scholarly journals Aktivitas Harian Musang Luwak (Paradoxurus hermaproditus) yang Dikandangkan

2019 ◽  
pp. 52
Author(s):  
Ni Made Anindya Kumala Dewi ◽  
Sri Kayati Widyastuti ◽  
I Ketut Suatha

Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan satwa yang berpotensi dalam menghasilkan kopi luwak yang bercita rasa tinggi dan berharga mahal. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari aktivitas harian musang luwak yang dipelihara dalam kandang seluas 1,5 m x 1 m x 2 m. Pendataan aktivitas harian dilakukan pada musang luwak anakan berumur 6-9 bulan, jantan dewasa dan betina dewasa di dua lokasi di Agrowisata kopi luwak Taman Ayu dan Jambe Asri. Metode yang digunakan adalah metode focal animal sampling yang dilakukan pada pukul 18.00-22.00 WITA selama 20 hari. Selama 20 hari diperoleh 735 data/1focal animal sampling dengan total 34.323 kejadian aktivitas harian. Musang luwak secara umum melakukan beberapa aktivitas harian, antara lain yaitu istirahat, makan, berpindah tempat, comfort behaviour, social behaviour, sniffing dan vocalizing dengan lama waktu yang bervariasi. Dapat disimpulkan bahwa musang luwak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berpindah tempat.

2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
Author(s):  
Salihin Salihin ◽  
Hari Prayogo ◽  
Nurhaida Nurhaida

Rehabilitation is an effort to restore physical condition or animal behavior, to be returned to natural habitat. The rehabilitation program, with the enrichment of the environment as well as possible with habitat in nature, so that animals are motivated to behave naturally. Orangutan social behavior includes orangutan interactions with other orangutans, orangutans with keepers. The purpose of the research is to examine social behavior, performed by mothers and children of orangutans at YIARI. Observations were made using the Focal Animal Sampling method. The results of the research obtained, the percentage of social behavior of Orangutan Mother, Franky (14.14%) more active than Monti (11.52%) and children of Orangutans, Oso (15.80%), more active than Anggun (12.85%).Keyword: Orangutan, Social Behaviour,YIARI


2016 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Dewi Ayu Amiati ◽  
Burhanuddin Masyud ◽  
R. Garsetiasih

<p>Timor deer (Rusa timorensis de Blainville 1822) known as java deers are native Indonesian fauna, mostly found ex situ. Deers in captivity can be an attraction object of tourism. The research was conducted from March to April 2013 at Dramaga Research Forest, Situ Gede Village, Bogor City. Dramaga research forest was build on 1956 as an arboretum with 127 tree species. The purpose of this research was to identify deer feed given by visitors in captivity, changes in behavior and consumption patterns. The feed given by visitors to deer was about 89% convolvulus, 8% carrots, 2% leaves, and 1% wild grasses. The feed meets the basic needs of a deer with convolvulus containing 8,93% protein and carrots containing 19,99% protein. The results of statistical test by chi-square indicate that no real influence on the behavior and consumption patterns of the deers in captivity, but nominally show some changes decrease of persentation. Consumption pattern and social behaviour increased, while resting, locomotion, and ruminational behaviours decreased.</p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Rusa timor (Rusa timorensis de Blainville 1822) merupakan rusa asli Indonesia yang populasinya banyak ditemukan di luar habitat aslinya, khususnya di penangkaran. Rusa dapat menjadi daya tarik wisata di penangkaran, karena tampilannya yang menarik. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2013 di Hutan Penelitian (HP) Dramaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Hutan Penelitian Dramaga dibangun tahun 1956 dengan tujuan sebagai koleksi tanaman dengan 127 jenis pohon. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pakan rusa yang diberikan pengunjung di penangkaran Dramaga, perubahan perilaku dan pola konsumsi. Metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapang dengan focal animal sampling dan metode pengambilan data one-zero sampling terhadap perilaku dan pola konsumsi rusa, wawancara dengan pengunjung serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pakan yang diberikan oleh pengunjung meliputi 89% kangkung, 8% wortel, 2% daun-daun, dan 1% rumput lapang. Jenis pakan memiliki nilai gizi yang dapat mencukupi kebutuhan rusa di penangkaran. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan oleh pengunjung tidak berpengaruh terhadap perubahan perilaku dan pola konsumsi harian rusa. Tetapi secara nominal menunjukkan adanya perubahan perilaku makan dan sosial yang meningkat, perilaku istirahat, lokomosi, dan mamah biak yang menurun. Perubahan tersebut berpengaruh pada kegiatan biologis rusa, dan diduga dapat mengganggu kesehatan.</p>


2017 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 196
Author(s):  
Claudya Larisha ◽  
Isep Herdiana ◽  
Donny Gunaryadi ◽  
Dewi Elfidasari

