Jurnal Kefarmasian Akfarindo
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

29
(FIVE YEARS 21)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

2528-7265, 2528-7257

2020 ◽  
pp. 19-26
Author(s):  
Monik Krisnawati

Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia and metabolic abnormality of carbohydrates, fats, and proteins caused by decreased insulin sensitivity. Glibenclamid as a synthesis drug or traditional medicine such as Sambiloto Capsule could use for diabetes mellitus. Hereditary, people have been using decoction of Sambiloto’s leaves to prevent cold, influenza, fevers, jaundice. The bitterness of Sambiloto (Andrographis paniculata) was also believed to cure diabetes. The purpose of this research was to compare between Sambiloto capsule with Glibenclamid on white male mices DDY strain. The research method was an experimental study using pre and post test control group design, using 15 white male mices DDY strain which were given a glucose load and divided into 3 groups. Negatif control group (CMC Na), positive control group (Glibenclamid), and test group (Sambiloto Capsules). The results blood glucose level of this research was analyzed using Paired T-test and with the 95 % convidence level. The comparison test of antidiabetes activity between Sambiloto Capsule and Glibenklamid on white male mice DDY strain showed that the Sambiloto Capsule had antidiabetic activity viewed from the average decline in blood glucose levels. The degradation of blood glucose levels in Glibenklamid group was faster than Sambiloto Capsule group indicated by the statistical analysis using Paired T-test with the significance level smaller than 0,05 and showed by T-value was great than T-tabel. Conclusion of the research showed that the activity Sambiloto Capsules anti diabetic.


2020 ◽  
pp. 13-18
Author(s):  
Rahmawati Azizah Istiqomah ◽  
Fara Azzahra
Keyword(s):  
T Test ◽  

Abstrak Daun belimbing wuluh mengandung flavoniod, saponin, tanin, sulfur,peroksidase. Ekstrak etanol daun belimbing wuluhdiformulasikanmenjadi sediaan krim. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik fisik krim ekstrak etanol daun belimbing wuluh. Penelitian ini merupakan eksperimental dengan metodelogi posttest only control group design.Ekstrak hasil maserasi diformulasikan menjadi krim menggunakan basis asam stearat.Krim dibuat menjadi FI formula kontrol (basis krim) dan FII krim dengan ekstrak etanol daun belimbing wuluh. Krim diuji organoleptis,pH, homogenitas, dan daya sebar. Data dianalisis menggunakan SPSS, uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. Perbedaan karakteristikFI dan FII diuji menggunakanIndependent sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap organoleptis dan pH krim. Warna FII hijau kecoklatan sedangkan warna FI putih. Hasil pH FII 5,66 ± 0,10 dan FI 6,5 ±  0,15, hasil uji Independent T-test pH krim menunjukkan hasil (Sig<0,05), ini berarti terdapat perbedaan signifikan antara nilai pH FI dan FII.Hasil uji daya sebar dan homogenitas tidak memiliki perbedaan signifikan antara FI dan FII. Rerata daya sebar FI 6,41 ± 0,35 cm dan rerata daya sebar FII 6,77 ± 0,11 cm. FI dan FII menunjukkan hasil homogen. Kesimpulan penelitian yaitu ekstrak etanol daun belimbing wuluh dapat dibuat dalam sediaan krim dan memiliki sifat fisik yang baik.


