scholarly journals Pengaruh Model Pemanenan Air Hujan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Empat Kultivar Padi (Oryza sativa L.) dalam Sistem Agroforestri dengan Kayu Putih (Melaleuca cajuputi L.) pada Musim Hujan

Vegetalika ◽  
2021 ◽  
Vol 10 (4) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Rochmad Nur Nadif ◽  
Dody Kastono ◽  
Suci Handayani ◽  
Taufan Alam

Permasalahan lahan kering di bawah tegakan kayu putih untuk budidaya padi adalah keterbatasan kandungan lengas tanah yang tergantung pada curah hujan. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh model pemanenan air hujan terhadap pertumbuhan dan hasil empat kultivar padi dalam sistem agroforestri dengan kayu putih. Penelitian dilaksanakan pada bulan November-April 2020 di Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Menggoran, Bagian Daerah Hutan (BDH) Playen, Kesatuan Pengelolaan Hutan dan Pemangku Hutan (KPH) Yogyakarta. Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) tiga ulangan. Petak utama (main plot) adalah model pemanenan air hujan terdiri dari tanpa parit + tanpa serasah organik (P0), parit + serasah organik (P1), dan parit + serasah organik + biopori (P2). Anak petak (sub plot) yaitu kultivar padi yang terdiri atas Situ Patenggang (V1), GM 2 (V2), GM 8 (V3), dan GM 28 (V4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan parit + serasah organik + biopori meningkatkan produktivitas padi sebesar 11,02 % dibandingkan tanpa parit + tanpa serasah organik. Kultivar padi Situ Patenggang menghasilkan produktivitas sebesar 3,03 ton/ha atau lebih tinggi dibandingkan kultivar GM 2, GM 28, dan GM 8 sebesar 2,92 ton/ha, 2,86 ton/ha, dan 2,42 ton/ha.

2011 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 121-130
Author(s):  
U. Ismaila ◽  
M. G. Kolo ◽  
A. U. Gbanguba

A Field trial was conducted at the aerobic rice experimental field of the NationalCereals Research Institute (NCRI), Badeggi, Nigeria (9 ° 04 N and 6° 7 E)in 2007 and 2008 wet seasons to determine the weed competitiveness andperformance of inter Ã¢â‚¬Â and intra‐specific aerobic rice (Oryza sativa L.) varietiesunder seven weeding regimes. The trial was laid out in a split plot designwith the two varieties of rice (NERICA 1 as inter Ã¢â‚¬Âspecific and FARO 46 asintra Ã¢â‚¬Âspecific) assigned to the main plot while seven weeding regimes (hoeweeding at 25, 45, and 65 days after sowing (DAS), 25 DAS, 45 DAS, 25 and45 DAS, application of 3’,3’ Ã¢â‚¬Â dichloropropionanilide /2, 4 – Dichlorophenoxyacetic acid (orizo plus R) by Candel Company Ltd. at 3.5 kg active ingredient(ai )ha Ã¢â‚¬Â1 at 25 DAS, hoe weeding at 25 DAS followed by orizo plus at 3.5 kg aiat 45 DAS and weedy check) constituted the sub – plots. The treatmentswere replicated three times in a split plot design. From the results, interspecificvariety (NERICA1) had better weed suppression ability with highergrain yield of 3.1 t ha Ã¢â‚¬Â1 than the intra‐specific variety (FARO 46). Weed controlwas better when hoe weeding was done at 25, 45 and 65 DAS or 25 and45 DAS and at 25 DAS followed by orizo plus at 45 DAS than in other treatments.However, hoe weeding at 25, 45 and 65 DAS gave significantlygreater grain yield than other treatments. Although economic yield was obtainedfrom hoe weeding at 25 DAS followed by orizo plus at 45 DAS.


