scholarly journals Contribution of Ameliorant Application on Carbon Balance in Rice (Oryza Sativa L.) Cropping in Peatland

2016 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Eni Yulianingsing ◽  
HL Susilawati ◽  
Prihasto Setyanto

<p><em>Expansion of agricultural land is needed to accomplish the future national food demand. Expansion of agricultural land has been focused on marginal land such as peatland</em><em>. </em><em>The studies was carried out at IAERI experimental farm and used 12 microplots with each have a dimension of 1,5 m x 1,5 m x 1 m and was filled with peat from South Kalimantan. Amelioration treatments such as dolomite (Ca-rock), volcanic ash, peat fertilizer, Fe fertilizer, nitrification inhibitor and control were established as treatments to the microplots, after amelioration, the plots was planted by Inpara 2 rice cultivar. Data of the result was analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and Duncant Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the highest net carbon from non ameliorant (control) and the lowest from volcanic ash. </em><em>Net carbon highet at non ameliorant (control) </em><em>3785 </em><em>kg-C/ha followed dolomite, Fe fertilizer, NI (nitrification inhibitor), </em><em>peatland fertilizer</em><em> and volcanic ash i.e 3238; 2082; 1574; 1439 and -712 kg-C/ha</em><strong><em></em></strong></p>

2017 ◽  
Author(s):  
Agung Sugiharto ◽  
Dwi Rahmawati ◽  
FNU Prayitno

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu benih di lahan salin yaitu melalui penggunaan metode ratun dengan penambahan bakteri sintetik Synechoccocus sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan mutu benih padi ratun yang tercekam salinitas dengan penambahan bakteri sintetik Synechoccocus sp. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2015 di Desa Suco, Kecamatan Mumbul Sari Jember dan Laboratorium Teknologi Benih Politeknik Negeri Jember. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah cekaman Salinitas (S) yang terdiri dari 5 taraf, S1 = tanpa cekaman (kontrol), S2 = cekaman salinitas 1000 ppm, S3 = cekaman salinitas 2000 ppm, S4 = cekaman salinitas 3000 ppm, S5 = cekaman salinitas 4000 ppm. Faktor kedua inokulasi bakteri sintetik Synechoccocus sp. (B), yang terdiri dari 2 taraf, B1 = tanpa inokulasi bakteri (kontrol), B2 = Inokulasi sintetik Synechoccocus sp. Data dianalisis menggunakan uji F (ANOVA) dan dilanjutkan dengan perhitungan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukan perlakuan salinitas 1000 ppm (S2) menghasilkan jumlah anakan ratun produktif tertinggi yaitu 19,33 anakan. Cl- mempunyai fungsi utama dalam reaksi fotosintesis sehingga cekaman salintas pada perlakuan 1000 ppm (S2) dapat ditoleran oleh tanaman padi varietas Ciherang pada fase vegetatif. Pemberian Bakteri (B) Synechococcus sp. mampu menghasilkan tunas ratun tertinggi pada fase vegetatif yaitu 40,10 cm. Interaksi dari dua perlakuan menunjukan hasil yang nyata pada parameter jumlah gabah bernas yaitu cekaman salinitas 4000 ppm dengan inokulasi bakteri (B2S5) menghasilkan gabah bernas yang paling tinggi sebesar 99,06 butir. Inokulasi tanaman dengan Synechococcus sp. mampu meningkatkan kandungan nitrogen dan kandungan klorofil dalam jaringan tanaman. Interaksi antara cekaman salinitas 1000 ppm dengan inokulasi bakteri (B2S2) menghasilkan produksi per Ha yang paling tinggi yaitu 1,389 ton dan potensi produksi per Ha tertinggi yaitu 1.66 ton/ha.


2019 ◽  
Vol 436 (1-2) ◽  
pp. 253-265 ◽  
Author(s):  
Xiaonan Zhang ◽  
Yufang Lu ◽  
Ting Yang ◽  
Herbert J. Kronzucker ◽  
Weiming Shi

2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 188
Author(s):  
Ahmad Khanafi ◽  
Yafizham Yafizham ◽  
Didik Wisnu Widjajanto

