Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

62
(FIVE YEARS 34)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama

2621-8356, 1693-3079

2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 16-19
Author(s):  
Mirza Aryanto

Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan endodontik untuk mempertahankan gigi dengan bagian jaringan pulpa yang sudah terinfeksi bakteri. Irigasi saluran akar merupakan salah satu proses yang sangat penting untuk mengeliminasi bakteri dalam saluran akar. Pada saluran akar gigi dengan perawatan endodontik yang gagal ditemukan bakteri Enterococcus faecalis, sehingga diperlukan alternatif bahan irigasi yang lebih efektif. Tujuan : Menjelaskan daya hambat perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai bahan alternatif larutan irigasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis pada perawatan saluran akar. Bahan dan Metode : Sampel yang diuji berjumlah 32 berupa biakan bakteri Enterococcus faecalis dalam media agar BHI pada cawan petri. Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram kertas. Setiap 1 cawan petri dibagi menjadi 4 bagian dan diletakkan cakram kertas yang masing-masing telah diberikan perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) kosentrasi 100 % dan kontrol positif (NaOCl 2,5%). Bakteri ditanam dan diinkubasi, kemudian diencerkan dengan standar konsentrasi bakteri McFarland I (1.10 6 cfu/ml). Hasil Penelitian : Besar rerata daya hambat bakteri Enterococcus faecalis dalam perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebesar 5,8 1,8 mm, sedangkan pada larutan NaOCl 2,5% sebesar 3,9 1,1 mm. Uji hipotesis memiliki nilai p = 0,000 (p 0,05). Kesimpulan : Perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki daya hambat bakteri Enterococcus faecalis yang lebih efektif.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 35-42
Author(s):  
Ratih Widyastuti

Latar belakang: Halitosis atau bau mulut adalah bau yang tidak enak yang berasal dari rongga mulut. Halitosis menjadi permasalahan kesehatan mulut yang mempengaruhi psikologi dan kehidupan sosial. Halitosis berasal dari gas Volatile Sulfur Compounds (VSCs) yang terdiri atas hydrogen sulfida, metil merkaptan, dan dimetil sulfida. Cara mekanis menghilangkan halitosis dengan menyikat gigi dan penggunaan tongue scraper. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan menyikat gigi dengan menyikat gigi disertai penggunaan tongue scraper pada pasien halitosis.  Metode: Pasien dewasa dengan halitosis secara acak diminta untuk menyikat gigi atau menyikat gigi disertai penggunaan tongue scraper. Metode organoleptik digunakan untuk mengukur halitosis sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian: Sampel sejumlah 45 orang dibagi secara acak menjadi 2 kelompok perlakuan. Sebelum perlakuan, skor halitosis secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar ke dua kelompok. Antara sebelum dan sesudah perlakuan, secara statistik terlihat reduksi halitosis pada ke dua kelompok. Sesudah perlakuan secara statistik terdapat perbedaan skor halitosis yang signifikan antar ke dua kelompok. Kesimpulan: Terjadi reduksi halitosis baik pada menyikat gigi ataupun pada menyikat gigi disertai penggunaan tongue scraper. Reduksi halitosis pada menyikat gigi disertai penggunaan tongue scraper lebih besar dibandingkan hanya dengan menyikat gigi saja. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perawatan pasien halitosis.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 43-48
Author(s):  
Natalina - Natalina

