scholarly journals PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG TEMPE DAN PATI GARUT (Marantha arundinacea) TERMODIFIKASI TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS HIPERGLIKEMI

2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 76-82
Author(s):  
Isvi Thuba Mustaghfiroh ◽  
Enny Probosari

Latar Belakang: Hiperglikemi atau  peningkatan kadar glukosa darah melebihi batas normal (lebih dari 126 mg/dl untuk glukosa darah puasa) merupakan karakteristik yang timbul pada penderita diabetes melitus (DM).   Tempe dan pati resisten yang dihasilkan dari modifikasi umbi garut dengan autoclaving cooling cycling sebanyak 3 siklus diketahui memiliki efek hipoglisemik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian tepung tempe dan pati garut termodifikasi terhadap kadar glukosa darah.Metode: Jenis penelitian ini adalah true-experimental dengan desain pre and post randomized controlled group desain, menggunakan 24 ekor tikus Sprague dawley jantan berusia 3 bulan , dibagi menjadi 4 kelompok (K, P1, P2, P3) yang diinjeksi dengan 40 mg/kg BB STZ lalu dilanjutkan dengan  perlakuan pakan standar, pakan standar + PGT, pakan standar + tepung tempe, pakan standar+PGT + tepung tempe untuk kelompok K, P1, P2, P3 selama 14 hari. Kadar glukosa darah diperiksa menggunakan metode GOD-PAP. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji wilcoxon dan one-way ANOVA. Hasil: Tidak terjadi penurunan kadar glukosa darah yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok baik kontrol maupun perlakuan setelah 14 hari perlakuan. Uji Anova menunjukkan tidak ada beda ketiga kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol p=0,642. Simpulan: Pemberian tepung tempe dan pati garut termodifikasi tidak terbukti menurunkan kadar glukosa darah.

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Ahmad Fuadi ◽  
Yoyon Arif ◽  
Yudi Purnomo

Hiperglikemia pada Diabetes Melitus (DM) meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan berperan terhadap risiko komplikasi nefropati diabetik. Daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) berkhasiat sebagai antidiabetik dan antioksidan tetapi penelitian ekstrak etanol daun gedi merah (EEDGM) untuk mencegah nefropati diabetik belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek EEDGM terhadap kadar SOD dan MDA ginjal tikus model DM.Metode: Tikus Sprague dawley jantan usia 4-6 minggu dikelompokan menjadi 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan (n=25 ekor). Tikus DM dibuat dengan diet tinggi lemak-fruktosa (DTLF) dan streptozotocin (STZ) 25 mg/kgBB i.p multiple dose. Ekstrak etanol daun gedi merah (EEDGM) diberikan per oral selama 4 minggu. Kadar SOD dan MDA ginjal diukur menggunakan SOD rat kit dan MDA rat kit. Hasil dianalisa dengan One Way Anova dilanjutkan dengan uji BNT (p<0,05).Hasil: Pemberian EEDGM dosis 800 mg/kgBB menghambat penurunan kadar SOD jaringan ginjal dengan persentase sekitar 60% dibandingkan KDM (p<0,05). Pemberian EEDGM dosis 400 mg/kgBB menghambat peningkatan kadar MDA jaringan ginjal dengan persentase sekitar 20% dibandingkan KDM (p<0,05). Induksi DTLF dan STZ menurunkan kadar SOD jaringan ginjal dengan persentase sekitar 40% dan meningkatkan kadar MDA jaringan ginjal dengan persentase sekitar 30%.Kesimpulan: Pemberian EEDGM dapat menghambat penurunan kadar SOD dan peningkatan kadar MDA jaringan ginjal tikus model DM.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Nur Kamilah ◽  
Reza Hakim ◽  
Yudi Purnomo

