Adaptation and validation of PCNE drug-related problem classification v6.2 in French-speaking Belgian community pharmacies

2019 ◽  
Vol 41 (1) ◽  
pp. 244-250 ◽  
Author(s):  
M. Koubaity ◽  
M. Lelubre ◽  
G. Sansterre ◽  
K. Amighi ◽  
C. De Vriese
2008 ◽  
Vol 30 (6) ◽  
pp. 777-786 ◽  
Author(s):  
Jean-Marc Krähenbühl ◽  
Bertha Kremer ◽  
Bertrand Guignard ◽  
Olivier Bugnon

2019 ◽  
pp. 30-40
Author(s):  
Ruri Renggani Sandra ◽  
Della Midi Wardhani ◽  
Woro Supadmi

   Autism spectrum disorders (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf dengan penyebab yang kompleks dari banyak fakor Penggunaan obat pada pasien autis harus dimonitoring untuk mencegah terjadinya drug related problems. Intervensi farmasis dengan mengidentifikasi kejadian drug related problem adalah kegiatan pelayanan asuhan kefarmasian untuk meningkatkan keberhasilan terapi. Penelitian ini adalah observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif berdasarkan data rekam medik. Evaluasi kejadian drug related problems meliputi indikasi yang tidak diterapi, terapi tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, overdosis, under dosis, adverse drug reactions dan interaksi obat. Literatur yang digunakan sebagai acuan adalah Drug Information Handbook, 18thed, Stockley Drug Interaction, Drugs Interaction Facts 2001, dan Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 2005 dan jurnal yang relevan.   Hasil penelitian diperoleh pasien dengan jenis kelamin laki-laki 20 pasien (77%), perempuan 6 pasien (23%). Usia antara 6-11 tahun yaitu 15 pasien (58%), 1-5 tahun terdapat 9 pasien (34%), usia <1 tahun dan 12-17 tahun masing-masing sebanyak 1 pasien (4%). Penyakit penyerta ISPA merupakan kasus yang paling banyak terjadi, terbanyak kedua adalah epilepsi dan gastroenteritis akut (GEA). Kejadian DRPs Indikasi tidak diterapi 9%, Terapi tanpa indikasi 9%, Pemilihan obat tidak tepat 9%, Over dosis 31%, Under dosis 33% dan interaksi obat 9%.   Terdapat 24 pasien ( 92,3%) yang mengalami DRPs potensial dan 2 pasien (7,7%) yang tidak mengalami. Kriteria DRPs dengan persentase tertinggi adalah under dosis sebanyak 33% dan over dosis sebanyak 31%.


WARTA FARMASI ◽  
2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 37-49
Author(s):  
Musdalipah Musdalipah ◽  
Eny Nurhikma ◽  
Sartika Sartika

ABSTRAK Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah bagian dari asuhan kefarmasian (parmaceutical care) yang menggambarkan suatu keadaan, dimana profesional kesehatan (apoteker) menilai adanya ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi DRPs penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit kota Kendari dengan kategori polifarmasi, interaksi obat dan interval dosis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional, sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien pediatrik yang menderita ISPA. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana. Data diolah secara deskriptif dan di jabarkan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan identifikasi DRPs (Drug Related Problems) dari 30 pasien penderita ISPA di temukan 11 (36,66%) pasien (43,33%) mengalami DRPs kategori polifarmasi, dan 4 pasien (13,33%) mengalami DRPs kategori interval dosis dan tidak di temukan DPRs kategori interaksi obat. Kata Kunci     : DRPs, Peresepan, ISPA, Pediatrik   ABSTRACT Drug Related Problem (DRP) is a part of pharmaceutical care that describes a situation in which the health professional (pharmacist) assesses a treatment discrepancy in achieving actual therapy. The purpose of this research was identification patient of ISPA (Acute Respiratory Infection) at Pharmacy Installation of Kendari Hospital with Polifarmacy category, drug interaction and dose interval. This research uses descriptive method with Cross Sectional approach, the sample in this research is recipe of pediatric patient suffering from ARI. Sampling using simple random method. Data is processed descriptively and described in the form of narration. The results of this study indicate that based on the identification of DRPs (Drug Related Problems) it can be concluded that from 30 patients with respiratory infection found 11 patients (36.66%) experienced DRPs polifarmation category, and 4 patients (13.33%) experienced DRPs category interval Dose and not found DPRs drug interaction category. Keywords : DRPs, Prescribing, ISPA, Child


Author(s):  
Olatz Urbina ◽  
Olivia Ferrández ◽  
Sònia Luque ◽  
Santiago Grau ◽  
Sergi Mojal ◽  
...  

2004 ◽  
Vol 38 (5) ◽  
pp. 859-867 ◽  
Author(s):  
JW Foppe van Mil ◽  
LO Tommy Westerlund ◽  
Kurt E Hersberger ◽  
Marion A Schaefer