The objective of this research was to investigate the effectiveness of combination of bio-slurry fertilizer and NPK fertilizer on the growth and production of two varieties of rice. The experiment was assigned in a completely randomized design of factorial pattern. The first factor was the combination of bio-slurry and NPK fertilizer that consisted of P0 = no added fertilizer (control) 0 ton/ha, P1 = NPK fertilizer 550 kg/ha (165 kg N, 33 kg P, 45 kg K); P2 = bio-slurryfertilizer 2.3 tons/ha (45 kg N, 14 kg P, 23 kg K) and NPK fertilizer 400 kg/ha (120 kg N, 24 kg P, 32 kg K); P3 = bio-slurryfertilizer 4.6 tons/ha (90 kg N, 28 kg P, 46 kg K) and NPK fertilizer 250 kg/ha (75 kg N, 15 kg P, 20 kg K); P4 = bio-slurry fertilizer 5.9 tons/ha (115 kg N, 36 kg P, 59 kg K) and NPK fertilizer 100 kg/ha (30 kg N, 6 kg P, 8 kg K); and P5 = bio-slurryfertilizer 8.5 tons/ha (165 kg N, 52 kg P, 85 kg K). The second factor was varieties of rice that consisted of V1 : IR-64 and V2 : Ciherang. Each treatment was repeated three times. Parameters observed were plant height, number of tillers, weight of 1.000 grains, and rice production. Data were analyzed using ANOVA and continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the combination of bio-slurry fertilizer and NPK fertilizer were significantlyaffect (p <0.05)all observation parameters, while varieties of wetland rice did not show significant effect on all observation parameters (p<0.05). The application of bio-slurry fertilizer in single treatment or in either combination with NPK fertilizer had the same result with the treatment of NPK fertilizer on the growth and yield of rice. Keywords: rice, fertilizer combination, bio-slurry fertilizer, NPK fertilizer


Kultivasi ◽  
2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Rommy Andhika Laksono ◽  
Yudi Irawan

ABSTRAKProgram peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di dalam negeri dari produksi pangan nasional. Salah satu bahan pangan nasional yang diupayakan ketersediaannya tercukupi sepanjang tahun adalah beras yang menjadi makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sistem tanam dan tinggi genangan air yang mampu memberikan produktivitas tertinggi pada tanaman padi varietas Mekongga di Kabupaten Karawang. Penelitian dilaksanakan di sawah teknis Desa Tanjung Bungin, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Ketinggian tempat percobaan adalah 5 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktor tunggal, dengan sembilan perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Terdapat sembilan kombinasi perlakuan sistem tanam dan tinggi genangan air. Hasil penelitian menunjukkan sistem tanam dan tinggi genangan air tanaman padi (Oryza sativa L.) varietas Mekongga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 42, 56, dan 70 hst.  Jumlah anakan umur 42, 56, dan 70 hst,  jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan hasil gabah kering giling. Sistem tanam Legowo 4:1 dan genangan air 5 cm memberikan hasil gabah kering giling tertinggi sebanyak 15,2 kg/petak atau setara dengan 7,20 ton/ha.Kata Kunci : Sistem Tanam, Tinggi Genangan Air, Varietas Mekongga ABSTRACTThe program that increase food security is government target to supply national food needs. Rice is the staple food for most of Indonesia's population whose productivity must be increased. This study aims to obtain planting system and flooding that is able to provide the highest productivity in Mekongga rice cultivar in Karawang district. The research was conducted in the rice fields of Tanjung Bungin Village, Pakisjaya, Karawang Regency, West Java Province. It is 5 meters above sea level. This study was conducted from September 2016 until December 2016. The research method used was experiment method and experimental design used was Randomized Block Design, with nine treatments and repeated three times. There were combination of planting system and flooding for treatments. The results showed that planting system and flooding significantly affect crop height at 42, 56, and 70 day after planting (dap). Number of tillers at 42, 56, and 70 dap, number of panicles, number of grain per panicle, percentage of filled grain, and dried milled grain weight. Legowo 4: 1 planting system and 5 cm flooding gave highest yield of dried grain of 15.2 kg / plot or equal to 7.20 ton / ha.Keywords: Flooding, Mekongga Cultivar, Planting System


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 128 ◽  
Author(s):  
Skolastika Dara Sabatini ◽  
Rini Budihastuti ◽  
Sri Widodo Agung Suedy

Padi beras merah (Oryza sativa L. var. indica) merupakan salah satu pangan fungsional. Selain kaya karbohidrat, beras merah juga mengandung antosianin sebagai antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kendala budidaya padi merah saat ini adalah pertumbuhan dan produksi yang masih rendah. Pertumbuhan dan produktivitas padi yang rendah, antara lain dapat disebabkan oleh ketersediaan Silika (Si) yang rendah. Lahan pertanian di Indonesia banyak mengalami leaching sehingga Si yang tersedia di tanah sawah tidak banding lurus dengan kandungan totalnya. Silika merupakan unsur yang memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman khususnya kelompok Gramineae seperti padi. Silika dibutuhkan tanaman monokotil akumulator yang dapat mendukung pertumbuhan karena dapat memperbaiki proses fotosintesis. Aplikasi penggunaan silika saat ini dikembangkan dalam bentuk nanosilika karena langsung mencapai target, dan dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pupuk nanosilika terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertumbuhannya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi pupuk nanosilika yaitu: P0 (0ml/L), P1 (2,5ml/L), P2 (5ml/L), P3 (7,5ml/L), P4 (10ml/L). Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertambahan tinggi tanaman serta jumlah anakan dari 10-40 HST. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian yang didapat adalah perlakuan pupuk nanosilika P1-P4 memberikan hasil peningkatan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi beras merah. Perlakuan P4 (10ml/L) memberikan pengaruh yang paling baik dan hasil tertinggi yaitu tinggi tanaman 106,40cm dan jumlah anakan 40,20 anakan. Pola pertumbuhan tinggi tanaman cenderung masih meningkat sampai 40 HST, namun pola pertumbuhan anakan vegetatif cenderung melambat pada 40 HST. Kata kunci : beras merah, pertumbuhan, nanosilika


