in the context of academics, all circles have the right to know the content of the verses of the Koran, including in this case the historical context in Al-Qur'an. The purpose of this paper is to elaborate on the understanding of history based on the verses of the al-Qur'an, as part of the basic thinking for Islamic historians. The research method used is historical research, which includes heuristics, verification, interpretation and writing. The results of the research in this paper can be concluded that the verses of the al-Qur'an contain through the stories told in them contain laws of change made by humans themselves, starting from the beginning of appearance, progress, peak of progress, decline to collapse.   Key Words: Verses of al-Qur’an, Islamic History, and Stories       Abstrak Memahami al-Qur’an melalui ayat-ayatnya adalah hal yang harus dilakukan bagi penganut agama Islam tentunya, tetapi dalam konteks akademisi semua kalangan berhak untuk mengetahui kandugan dari ayat-ayat al-Qur’an tersebut, termasuk dalam hal ini perihal konteks kesejarahan dalam al-Qur’an. Tujuan penulisan ini untuk mengelaborasi pemahaman sejarah berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an, sebagai bagian landasan berpikir bagi sejarawan Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian sejarah, yang mana mencakup heuristik, verifikasi, interpretasi dan penulisan. Hasil penelitian dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat al-Qur’an mengandung melalui kisah-kisah yang diceritakan di dalamnya mengandung hukum perubahan yang dibuat oleh manusia itu sendiri, mulai dari awal kemunculan, kemajuan, puncak kemajuan, kemunduran hingga keruntuhan. Kata Kunci: Ayat-ayat Al-Qur’an, Sejarah Islam, dan Kisah-kisah


Author(s):  
Endang Rochmiatun

Wayang Palembang merupakan kesenian tradisional berupa seni pertunjukan dengan media tiruan orang yang terbuat dari kulit.Wayang Palembang mengandung nilai-nilai budaya yang universal karena menceritakan kehidupan manusia.Seni Wayang Palembang saat ini mengalami kemunduran bahkan punah. Kajian ini akan menguraikan eksistensi Wayang Palembang melalui jejak-jejak manuskrip (naskah-naskah kuno) yang membuktikan dahulu kesenian Wayang Palembang pernah eksis.


Author(s):  
Siti Aisyah

Artikel ini menulis tentang suntingan teks naskah Melayu yang judulnya bidayatussalikiin. Isi teksnya terdapat gambar aneka senjata dan pedang yang pernah digunakan oleh Rasulullah dan para sahabat dan ragam doa orang tasawuf. Tujuan tulisan ini melakukan penyuntingan teks dan isi dari kandungan  naskah aneka senjata  dan ragam doa amalan tasawuf dengan metode penelitian naskah tunggal dengan metode penyuntingan menggunakan menggunakan edisi teks diplomatic. Suntingan teks dilakukan pada halaman pertama dan halaman terakhir dari naskah tersebut, Halaman pertamanya merupakan ke-8 atau lembaran ke 4 dari naskah tersebut dan halaman terakhirnya halaman ke 42 atau lembaran naskah ke 21. Isi dari kandungan teks dari naskah ini dilihat  pada halaman pertama sampai halaman ketujuh menampilkan berbagai macam pedang atau senjata yang digunakan Rasulullah dan para sahabat nabi, sedangkan halaman delapan sampai halaman dua puluh satu isinya tentang faedah membaca ayat-ayat tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an. Setelah itu halaman ke dua puluh dua sampai halaman kelima puluh sembilan, isinya mengenai bacaan doa bagi seorang sufi dalam melakukan berbagai ibadah dan kegiatan sosial masyarakat. Dapat disimpulkan naskah ini termasuk naskah tasawuf karena isinya memuat ajaran tentang amalan tawasuf.


Author(s):  
Muhammad Ridho Nur

The rule of the Bani Umayah was not strictly an Evil government as described by history. However, the Bani Umayan administration had advantages in various fields, especially in administration and an established economy. Friction with old empires such as Persia and Byzantium had influenced the Umayyad administration system. The filing of the Bani Umayah was more orderly, and the balance sheets began to be compiled in Arabic after the translation efforts of various documents started. This was done because the Bani Umayah area was extensive, starting from France, Italy, Sicily, Spain, North Africa to China and Russia's borders. The author conducted a literature study, collected verification documents, and reinterpreted them. The author rewrote the Umayah Bani economy's historical development, which had unique features, especially in the financial administration midwives. That was carried out by reformers such as Abdul Malik bin Marwan and Umar bin Abdul Aziz who had aged a country with experienced upheaval. Avoid premature destruction. They renewed the monetary system by creating their own currency, which had intrinsic value and did not depend on the Roman Empire and increased production to support the stability of a coin that not only relies on the strength of a more stable gold currency but was also supported by a factor of production which was also a factor. Prominent in a country that has a large area in realizing its economic stability.  


Author(s):  
Lisna Sandora

The people of Tilatang Kamang, Agam Regency, West Sumatra have a tradition, namely the tradition of khatam Qur'an children. This tradition is a celebration / gratitude for the success of children in completing their recitation of the Koran (khatam). Usually this activity is held once a year, to be precise during school holidays. This tradition is a tradition that is ingrained in the life of the Tilatang Kamang community. This Quranic tradition of khatam is also found in several other areas in Minangkabau, but each region has its own uniqueness. In Tilatang Kamang this ceremony is enlivened by barracks around the village, the aim is to inform the crowd that there are several children in this area who have successfully finished reading the Qur'an (finished their studies) and can read the Koran properly and correctly. . The ceremony ended with the announcement of the winners of the khatam participants in the recitation of the Qur'an. The research method used is descriptive qualitative with an ethnographic approach. The data collection technique was done by interview and observation, while the data analysis technique used data reduction, reflection, and conclusion. The results of this study illustrate that the Khatam Qur'an ceremony has become a tradition for the Tilatang Kamang community of the Agam Regency for children who have completed their studies and also as one of the requirements for children to continue their education to a higher level.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document