Author(s):  
Siti Syarah Maesyaroh ◽  
Ikhwan Sadid Albatsi ◽  
Wahid Erawan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap keragaman serangga serta hasil pada tanaman padi. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Garut pada Bulan November 2017 sampai Maret 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT, Split Plot Design) dengan empat ulangan. Varietas (V) sebagai petak utama (Main Plot) dengan dua taraf, yaitu: varietas Ciherang (v1) dan varietas Sunan Ambu (v2). Jarak tanam (J) berperan sebagai anak petak (Sub Plot) terdiri dari empat taraf, yaitu: Legowo 2:1 20 cm x 20 cm x 40 cm (j1), Tegel 25 cm x 25 cm (j2), Legowo 2:1 30 cm x 30 cm x 50 cm (j3) dan Tegel 30 cm x 30 cm (j4). Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara varietas padi dan jarak tanam terhadap keragaman serangga serta hasil pada tanaman padi. Kombinasi perlakuan varietas Sunan Ambu dengan jarak tanam legowo 2:1 (30 cm x 30 cm x 50 cm) mampu menekan keberadaan serangga hama hingga jumlahnya seimbang dengan serangga predator.Varietas Ciherang menunjukkan penampilan terbaik pada bobot gabah basah per plot. Varietas Sunan Ambu menunjukkan penampilan terbaik pada jumlah malai dan bobot 1000 butir. Jarak tanam legowo 2:1 (30 cm x 30 cm x 50 cm) memberikan pengaruh terbaik pada jumlah malai. Jarak tanam tegel (30 cm x 30 cm) memberikan pengaruh terbaik pada bobot gabah basah per plot. Bobot 1000 butir tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan jarak tanam. Kata kunci : Padi, serangga, jarak tanam.


2019 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
Author(s):  
JOKO PRIYANTO ◽  
ACHMAD FATCHUL AZIEZ ◽  
SETIE HARIENI

Padi (Oryza sativa L) merupakan komoditas pangan yang sangat penting peranannya dan menjadi komoditas utama pangan di indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi melalui teknik budidaya padi dengan menambahkan mikoriza pada tanaman. Akar adalah bagian terpenting pada tanaman yang berada didalam tanah dan memiliki peran yang sangat penting dan menyerap air dan unsur hara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap karakter perakaran dan hasil varietas padi sawah yang dibudidayakan pada lahan tadah hujan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 sampai dengan Juli 2018 di di desa Demangan, kecamatan Sambi, kabupaten Boyolali. Dengan lahan sawah tadah hujan dan ketinggian tempat 130 mdpl dengan jenis tanah Regosol dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara Split Plot dengan dua faktor yaitu mikoriza sebagai main plot dan varietas sebagai sub plot dan diulang tiga kali dengan taraf mikoriza sebagai berikut ; M0 : tanpa mikoriza, M1 : dengan mikoriza dan varietas dengan taraf sebagai berikut ; V1 : varietas situbagendit, V2 : varietas pepe, V3 : varietas mentikwangi, V4 : varietas way apo buru, V5 : varietas memberamo, V6 : varietas mekongga, V7 : varietas IR 64, V8 : varietas inpari13. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) perlakuan penggunaan mikoriza pada tanaman padi menunjukkan berpengaruh berbeda nyata terhadap panjang akar, luas permukaan, berat segar dan kering akar, berat kering tanaman dan berat gabah kering panen/petak. (2) Perlakuan berbagai varietas tanaman padi merupakan cara untuk mengetahui varietas terbaik. Varietas yang terbaik adalah varietas memberamo karena dapat terinfeksi mikoriza dengan sangat efektif. (3) Hasil tertinggi berat gabah kering panen/hektar terdapat pada M1V1 dengan perlakuan dengan mikoriza varietas memberamo dengan berat 3.725 kg, dan hasil terendah berat gabah kering panen/petak terdapat pada M0V7 dengan perlakuan tanpa mikoriza varietas IR 64 dengan berat 1.956 kg.


