ABSTRAKBandung dikenal dengan sebutan Kota Kembang, Paris Van Java, dan Kota Konferensi Asia Afrika. Sebutan tersebut menggambarkan Bandung memiliki citra kota dengan kesan positif dari wisatawannya. Namun citra tersebut relatif sudah mulai bergeser, sehingga dukungan terhadap citra kota dalam bentuk menurunnya rasa sejuk pada lingkungan alamnya, memudarnya warga Bandung yang “someah hade ka semah”, berdampak pada menurunnya tingkat keramahannya, tingkat kemacetan yang cukup tinggi dengan sarana dan prasarana transportasi yang belum memadai berdampak terhadap tingkat kunjungan ulang dan menjadikan Bandung berbeda dari sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Citra Kota Bandung dalam dukungan cognitive, unique, dan affective image dampaknya terhadap kunjungan ulang wisatawan, menggunakan analisis jalur dengan ukuran sampel 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Citra Kota Bandung yang dibangun melalui tingkat variasi atraksi wisata, lingkungan sosial budaya dengan tradisi lokal yang diwujudkan dalam bentuk ramah terhadap tamunya gambaran memuliakan wisatawan, dukungan infrastruktur yang cukup memadai sebagai daya dukung kepariwisataan, aneka jenis hiburan tradisional dapat memberikan kesan positif bagi pengalaman wisatawan sehingga menjadi faktor penentu kunjungan ulang. Lingkungan alam kota Bandung masih cukup memberikan kesejukan dan atraksi budaya lokal yang bernilai Internasional memberikan kesan yang sangat baik sehingga membangkitkan kunjungan ulang. Terbangunnya kunjungan ulang sebagai dampak dari pengalaman wisatawan yang dirangkum dari pengetahuan selama melakukan kunjungan, menumbuhkan ketertarikan sehingga membangkitkan keinginan wisatawan untuk melakukan kunjungan ulang.Kata kunci: Citra Kota, Cognitive Image, Unique Image, Affective Image, Repeat Visit. ABSTRACTBandung is known as The Flower City, Paris Van Java, and the City of the Asian-African Conference. The title describes Bandung has a city image with a positive impression from its tourists. However, this image has begun to shift relatively, so that support for the image of the city in the form of a decreased sense of coolness in its natural environment, waning Bandung residents who "someah hade ka semah", have an impact on the decreasing level of hospitality, a high level of congestion with transportation facilities and infrastructure inadequate impact on the level of repeat visits and making Bandung is different from before. The purpose of this study is to explain the city image of Bandung in terms of cognitive, unique, and affective image of its impact on tourist visits, using path analysis with a sample size of 100 people. The results showed that City Image of Bandung, built through a variety of tourist attractions, a socio-cultural environment with local traditions embodied in a friendly form towards its guests, illustrated glorifying tourists, adequate infrastructure support as tourism support, various types of traditional entertainment can give a positive impression for tourists' experience so that it becomes a determining factor for repeat visits. The natural environment of Bandung is still sufficient to provide coolness and local cultural attractions of international value give a very good impression that evokes repeat visits. Rebuilding visits as a result of the experience of tourists summarized from the knowledge during the visit, fostering interest so as to arouse the desire of tourists to make a repeat visit.Keywords: City Image, Cognitive Image, Unique Image, Affective Image, Repeat Visit.