2020 ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Muhammad Muhlis ◽  
Triatmi Yanuartati

Abstrak Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan, maka pemerintah mensyaratkan kosmetika yang beredar harus memenuhi persyaratan teknis meliputi penandaan yang di dalamnya terdapat nomor notifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan penandaan dan kesesuaian nomor notifikasi kosmetika yang tergolong dalam kategori sediaan perawatan kulit, sediaan pewarna rambut, sediaan rias mata, sediaan rias wajah, dan sediaan kuku yang diperdagangkan di salah satu swalayan di Yogyakarta. Penelitian ini digunakan metode observasional. Data penandaan dan nomor notifikasi terhadap lima kategori kosmetika yang kemudian dievaluasi dengan ketentuan kosmetika yang berlaku dan termuat dalam Peraturan Kepala BPOM RI. Hasil penelitian didapatkan jumlah total 1.083 produk kosmetika dari lima kategori yang dievaluasi, kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan kelengkapan penandaan sejumlah 87%. Ketidaklengkapan penandaan didominasi oleh tidak adanya informasi peringatan/keterangan lain pada produk. Diketahui sejumlah 42% kosmetika disertai dengan nomor notifikasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena telah habis masa berlakunya dan harus diperpanjang untuk dapat diedarkan kembali. Disimpulkan bahwa hanya sebesar 13% kosmetika yang telah memenuhi persyaratan kelengkapan penandaan dan sejumlah 58% kosmetik telah disertai dengan nomor notifikasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.   Kata kunci : kosmetika, penandaan, nomor notifikasi.


2020 ◽  
pp. 7-12
Author(s):  
Shahnaz Desianti Khoiriyah ◽  
Rani Ratnawati ◽  
Eli Halimah

Resistensi antibiotik menjadi salah satu topik yang mendapat perhatian lebih dari pemerintah Indonesia. Pada PMK No. 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit mewajibkan Rumah sakit untuk membentuk tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) di Rumah Sakit. Tugas dari tim pelaksana PPRA diantaranya melakukan evaluasi penggunaan antibiotik. Metode ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Daily Defined Dose) digunakan untuk evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik dalam satuan jumlah ATC/DDD dan mengetahui antibiotik yang termasuk kedalam DU90% (Drug Utilization 90%) pada pasien rawat jalan di poli penyakit dalam (Internis) di RS Al-Islam Bandung. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara retrospektif. Pengamatan dilakukan pada resepOktober-Desember 2019 sebanyak 990 resep. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa 12% resep menggunakan antibiotik dan 88% resep tidakmenggunakan antibiotik. Isoniazid merupakan antibiotik dengan nilai ATC/DDD tertinggi yaitu 163750 dan amoxycillin merupakan antibiotik dengan nilai ATC/DDD terendah yaitu sebesar 750. Antibiotik yang termasuk kedalam DU90% adalah isoniazid, rifampisin, ethambutol dan pyrazinamide.


2020 ◽  
pp. 21-26
Author(s):  
Ariadne Bingarwati ◽  
Harti Astuti

  Remaja akan mengalami masa kematangan seksual dan tercapainya kedewasaan yang disebabkan karena kematangan fungsi endokrin. Salah satu kematangan seksual yaitu terjadinya menstruasi yang merupakan proses biologis dari tubuh. Selama masa menstruasi kebanyakan remaja puteri akan seringmengalami dismenore primer atau nyeri haid, kemungkinan lebih dari 50% perempuan mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja puteri tentang penanganan nyeri haid.  Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan menggunakan kuisioner. Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan rumus slovin adalah 78 responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisis hasil persentase tiap kuisioner dan kategori tingkat pengetahuan yang terdiri dari baik, cukup dan kurang.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja puteri yang memperoleh pengetahuan baik mengenai penanganan nyeri haid sebanyak 47 orang (60,3%); cukup sebanyak 30 orang (38,5%) dan kurang sebanyak 1 orang (1,3 %). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja puteri mengenai penanganan nyeri haid sudah baik.