Latar belakang. Masalah pulpa dan periodontal menyebabkan lebih dari 50% kehilangan gigi. Kasus pada laporan kasus ini merupakan lesi primer endodontik dan lesi sekunder periodontal dan secara klinis terdapat sinus tract. Kondisi ini merupakan kasus yang secara kolaborasi dikerjakan oleh bidang konservasi gigi dan bidang periodonsia untukmemdapatkan hasil yang maksimal. Kasus. Terdapat tiga kasus lesi endodonti-periodontal, dua merupakan kasus (gigi 21 dan 37) yang setelah beberapa tahun dilakukan perawatan saluran akar (PSA) mengalami pembentukan sinus tract, dan satu kasus (gigi 47) yang setelah PSA namun tidak memeperlihatkan perbaikan sinus tract yang terbentuk di gingiva. Tindakan bedah flap periodontal dilakukan untuk mencari penyebab, menghilangkan jaringan granulasi, dan memperbaiki kerusakan tulang alveolar yang terjadi. Seluruh kasus terlihat terdapat kerusakan tulang anguler di daerah furkasi pada gigi posterior (37 dan 47), dan daerah interdental pada gigi anterior (21); satu kasus (gigi 21) mengalami fenestrasi di fasial. Defek tulang anguler dan daerah fenestrasi setelah dibersihkan dari jaringan granulasi yang terinfeksi, diisi dengan graf tulang dan ditutup oleh membran pericardium sebagai guided tissue regeneration (GTR), kemudian dijahit. Kontrol 14 hari setelah tindakan bedah, sinus tract  telah hilang dan warna gingiva normal. Kesimpulan. Lesi endodontik-periodontal yang memperlihatkan sinus tract yang persisten setelah perawatan saluran akar merupakan indikasi adanya kerusakan periodontal yang kompleks. Defek periodontal kompleks bisa diperbaiki dengan tindakan bedah regeneratif.Kata kunci. Lesi endodontik-periodontal, sinus tract, defek tulang anguler, fenestrasi Abstract Background. Dental pulp and periodontal problems account for more than 50% of tooth loss. The cases in this case report were primary endodontic lesions and secondary periodontal lesions and clinically contained a sinus tract. This report is a collaborative carried out by the conservative dentistry and periodontics to obtain maximum results. Case. There were three cases of endodontic-periodontal lesions, two were cases (teeth 21 and 37) where after several years of root canal treatment had sinus tract formation, and one case (tooth 47) after endodontic treatment but did not show any improvement in the sinus tract in the gingiva. Periodontal flap surgery is performed to find the cause, remove the granulation tissue, and repair the alveolar bone damage that has occurred. All cases showed angular bone defects in the furcation areas of the posterior teeth (37 and 47), and the interdental areas of the anterior teeth (21); one case (tooth 21) had facial fenestration. Angular bone defects and areas of fenestration after cleaning of infected granulation tissue, filled with bone graft and covered by pericardial membrane as guided tissue regeneration (GTR), then sutured. Control 14 days after surgery, the sinus tract was gone and the gingival color was normal. Conclusion. Endodontic-periodontal lesions showing persistent sinus tracts after root canal treatment are indicated of complex periodontal damage. Complex periodontal defects can be corrected with regenerative surgery.Keywords. endodontic-periodontal lesions, sinus tract, angular bone defect, fenestration


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 9-15
Author(s):  
Irsan Ibrahim
Keyword(s):  

Latar belakang: Resin komposit memiliki beberapa sifat yaitu menyerupai warna gigi dan dapat diaplikasikan langsung ke dalam kavitas gigi sehingga memiliki keuntungan dalam segi estetika dan waktu. Resin komposit flowable adalah salah satu jenis resin komposit yang memiliki tingkat viskositas yang rendah dan banyak digunakan pada kavitas servikal, pasien anak-anak dan restorasi pada bagian yang tidak mendapatkan tekanan yang tinggi. Salah satu penyebab perubahan warna pada resin komposit adalah polimerisasi yang tidak sempurna yang diakibatkan oleh kurangnya waktu penyinaran ataupun rendahnya intensitas sinar LED. Tujuan: Menjelaskan pengaruh perbedaan intensitas sinar LED terhadap perubahan warna pada resin komposit flowable. Metode: Penyinaran dilakukan pada intesitas sinar LED 2400 mW/cm2 selama 2 detik dan intesitas sinar LED 600 mW/cm2  selama 20 detik  untuk melihat perbedaan warna pada resin komposit flowable. Pengukuran warna resin komposit dilakukan menggunakan spectrophotometer Vita EasyShade untuk melihat nilai light, chrome, dan hue pada resin komposit. Analisis data menggunakan uji parametrik T-test Independent. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai light, chroma, dan hue pada pada resin komposit flowable yang disinar dengan intensitas sinar LED 2400 mW/cm2 dan dengan intensitas sinar LED 600 mW/cm2. Kesimpulan: Terjadi perubahan yang signifikan pada warna light, chroma, dan hue pada pada resin komposit flowable yang disinar dengan intensitas sinar LED 2400 mW/cm2 selama 2 detik.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 20-26
Author(s):  
Michael Reinhart Adiwinata ◽  
Sri Lestari