Pendahuluan: Inflamasi  akibat kerusakan oksidatif yang dipicu hiperglikemia berperan terhadap progresivitas diabetes melitus (DM). Interleukin-10 (IL-10) dan CD8+ berpengaruh terhadap proses inflamasi. Abelmoschus manihot (L.) Medik memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang diharapkan dapat menurunkan inflamasi pada patofisiologi DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol Abelmoschus manihot (L.) Medik terhadap persentase IL-10 dan CD8+ tikus model DM.Metode: Tikus Sprague Dawley jantan, 4-6 minggu dikelompokkan menjadi kelompok kontrol normal (KN), kelompok kontrol diabetes melitus (KDM), kelompok ekstrak etanol daun gedi merah (EEDGM) 200 mg/kgBB, EEDGM 400 mg/kgBB dan EEDGM 800 mg/kgBB (n=5). Hewan coba diinduksi diet tinggi lemak-fruktosa (DTLF) selama 10 minggu dan Streptozotocin (STZ) dosis rendah 25 mg/kgBB intraperitoneal dosis ganda pada minggu ke 4. EEDGM 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB diberikan selama 4 minggu. Pengukuran persentase CD8+ dan IL-10 menggunakan flowcytometry. Analisa data menggunakan One Way Anova dilanjutkan dengan uji LSD (p<0,05).Hasil: Induksi DTLF dan STZ pada kelompok KDM menurunkan persentase IL-10 dan meningkatkan persentase CD8+ dibandingkan KN (p<0.05). Pemberian EEDGM dosis 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB signifikan meningkatkan persentase IL-10 berturut-turut sekitar ½  dan ¾ dibandingkan kelompok KDM (p<0,05). Pemberian EEDGM dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menurunkan persentase CD8+ berturut-turut 1/5, 1/3 dan 1/10 dibandingkan kelompok KDM (p<0,05).Kesimpulan: Pemberian EEDGM meningkatkan persentase IL-10 dan menurunkan persentase CD8+ tikus model diabetes


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Hendra Putra ◽  
Fathia Annis ◽  
Yudi Purnomo

Pendahuluan: Hiperglikemia pada diabetes melitus (DM) meningkatkan produksi reactive oxygen species (ROS) yang berperan terhadap komplikasi makroangiopati diabetik. Daun gedi merah dikenal memiliki efek antioksidan dan antihiperglikemia sehingga diharapkan dapat menghambat kerusakan oksidatif pada DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun gedi merah dalam mencegah kerusakan oksidatif pada DM dengan mengamati kadar Superoxide Dismutase (SOD) dan Malondialdehyde (MDA) aorta tikus model DM.Metode: Tikus Sprague Dawley jantan berusia 4-6 minggu dikelompokkan menjadi 2 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan (n= 5 ekor). Hewan coba diinduksi diet tinggi lemak-fruktosa (DTLF) dan Stretpzotocin (STZ) 25 mg/kgBB intraperitoneal multiple dose. Selanjutnya kelompok perlakuan diberikan ekstrak etanol daun Gedi merah (EEDGM) dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB. Pengukuran kadar SOD dan MDA aorta menggunakan Elisa SOD rat kit dan Elisa MDA rat kit. Analisa data menggunakan One Way Anova dilanjutkan dengan uji BNT (p<0,05).Hasil: Pemberian EEDGM dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menghambat penurunan kadar SOD aorta berturut-turut sekitar 10%, 30% dan 50% dibandingkan kelompok kontrol diabetes melitus (KDM) (p<0,05) sementara kadar MDA aorta diturunkan kurang lebih sekitar 20%, 40%, dan 70% (p<0,05). Induksi DTLF dan STZ pada kelompok KDM menurunkan kadar SOD aorta 50% dan meningkatkan MDA aorta 2 kali lipat dibandingkan KN (p<0,05).Kesimpulan: Pemberian EEDGM 200 – 800 mg/kgBB menghambat penurunan kadar SOD aorta dan menghambat peningkatan kadar MDA aorta tikus model DM.


2015 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 50-52
Author(s):  
Carlos Abraham Arellanes-Chávez ◽  
Ariana Martínez Bojórquez ◽  
Ernesto Ramos Martínez

OBJECTIVES: To determine whether the intervention in rats is effective in terms of spinal cord regeneration and locomotor recovery, in order to obtain sufficient evidence to apply the therapy in humans. METHODS: a randomized, controlled, experimental, prospective, randomized trial was conducted, with a sample of 15 adult female Sprague-Dawley rats weighing 250 gr. They were divided into three equal groups, and trained for 2 weeks based on Pavlov's classical conditioning method, to strengthen the muscles of the 4 legs, stimulate the rats mentally, and keep them healthy for the surgery. RESULTS: It was observed that implantation of these cells into the site of injury may be beneficial to the process of spinal cord regeneration after spinal trauma, to mediate secretion of neurotrophic and neuroprotective chemokines, and that the OECs have the ability to bridge the repair site and decrease the formation of gliosis, creating a favorable environment for axonal regeneration. CONCLUSION: It is emphasized that the olfactory ensheathing glial cells possess unique regenerative properties; however, it was not until recently that the activity of promoting central nervous system regeneration was recognized.