2020 ◽  
pp. 15-20
Author(s):  
Dian Ratna Rianti ◽  
Nadia Rahmi ◽  
Yena Septianingrum

  Buah pare (Momordica charantia L.) memiliki senyawa flavonoid yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Berdasarkan efektifitas penggunaan sediaan topikal, gel memiliki banyak kelebihan. Untuk menentukan kualitas dan keamanan sediaan gel diperlukan uji stabiltas fisik selama masa penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik sediaan gel dengan bahan aktif berbentuk serbuk dan ekstrak dari buah pare dengan basis karbopol 1%.  Formulasi sediaan gel dilakukan dengan menggunakan 3 formula yaitu F1 (gel serbuk freeze dried buah pare), F2 (gel ekstrak etanol buah pare), F3 (Basis). Gel diuji stabilitas fisik meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, daya lekat, daya sebar. viskositas.  Hasil pengujian stabilitas fisik F1 pada penyimpanan minggu ke 4 menunjukkan sediaan tidak homogen dan terjadinya perubahan warna pada sediaan menjadi lebih pucat, daya lekat, dan viskositas. F2 menunjukkan perubahan nilai daya sebar dan viskositas. F3 mengalami perubahan pada daya lekat.Penambahan bahan aktif (buah pare) dalam bentuk serbuk mempengaruhi stabilitas fisik yaitu homogenitas, warna, daya lekat dan viskositas. Penambahan ekstrak etanol buah pare dalam sediaan gel mempengaruhi stabiltas fisik daya sebar dan viskositas.


2020 ◽  
pp. 8-14
Author(s):  
Dewi Fitriani Puspitasari ◽  
Amor Sofandi

  Penuaan kulit dapat menimbulkan perubahan estetika kulit. Perubahan estetika kulit disebakan oleh beberapa hal seperti xenobiotik, polutan, dan radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif. Buah kupa merupakan buah yang mengandung senyawa antoxianin yang berfungsi sebagai antioksidan. Emulgel merupakan sediaan yang menjanjikan untuk digunakan secara topikal. Kelebihan dari sediaan emulgel mampu mencegah oksidasi senyawa aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasi dan menguji karakteristik fisik sediaan emulgel buah kupa.  Serbuk kering buah kupa yang disari dengan larutan HCl mampu menjaga terjadinya perubahan warna dari filtrat. Emulsi primer yang mengandung antoxianin selanjutnya didispersikan kedalam emulsi sekunder yang mengandung gelling agent.  Hasil formulasi menghasilkan karakteristik fisik sediaan emulgel yang baik, yakni memiliki daya sebar, daya lekat dan pH yang memenuhi persyaratan.


2020 ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Rina Dwi Suryani Kusumaningtyas ◽  
Octariana Sofyan
Keyword(s):  

  Masyarakat cenderung melakukan pengobatan sendiri tanpa didasari pengetahuan yang memadai mengenai obat yang dikonsumsi. Informasi tentang cara pengobatan sendiri yang mereka dapatkan sebagian besar dari pengalaman orang lain dan hanya 5,36% informasi dari petugas kesehatan. Sedikitnya informasi yang diperoleh oleh responden dalam melakukan pengobatan sendiri dapat mempengaruhi pengetahuan responden sehingga dapat menyebabkan kesalahan pengobatan Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang obat pada masyarakat. Mengetahui tingkat pengatahuan dan pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan tentang penggolongan obat pada masyarakat Dusun Tegalkemuning Kota Yogyakarta.  Penelitian dilakukan menggunakan metode quasi eksperimental dengan rancangan one group pre-test post-test dengan jumlah sampel 70 responden. Analisa data menggunakan uji t berpasangan.  Hasil penelitian yang di dapatkan yaitu sebelum pemberian intervensi penyuluhan memiliki kategori pengetahuan kurang sebesar 97.14% dan kategori pengetahuan cukup sebesar 2.86% setelah pemberian intervensi penyuluhan terjadi peningkatan untuk kategori pengetahuan cukup menjadi sebesar 52.85%sedangkan untuk kategori baik menjadi sebesar 47.15%. Dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi penyuluhan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan tentang penggolongan obat yang dapat dilihat dari hasil uji signifikan p (0.000) < 0.05


2020 ◽  
pp. 27-35
Author(s):  
Latifatun Muthoharoh ◽  
Dian Ratna Rianti
Keyword(s):  