Latar belakang: Karies gigi merupakan salah satu masalah gigi dan mulut yang sering dijumpai serta tidak jarang diabaikan oleh masyarakat. Penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk menjaga ataupun mencari pengobatan gigi dan mulut sejak usia dini, khususnya melalui seorang ibu yang lebih berperan di dalam rumah tangga. Tujuan: untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang karies gigi dan tindakan pencarian pengobatan. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui google form yang berisi tentang pengetahuan dan tindakan pencarian pengobatan. Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan aplikasi statistik JASP (Jeffrey’s Amazing Statistic Program).Jumlah responden sebanyak 85 responden. Hasil: Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan karies gigi dengan kategori baik sebanyak 71%,  kategori cukup  19%  dan  kategori  kurang 10%.  Untuk tindakan pencarian pengobatan dengan kategori baik sebanyak 38%,  kategori cukup  40% dan kategori kurang 22%. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang karies gigi dengan kategori baik dan tindakan dalam pencarian pengobatan dengan kategori cukup.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Dewi Lidya Ichwana Nasution

Red betel leaf (Piper crocatum) contains useful chemical compounds like alkaloid, saponin, tannin, and flavonoid which have an anti-inflammatory and antibacterial characteristics. Previous research shows red betel leaf has a better bactericidal profile than the green ones. The red betel leaf extract is already proven to disturbing the growth of periodontal causative bacteria in an earlier study. Any ingredient or chemical contents on food and drug shall run a toxicity test before permitted to use generally. This study’s purpose is to investigate the acute toxicity effect of red betel leaf extract as a periodontal pocket therapy ingredient. The acute toxicity experimental is conducted on Swiss webster mice which divided into six groups consisting of 4 males and four females each. The dose given to the subject is a single dose by the oral route as amount as the twice maximal tolerated dose that is 10000, 5000, 2500, 1250, and 625 mg/kg BW. The weight of mice is measured every day from day-1 until day-14 after that (on day-15) the mice are cut to counting relative organ index. The collected data is analyzed using The One-way ANOVA test and continues with the posthoc Tucay test. This study result shows that red betel leaf extract with doses 10000, 5000, 2500, 1250, and 625 mg/kg BW given acutely doesn’t generate a significant change in weight and relative organ index of the test’s subject. Based on this result, it can be concluded that red betel leaf extract is not toxic. 


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 45-50
Author(s):  
Pocut Aya Sofya

Candida albicans dapat berpenetrasi pada resin akrilik dan berkembang biak pada gigi tiruan sehingga dapat menginfeksi jaringan lunak yang menyebabkan denture stomatitis. Lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki sifat anti jamur yang menurut penelitian efektif untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh lidah buaya (Aloe vera L.) sebagai pembersih gigi tiruan terhadap jumlah Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik heat cured. Subjek penelitian diinkubasi dalam suspensi Candida albicans selama 24 jam pada suhu 37°C. Subjek penelitian berupa lempeng akrilik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok yang direndam dalam ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) konsentrasi 75 %, 100 % dan akuades sebagai kelompok kontrol. Setelah diberi perlakuan, spesimen tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9 % 10 ml dan digetarkan dengan vortex selama 30 detik, kemudian 0,1 ml dari larutan tersebut dibenihkan ke dalam Sabouraud Dextrose Agar. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) konsentrasi 75 % dan 100 % dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka terdapat pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) sebagai pembersih gigi tiruan terhadap pengurangan jumlah Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik heat cured.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 67-72
Author(s):  
Desy Fidyawati