2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 77-90
Author(s):  
Dwi Astuti ◽  
Aryu Candra ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar Belakang. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung hingga alveoli dan berlangsung selama tidak lebih dari 14 hari. Pemberian suplementasi seng dan zat besi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit infeksi. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian suplementasi zat besi dan seng terhadap frekuensi ISPA pada balita. Metode. Penelitian ini menggunakan desain Randomized Controlled Trial (RCT). Sebanyak 40 balita berusia 2-5 tahun yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol (mendapat sirup biasa), kelompok suplementasi seng (mendapat suplemen seng 10 mg/hari), kelompok suplementasi zat besi (mendapat suplemen zat besi 7,5 mg/hari), dan kelompok suplementasi seng dan zat besi (mendapat suplemen seng 10 mg/hari dan zat besi 7,5 mg/hari) selama 6 minggu. Pengumpulan data frekuensi ISPA dilakukan setiap akhir minggu dengan anemnesis dan pemeriksaan fisik. Data dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA dan Kruskal Wallis. Hasil. Berdasarkan skor tanda gejala, kelompok yang memiliki nilai skor tanda gejala paling rendah ada pada kelompok suplementasi seng dan zat besi. Sedangkan berdasarkan skor durasi ISPA, kelompok yang memiliki durasi ISPA terpendek terdapat pada kelompok suplementasi seng dengan skor 1,22 ± 0,50. Rerata frekuensi ISPA paling rendah terdapat pada kelompok suplementasi zat besi dengan angka 1,67 ± 0,86. Tidak terdapat perbedaan rerata frekuensi, skor tanda gejala, durasi, serta tingkat keparahan ISPA yang signifikan antar keempat kelompok (p>0,05). Kesimpulan. Pemberian suplementasi seng sebanyak 10 mg/hari dan zat besi sebanyak 7,5 mg/hari tidak berpengaruh pada frekuensi ISPA balita.


2020 ◽  
Vol 6 (01) ◽  
pp. 13-29
Author(s):  
Nikeherpianti Lolok ◽  
Wa Ode Yuliastri ◽  
Fiqri Algafiq Abdillah

Diabetes melitus ditandai dengan terjadinya hiperglikemi. Indonesia merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta. Penggunan obat bahan alam sudah banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat, diantaranya ekstrak daun pandan wangi dan daun salam masing-masing telah dilaporkan memilikiefek hipoglikemik dan berpotensi sebagai antioksidan yang dapat memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, termasuk pankreas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) memberikan efek  dalam penurunan kadar gula darah pada tikus (Rattus norvegicus) putih galur wistar yang diinduksi diabetes dibandingkan dengan kelompok negative serta Untuk megetahui kelompok kombinasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dan Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dapat memberikan hasil yang optimal dalam penurunan kadar gula darah dibandingkan kelompok positif. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Sampel diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan  pelarut etanol 96%. Pengujian efek antidiabetes hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kombinasi ekstrak dan kelompok kontrol negatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan One-Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil uji terhadap tikus yang diinduksi diabetes menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak daun pandan wangi dan daun salam secara signifikan mampu menurunkan kadar gula darah dibandingkan kontrol negatif (p<0,05), namun hasilnya tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif (p>0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun pandan wangi dan daun salam memiliki kemampuan menurunkan kadar gula darah pada tikus yang diinduksi diabetes


2020 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 276-282
Author(s):  
Sandra Pebrianti ◽  
Bambang Aditya Nugraha ◽  
Iwan Shalahuddin