  Pemanfaatan daun kelor dalam sediaan krim dengan kandungan flavonoid berfungsi sebagai antioksidan. Penambahan ekstrak berpengaruh pada stabilitas sediaan krim dikarenakan adanya perbedaan polaritas dengan basis krim sehingga diperlukan uji stabilitas. Pengujian stabilitas fisik diperlukan untuk menjamin sediaan krim tetap memenuhi persyaratan selama masa penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik krim ekstrak daun kelor terkait organoleptik, homogenitas, pH, daya lekat, daya sebar, dan viskositas dalam penyimpanan suhu ruang selama 4 minggu dan membandingkan stabilitas fisik krim dengan ekstrak dan tanpa ekstrak. Ekstraksi secara maserasi menggunakan etanol 70%, dilanjutkan uji flavonoid ekstrak dan pembuatan krim. Hasil pengujian dianalisis menggunakan SPSS 23.0 dengan uji Repeated ANOVA. Data disajikan dalam bentuk mean ± SD dengan taraf kepercayaan 95%.  Uji organoleptik dan homogenitas menunjukan tidak adanya perubahan dan sediaan homogen. Hasil uji pH sediaan krim ekstrak daun kelor pada minggu ke-0, 2 dan 4 berturut-turut 6,38, 6,32 dan 6,42, uji daya lekat yaitu 1,66 detik, 2,08 detik dan 1,42 detik, dan daya sebar yaitu 6,01 cm, 6,15 cm dan 4,99 cm. Pengujian viskositas sediaan krim ekstrak daun kelor mengalami penurunan dari 667,11 cps menjadi 574,38 cps.         Penambahan ekstrak daun kelor mempengaruhi stabilitas fisik krim terkait pH, daya lekat, daya sebar dan viskositas. Terdapat perbedaan yang signifikan pada perbandingan stabilitas antara kedua formula pada parameter pH.


2019 ◽  
pp. 42-50
Author(s):  
Erma Yunita ◽  
Siti Fatimah ◽  
Deni Yulianto ◽  
Vedy Trikuncahyo ◽  
Zihan Khodijah

  Daun asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan tanaman yang memiliki banyak khasiat. Kandungan senyawa kimia yang terkandung salah satunya Kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang dapat digunakan sebagai anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas Kuersetin dari daun asam jawa sebagai anti inflamasi terhadap protein COX-1 dan COX-2 secara in silico. Ekstrak daun asam jawa diperoleh dengan maserasi bertingkat menggunakan heksan dan etanol. Kadar Kuersetinnya dihitung secara spektrofotometri UVVis. Konfirmasi aktivitas antiinflamasi dilakukan secara in silico. Protein yang digunakan adalah 6COX, 3PGH, dan 1EQH. Kuersetin sebagai senyawa aktif sedangkan Aspirin digunakan sebagai zat pembanding. Preparasi ligan Kuersetin menggunakan MarvinSketch kemudian preparasi protein target 6COX, 1EQH, dan 3PGH menggunakan YASARA. Selanjutnya melakukan molecular docking menggunakan program PLANTS. Parameter evaluasi validasi dapat dilihat dari nilai Root Mean Square Deviation (RMSD), dimana nilai RMSD yang diterima adalah kurang dari 2Å. Kadar Kuersetin yang diperoleh dalam ekstrak dalam daun asam jawa sebesar 31,26 mg/g. Hasil docking menunjukkan bahwa Kuersetin mampu berinteraksi dengan 1EQH, 3PGH, dan 6COX dimana skor dockingnya masing-masing adalah -77,6195; -75,1344; dan -82,2454, sedangkan hasil docking Aspirin masing-masing adalah -69,8784; -75,2421; dan - 72,0884. Kuersetin memiliki potensi sebagai anti inflamasi yang lebih baik dibandingkan dengan Aspirin namun memiliki resiko lebih tinggi menyebabkan ulkus lambung dibanding Aspirin.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document