2021 ◽  
Author(s):  
bezie Kebede ◽  
abinet abebe

Abstract Background: Bacterial meningitis is considered a medical emergency and it is a life-threatening infection that requires immediate treatment. However, even with an early diagnostic approach and adequate treatment with effective antibiotics, death and different complications may occur.Objective: This study aimed to assess drug related problems and its association on bacterial meningitis related complication.Method: A prospective hospital-based observational study was conducted at the pediatric ward of Hiwot Fana Specialized teaching hospital, Harar. This study was conducted longitudinally for consecutive one year from December 30/2019-Juanuary 1/2021 admitted to pediatrics ward. All pediatrics admitted with the diagnosis of bacterial meningitis and fulfilled the inclusion criteria. To identify independent predictors of bacterial meningitis related complication, binary logistic regression model were used using STATA, version 14.2. Stastical significance was declared at p<0.05Result: After 1 year follow up, 384 children were included in this study with a response rate of 98.1%. Males(55.73%) outnumbered. The mean age and cerebrospinal fluid protein were 5.01±0.19 and 60.5±4.53 respectively. Nearly half of the child had co-morbidity in addition to admission diagnosis, meningitis. Two hundred twenty four(58.33%) patients exposed to at least one type of drug related problem. One hundred twenty one (31.51%) children were developed bacterial meningitis related complications. Drug related problem(AOR=6.26, 95%CI: 3.58-10.93), cerebrospinal fluid protein(AOR=9.38, 95%CI: 9.81.9-96), age(AOR=0.01, 95%CI: 0.13-0.19), duration of illness(AOR=) and co-morbidity(AOR=13.18, 95%CI: 1.81-5.6) were absolutely associated with the occurrence of complication. Conclusion: Drug related problem and associated complications were substantial among children admitted with meningitis. This study identified significant association between drug related problem and complication. Health professional shall prevent drug related problem to prevent associated complication.


Author(s):  
Lamtiar Parulian Parulian ◽  
Ening Listyanti ◽  
Anita Kumala Hati ◽  
Istianatus Sunnah

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi secara  umum diindonesia sebesar 26,5% dengan proporsi  serbesar berada di Jawa Tengah yaitu 57,89%. Polifarmasi secara signifikan bisa meningkatkan resiko interaksi obat dimana interaksi obat merupakan salah satu faktor penting dalam drug related problem yang dapat mempengaruhi outcome terapi pasien. Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related problem) yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien, dengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini dan kecenderungan terjadinya praktik polifarmasi, maka kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan interaksi obat dalam resep polifarmasi pada pasien yang mendapat terapi obat antihipertensi di instalasi farmasi RSP dr. Ario Wirawan Salatiga. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan  resep pasien hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Paru Ario Wirawan Salatiga periode Januari-Maret 2019  sebanyak 72 sampel yang termasuk ke dalam kriteria inklusi. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan Drug Interaction Facts dan di analisis dengan Spearman test. Diperoleh data bahwa jumlah interaksi obat-obat yang terjadi (51,39%). Pola mekanisme yang terbanyak adalah farmakokinetik (53,97%) dengan tingkat keparahan yang terbanyak adalah minor (42,86%). Hasil menunjukkan adanya korelasi antara jumlah obat dengan kejadian interaksi (r=0,986, p=000) adanya hubungan yang sangat signifikan.Kata kunci : Interaksi Obat, polifarmasi, terapi obat hipertensi.Hypertension is a common problem in developing countries. Based on the basic health research  in 2013, the prevalence of hypertension in Indonesia was 26.5% with a large proportion in Central Java at 57.89%. Polypharmacy can significantly increase the risk of drug interactions where drug interactions are an important factor in drug related problems that can affect the outcome of patient therapy. Drug interaction is one of eight categories of drug-related problems that can affect a patient's clinical outcome. Increasing complexity of the drugs used in current treatment will raise the tendency for polypharmacy to occur, resulting higher chance for the drug interaction possibility.This study is aimed to find relationship of drug interactions with polypharmacy prescriptions by patients receiving antihypertensive drug therapy in Dr. Ario Wirawan Hospital. This study was conducted retrospectively using the outpatient prescription that entered the inclusion criteria at Dr. Ario Wirawan Hospital Salatiga. A total of 72 samples that included in the inclusion criteria. Data were analyzed descriptively using Drug Interaction Facts and analyzed by Spearman test. Result showed that the number of drug interactions that occurred (51,39%). The most mechanism pattern of the drug interaction was pharmacokinetics (53,97%) with the highest severity level being minor (42,86%). This study showed that there is a a very significant correlation between the number of drugs and interactions (r = 0.986, p = 000).Keywords : Drug interactions, polypharmacy, hypertension drug therapy  


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 20-25
Author(s):  
Mutiara Hartiwan ◽  
Ilham Alifiar ◽  
Maritsa Nur Fatwa

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related problem)yang diidentifikasikan sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat mempengaruhi luaranklinis pasien.Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama terhadap penyakit jantung, gagaljantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal. Penelitian ini bertujuan untukmelihat profil penggunaan obat antihipertensi dan obat lainnya, dan untuk melihat interaksi obatpotensial antihipertensi yang diberikan pada pasien hipertensi yang dirawat di RSUD dr. SoekardjoKota Tasikmalaya periode April-Mei 2017. Pengambilan data dilakukan secara prospektif, data pasiendidapatkan dari ruang rawat inap pasien dan wawancara.Data dianalisis menggunakan statistik danDrug Interaction Facts sebagai acuan. Hasil penelitian menunjukkan dari 90 pasien hipertensi yangmengalami interaksi obat potensial sebanyak 68 pasien, jumlah kasus 234 interaksi obat potensialdengan tingkat signifikansi yang paling banyak yaitu non signifikansi sebanyak 170 kasus (72,6%)dan tingkat keparahan dari penelitian ini yang paling banyak yaitu moderate 135 kasus (57,2%)yang berarti memberikan efek yang sedang, dimana dapat menyebabkan kerusakan pada organsehingga membutuhkan pengobatan tambahan, tingkat keparahan yang paling sedikit terjadi yaitutingkat mayor sebanyak 29 (12,2%).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document