<p><em>Abstrak</em> - <strong>Gajah Sumatera (<em>Elephas maximus sumatranus</em>) merupakan hewan sosial yang menganut sistem matriarki. Induk akan bersikap protektif, agresif, menemani dan membantu aktivitas keseharian anak gajah seperti bermain, berkomunikasi, dan menyusui. Perilaku pengasuhan anak gajah dapat berbeda antara habitat asli dengan konservasi <em>ex-situ </em>seperti kebun binatang yang memiliki ruang gerak terbatas. Pengamatan ini bertujuan untuk menerangkan perilaku dan pola pengasuhan induk terhadap anak gajah Sumatera di konservasi <em>ex—situ</em>. Tempat pengamatan dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Objek pengamatan untuk penelitian ini adalah empat individu gajah Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan. Metode yang digunakan adalah <em>ad libitum sampling </em>dan <em>focal animal sampling</em>. Hasil pengamatan perilaku asuh induk yang berjumlah 11 macam menunjukkan tidak ada perbedaan pada setiap induk gajah. Perilaku menyusui lebih banyak dilakukan induk daripada perilaku lainnya. Perilaku <em>allomother </em>pada gajah betina selain induk di TMR kurang terlihat aktif karena tida terlihat faktor yang memicu terjadinya perilaku tersebut. Variasi pola asuh induk gajah di TMR ada 10 macam dan 6 macam pola asuh gajah betina selain induk (<em>allomother</em>). Terjadi perilaku pola asuh abnormal dan kurangnya perkembangan sosial anak gajah terhadap gajah lain selain induk karena ruang gerak dan jumlah gajah dalam satu kandang yang terbatas di TMR.</strong><strong></strong></p><p><strong> </strong></p><p><strong><em>Kata kunc</em></strong><strong><em>i </em></strong><em>-</em><em> Gajah Sumatera, Elephas maximus, pola asuh, allomother, hewan sosial, matriarki</em><em></em></p><p><em> </em></p><p><em>Abstract</em> - <strong>Sumatran elephant (<em>Elephas maximus sumatranus</em>) is a social behaviour that have adopts matriarch system. Female elephant will be protective, helping, and always accompanying the elephant calf for activities such as playing, communicating, and berast feeding. Parental care behaviour and pattern of a Sumatran elephant in ex-situ conservation and their habitat could be different. The purpose of this observation was to describe Sumatran elephant parental care behaviour and pattern in ex-situ conservation. This observation is conduct in Ragunan Zoo and the object for this study is four Sumatran elephant. The method in this observation using ad libitum and focal animal sampling. The results showed there are no difference for parental care in Sumatran elephant and there are 11 behaviour of parental care. Allomothering in Ragunan Zoo showed less vissible because there are no factor that require helping to nurture the calf. There are 10 pattern for parental care and 6 pattern for allomotehring. There has an abnormal behaviour to the Sumatran elephant and lack of social development for the calf because of the limit space and other elephants in the enclosure</strong><strong>.</strong></p><p><em> </em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><strong><em> </em></strong><em>- </em><em>Sumatran elephant, Elephas maximus, parental care, allomother, social animal, matriarch</em><em></em></p>


Author(s):  
Edoardo Datteri

AbstractIn so-called interactive biorobotics, robotic models of living systems interact with animals in controlled experimental settings. By observing how the focal animal reacts to the stimuli delivered by the robot, one tests hypotheses concerning the determinants of animal behaviour in social contexts. Building on previous methodological reconstructions of interactive biorobotics, this article reflects on the claim, made by several authors in the field, that this strategy may enable one to explain social phenomena in animals. The answer offered here will be negative: interactive biorobotics does not contribute to the explanation of social phenomena. However, it may greatly contribute to the study of animal behaviour by creating social phenomena in the sense discussed by Ian Hacking, i.e. by precisely defining new phenomena to be explained. It will be also suggested that interactive biorobotics can be combined with more classical robot-based approaches to the study of living systems, leading to a so-called simulation-interactive strategy for the mechanistic explanation of social behaviour in animals.


2020 ◽  
Vol 43 ◽  
Author(s):  
Julian Kiverstein ◽  
Erik Rietveld

Abstract Veissière and colleagues make a valiant attempt at reconciling an internalist account of implicit cultural learning with an externalist account that understands social behaviour in terms of its environment-involving dynamics. However, unfortunately the author's attempt to forge a middle way between internalism and externalism fails. We argue their failure stems from the overly individualistic understanding of the perception of cultural affordances they propose.


Nature ◽  
2020 ◽  
Vol 583 (7817) ◽  
pp. 526-527
Author(s):  
Pierre J. Magistretti
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document