Management of neuropathic pain in patients with diabetes mellitus patients type 2: A literature studyBackground: An increase in the population of people with diabetes mellitus (DM), has an impact on increasing the most serious complications of diabetic neuropathy. Studies reveal that 16% to 26% of patients with diabetes neuropathy experience pain. People with DM who experience diabetic neuropathy pain will feel very uncomfortable and disturbed, neuropathic pain causes complaints not only physically, but also the mood and quality of life of patients. Therefore, it is important to identify the management of neuropathic pain in patients with type 2 diabetes mellitus to improve the quality of life of patients.Purpose: This literature review is to identify the management of neuropathic pain in type 2 DM patients.Method: Tracking this literature review using databases such as Google Scholar, Pubmed and Proquest with inclusion criteria that focus on the management of neuropathic pain in DM patients, publication years between 2010-2020 in Indonesian and English, quasi experiment design and Randomized controlled trial . Obtained as many as 87 articles, 32 met the criteria of the year and as many as 19 were the last complete articles found as many as 10 articles which were in line with the focus of the search.Results: Neuropathy management interventions were grouped into exercise, relaxation distraction techniques, percutaneous electrical stimulation and supportive education.Conclusion: Exercise, relaxation distraction techniques, percutaneous electrical stimulation and educational supportive interventions become one of the interventions that can be considered to use in the management of neuropathic pain in type 2 diabetes mellitus patients to improve comfort and quality of life.Keyword: Management; Neuropathic Pain; Patients; Diabetes mellitus type 2Pendahuluan: Peningkatan populasi penyandang diabetes melitus (DM), berdampak pada peningkatan komplikasi yang paling serius yaitu neuropati diabetik.  Studi mengungkapkan bahwa 16% hingga 26% pasien dengan neuropati diabetes mengalami rasa nyeri. Penyandang DM yang mengalami nyeri neuropati diabetik akan merasa sangat tidak nyaman dan terganggu, nyeri neuropati menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, namun juga mood dan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengidentifikasi manajemen nyeri neuropati pada psien diabetes mellitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Tujuan: Dengan studi literatur untuk mengidentifikasi manajemen nyeri neuropati pada pasien DM tipe 2.Metode: Penelusuran dengan menggunakan basis data seperti google scholar, Pubmed dan Proquest dengan kriteria inklusi yang berfokus pada manajemen nyeri neuropati pada pasien DM, tahun publikasi antara 2010-2020 dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris, desain quasi experiment dan Randomized controlled trial. Didapatkan sebanyak 87 artikel, 32 memenuhi kriteria tahun dan sebanyak 19 merupakan artikel lengkap terakhir ditemukan sebanyak 10 artikel yang sesui fokus pencarian.Hasil: Intervensi manajemen neuropati dikelompokan menjadi exercise, teknik distraksi relaksasi, stimulasi listrik perkutan dan suportif edukatif.Simpulan: Exercise, tekhnik distraksi relaksasi, stimulasi listrik perkutan dan intervensi suportif edukatif menjadi salah satu intervensi yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada manajemen nyeri neuropati pada pasien diabetes mellitus tipe 2 demi meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup. 


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 13-18
Author(s):  
Ni Made Ari Widayani ◽  
Anisa Hanifatin Rahayu

Pendahuluan: Komplikasi mikrovaskular yang sering dialami pasien Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan penyembuhan luka. Daun Bakung Putih (Crinum asiaticum L.) memiliki kandungan flavonoid, saponin, dan alkaloid, sedangkan foam bermanfaat untuk menjaga kelembapan luka yang dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh foam dengan ekstrak daun bakung putih, dalam mempercepat kontraksi luka.  Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimenta llaboratory in vivo metode yang digunakan yaitu randomized posttes tonly controlled group design dengan jumlah tikus 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok (n=7). Data yang diukur adalah kontraksi luka setelah pemberian dengan rute transdermal, dan dianalisis dengan uji normalitas data, uji homogenitas varian, uji One-way ANOVA, uji Posthoc (ujiTukey) dengan tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05) dan taraf kepercayaan 95% (α=0,05).  Hasil: Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA, data persentase luas kontraksi luka menunjukan angka signifikasi (p< 0,05), sehingga terbukti terdapat perbedaan persentase luas kontraksi luka yang signifikan antar kelompok uji. Hasil uji post hoc (uji tukey) kontraksi luka kelompok tikus DM dibaluti foam dengan ekstrak daun bakung putih 0.2 g memiliki perbedaan signifikan dengan kelompok tikus DM dibaluti foam tanpa ekstrak (p=0,01; α=0,05).  Kesimpulan: Simpulan adalah penggunaan CFD (Crinum asiaticum L.) Foam dengan kandungan ekstrak 0.2 g dapat mempercepat kontraksi luka dibandingkan penggunaan foam tanpa ekstrak dan dengan kandungan ekstrak 2 g, serta 4 g.