2017 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Kunti Anis Azizah ◽  
Didik Pudji Restanto ◽  
Bambang Sugiharto

Indica rice variety Ciherang is the most planted variety in Indonesia, but the micropropagation technique is restricted because it is known has low regeneration frequency and included as recalcitrant cultivar for tissue culture and tranformation activities. One of solution to resolve that problem is developing a technique of somatic embryogenesis in callus of ciherang rice cultivar. The aims of study were to determine medium composition for inducting embryogenic callus in Ciherang rice and to know the effectivity of rice regeneration using callus as explant. The methods were included induction of embryogenic callus in callus induction media (CIM) containing MS basal, Proline 600 mg/l, Casein Hidrolisat 300 mg/l, phytagel 2,5 g/l, BAP 0.25 mg/l, sukrosa 30 %, and 2,4-D in different concentration, from 2,4-D 0 mg/l as control (CIM 1), 2,4-D 2 mg/l (CIM 2), 2,4-D 3 mg/l (CIM 3), and 2,4-D 4 mg/l (CIM 4). It then be continued to regenerate the calli in RM 1 medium containing MS basal, NAA 0,2 mg/l, Kinetin 2 mg/l, Agarose 10 g/l, and sukrosa 30 %, pH 5,8 for six days in dark and RM2 medium containing MS basal , NAA 0,2 mg/l, Kinetin 2 mg/l, Agarose 8 g/l, sukrosa 30 %, pH 5,8 in light room. Results showed CIM 4 medium using 2,4-D 4 mg/l gave optimum result in calli induction with procentage 57,63% and CIM 3 using 2,4-D 3 mg/l gave optimum result in embryonic calli induction with procentage 53,63%. Result of embryonic calli gave regeneration frequency procentage is 9,6%. The total planlet obtained after five weeks old in regeneration medum were 11 planlets ready for aclimatization. Keywords: Somatic embryo, Indica rice (Oryza sativa L. var. Ciherang), Callus


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Makmur Makmur ◽  
Harli A. Karim ◽  
Hasanuddin K ◽  
Suryadi Suryadi

Tanaman  padi merupakan tanaman penting dan strategis di Indonesia. Kebutuhan pangan khususnya beras mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi adalah curah hujan. Produktivitas rata-rata tanaman padi berkisar 5,14 t /ha.  Padahal, potensi produktivitas tanaman padi dapat mencapai 10-11 t/ha.  Salah satu penyebabkan rendahnya produktivitas tersebut adalah sistem tanam yang belum tepat. Upaya yang bisa diakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menguji berbagai sistem tanam yang sering digunakan petan.  Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai sistem tanam ( SRI, Jajar Legowo 2:1, Hazton, Tegel, Tabela dan Hambur) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nepo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar selama ± 4 bulan dimulai dari  Mei-Juli 2020 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok  yang terdiri dari faktor sistem tanam dengan 6 perlakuan yaitu System Rice Intensification (SRI), Legowo 2:1, Hazton, Tegel, Tanam Benih Langsung dan Hambur. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga ada 18 petak penelitian. Analisis statistik dilakukan dengan uji F pada taraf nyata 5 %. Jika F hitung lebih besar dari F tabel 5 %, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT). Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan vegetatif dan produktif, jumlah gabah isi tiap malai, Panjang malai, jumlah gabah permalai, berat gabah 1000 biji, hasil perpetak dan Hasil per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam tabela menunjukkan rata-rata tinggi tanaman terbaik pada umur 45 HST dan 60 HST. Padi yang ditanam menggunakan legowo menghasilkan produktivitas  13.07 ton/ha. Hasil tersebut merupakan hasil tertinggi diabandingkan dengan sistem tanaman lainnya yaitu tegel (12.60 ton/ha), hazton (12.08 ton/ha), sistem SRI (11.67 ton/ha), tabela (9.91ton/ha) dan hambur (8.56 ton/ha).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document