Background: Relationship between periodontal tissue and aesthetic considerations is an important thing to determine the form, function and aesthetics of periodontal tissue itself. For orthodontic cases with gingival enlargement, using the biological width concept in gingivectomy to facilitate an optimal oral hygiene maintenance, function and aesthetic. Bone sounding before gingival recontouring is dictated by the distance from the gingiva crest to alveolar crest. Recommended distance between margins restoration and alveolar bone crest is 3 mm to avoid breaching the biologic width.Case and Case Management: Case 1: A 21 years old female patient whom referred from orthodontist with gingival enlargement in upper front teeth after treated with fixed orthodontic for 1.5 years. PBI: 1,6. After clinical examination, bone sounding was performed = 7mm and gingivectomy without ostectomy was determined. Case 2: A male patient, 24 years old, with gingival enlargement in upper front teeth while treated with fixed orthodontic. After determined the problem, bone sounding (6 mm) was performed along with gingivectomy without ostectomy also for anterior upper right site.Conclusion: The purpose of this report is to provide a diagnostic rationale for gingival recontouring. When gingivectomy is determined, the concept of biological width must be applied achieve a harmonious gingival contour with an optimal oral hygiene maintenance.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 51-56
Author(s):  
Pinka Taher

Latar belakang: Penggunaan antibiotika sebagai terapi dasar dalam penyakit infeksi harus dilakukan secara bijak dan rasional. Penggunaan antibiotika yang rasional adalah penggunaan antibiotika yang tepat dalam hal diagnosis, indikasi penyakit, pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian, interval waktu pemberian, lama pemberian, penilaian kondisi pasien, serta waspada terhadap efek samping. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan peningkatan biaya pengobatan, risiko terjadinya efek samping obat, dan juga resistensi antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat retrospektif, datanya diambil dari 60 rekam medis yang memuat pemberian resep antibiotika pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta periode Juni-Juli 2019. Data penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan kriteria Gyssens dkk. Hasil: Penggunaan antibiotika pada penelitian ini yang rasional sebesar 68,3%, sedangkan yang tidak rasional terdiri dari 15% disebabkan oleh adanya antibiotika lain yang kurang toksik atau lebih aman, 10% disebabkan oleh adanya antibiotika lain yang lebih efektif dan 6,7% disebabkan oleh penggunaan antibiotika tanpa indikasi. Kesimpulan: Penggunaan antibiotika yang rasional pada pasien poli gigi salah satu rumah sakit pendidikan di Jakarta sebesar 68,3%.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 57-66
Author(s):  
Fidya Kemala Putri

Background : Dental caries is still one of the most common problems in Indonesia, not only in adults but also in children. The prevalence of dental caries in Indonesian primary schools is almost 60-80%. Caries is a multifactorial disease caused by host (teeth), microorganism, carbohydrates, and time. Early childhood caries (ECC) is one of the most prevalent diseases in children worldwide. ECC driven by oral microorganism which is mainly caused by sugar rich-foods. In addition, poor oral hygiene and  removal of dental plaque leads to the rapid development of ECC.The goal of this treatment is to prevent malocclusion of the teeth and maintain the growth and development of the child. Case report : A6-year-old girl with ECC and poor oral hygiene is given comperhensive treatment, such as restoration, endodontic treatment, extraction and space management. Conclusion: Comperhensive treatment was successful and both patient and parent were satisfied with the treatment.This can be seen from the plaque control of the child before and after the toothbrush during the visit and the space available for replacement teeth is sufficient. The pre-toothbrush control at the February 2020 visit was 25% and then the toothbrush 19%, which were 75% and 35.5% previously.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document