2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 622-629
Author(s):  
Selma Avianty ◽  
Fitriyono Ayustaningwarno

Latar Belakang : Penderita diabetes melitus tipe 2 membutuhkan makanan selingan untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi serta mengontrol kadar glukosa darah. Ubi jalar dan kedelai hitam mengandung tinggi serat, amilosa, dan rendah indeks glikemik sehingga pembuatan snack bar ubi jalar kedelai hitam diharapkan menjadi makanan selingan dengan nilai gizi baik serta tidak menimbulkan hiperglikemia.Tujuan : Menganalisis kandungan zat gizi dan tingkat kesukaan snack bar ubi jalar dan kedelai hitam.  Metode : Penelitian dengan rancangan acak lengkap 1 faktor yaitu tiga variasi warna ubi jalar, meliputi merah, kuning, dan ungu. Data kandungan gizi dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA dilanjutkan uji Tukey, sedangkan tingkat kesukaan dianalisis menggunakan uji Friedman.Hasil : Satu takaran saji 56 g snack bar ubi merah, kuning, ungu secara berurutan mengandung 131,89; 149,79; 142,30 kkal energi, 30,86; 35,68; 33,32 g karbohidrat, 0,41; 0,39; 0,43g lemak, 1,19; 0,897; 1,28g protein, 1,74; 1,66; 2,13g serat, dan 10,24; 13,89; 8,91g amilosa. Hasil uji kesukaan warna, tekstur tertinggi pada snack bar ubi merah dan aroma,rasa tertinggi pada snack bar ubi kuning. Kesimpulan : Satu takaran saji 56 g ketiga variasi snack bar memiliki kandungan protein, lemak, serat lebih rendah, serta karbohidrat lebih tinggi dibandingkan perhitungan kandungan gizi makanan selingan yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus tipe 2. Uji tingkat kesukaan panelis terhadap aroma, warna, tekstur, dan rasa pada ketiga variasi snack bar memperoleh penilaian netral hingga suka.


2020 ◽  
Vol 10 (24) ◽  
pp. 30-37
Author(s):  
Laksni Rahayu ◽  
Purbowati ◽  
Galeh Septiar Pontang

Latar belakang:Makanan tinggi energi, lemak dan rendah serat dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan, konstipasi, hiperkolesterol, dan berbagai penyakit degenartif lainnya seperti diabetes melitus. Jamur tiram merupakan salah satu sumber pangan rendah lemak dan tinggi serat. Bahan makanan tinggi serat dapat menurunkan kadar indeks glikemik. Tujuan : Menganalisis kadar indeks glikemik produk nugget ayam campuran jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus). Metode : Merupakan penelitian True experimental pretest – posttest..obyek penelitian ini menggunakan hewan coba tikus galur wistar jantan dengan jumlah sampel 28 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan pembagian 1 kelompok pangan acuan (Glukosa) dan 3 kelompok yang diberikan produk (nugget ayam, nugget jamur tiram putih, dan nugget ayam campuran jamur tiram putih) masing masing 7 ekor tikus. Kadar glukosa darah diukur menggunakan microlab. Analisis statistik menggunakan uji one way anova (α=0,05). Hasil : Nilai indeks glikemik pada nugget ayam adalah 66,43 dan nugget ayam campuran jamur tiram putih adalah 68,28 dalam kategori sedang IG (55 -70) sedangkan pada nugget jamur tiram putih adalah 84,14 dalam kategori tinggi. Tidak ada perbedaan nilai indeks glikemik pada nugget ayam, nugget jamur tiram putih dan nugget ayam campuran jamur tiram putih p-value 0,824. Simpulan : Nilai indeks glikemik pada nugget ayam dan nugget ayam campuran jamur tiram putih dalam kategori sedang yaitu 66,43 untuk nugget ayam 68,28 untuk nugget ayam campuran jamur tiram putih dan dalam kategori tinggi pada nugget jamur tiram putih yaitu 84,14 serta tidak ada perbedaan nilai indeks glikemik pada nugget berbahan dasar ayam dan jamur tiram putih.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document