Jurnal BiBieT ◽  
2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Jamilah Jamilah ◽  
Andi Rico Putra ◽  
Milda Ernita

<p>Percobaan penambahan N pada POC sebagai foliar fertilizer untuk tanaman padi ratoon telah dilaksanakan Di Kota Padang, September 2017 - Januari 2018, Tujuan penelitian mendapatkan kombinasi dari pemberian Nitrogen buatan terhadap POC untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi ratoon.  Percobaan disusun dalam bentuk split plot, dengan petak utama adalah pemangkasan terdiri atas 2 taraf yaitu; tidak dipangkas dan dipangkas.  Anak petak berupa pemberian foliar fertilizer terdiri atas 4 jenis yaitu; 0 (F1); 800 mg L<sup>-1</sup> Urea (F2); 25 ml L<sup>-1</sup> + Urea (F3); 50 ml L<sup>-1</sup> POC + Urea (F4), diulang 3 kali. Data dianalisis secara statistika menggunakan ANOVA α 5%, jika perlakuan berpengaruh nyata dilakukan dengan uji lanjut BNT α 5%.  Parameter  antara lain; berat hijauan pangkasan, tinggi tanaman,   persentase anakan produktif, umur berbunga dan panen, produksi jerami dan gabah per hektar. Dari hasil percobaan maka disimpulkan bahwa pemberian 800 mg L<sup>-1</sup> pupuk N tunggal dari Urea atau menambahkannya ke dalam POC tidak menguntungkan bagi pertumbuhan dan hasil padi ratoon. Pemangkasan tidak menurunkan hasil gabah yang mencapai 5,37 t ha<sup>-1</sup> GKP, dan peroleh usaha tani masih dapat diimbangi dengan adanya HPT sebesar 3,63 t ha<sup>-1</sup> yang sangat penting bagi program integrasi padi dan ternak. </p><p> </p><p><em>The experiment of an addition of N on foliar fertilizer for ratoon rice plant has been done In Padang City, September 2017 to January 2018, in a semi-intensive paddy field, with altitude 10 m above sea level. The experiment was arranged in the form of a split plot, with the main plot being a pruning consisting of 2 levels ie; not pruned and. The subplot of fertilizer foliar consists of 4 types namely; 0 (F1); 800 mg L<sup>-1</sup> Urea (F2); 25 ml L<sup>-1</sup> + Urea (F3); 50 ml L<sup>-1</sup> POC + Urea (F4). Experiment repeated 3 times. Data were analyzed statistically by using ANOVA 5% if treatment had real effect done with BNT test 5%. Parameters include; the weight of crop forage, plant height, a percentage of productive tillers, flowering age and harvest, straw and paddy production per hectare. From the experimental results, it was concluded that administering 800 mg L<sup>-1</sup> of single N fertilizer from Urea or adding it to POC as foliar fertilizer was not favorable for growth and yield of ratoon rice. Pruning does not reduce grain yield reaching 5.37 t ha<sup>-1</sup>, and earn farming can still be offset by the existence of HPT of 3.63 t ha<sup>-1</sup>.</em></p><p> </p><p> </p>


Author(s):  
Jenal Mutakin ◽  
Ayudita Damayanti ◽  
Rama Adi Pratama

Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia dan memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem tanam dan jarak tanam terhadap dominasi gulma, pertumbuhan dan hasil padi di Desa Depok Cisompet Kabupaten Garut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai Februari 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) dengan faktor pertama sebagai main plot adalah sistem tanam (S) terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu : s1 = Sistem Organik, s2 = Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), dan s3 = Sistem Konvensional, sedangkan faktor kedua sebagai sub plot adalah jarak tanam (J) terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu : j1 = 20 x 20 x 40 cm, j2 = 30 x 30 x 50 cm, j3 = 25 x 25 cm, dan j4 = 30 x 30 cm, kombinasi perlakuan sebanyak 12 yang diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara sistem tanam dengan jarak tanam terhadap tinggi tanaman umur 40 HST, dan tinggi tanaman umur 60 HST. Secara mandiri sistem tanam organik memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah anakan dan jumlah anakan produktif, sedangkan sistem konvensional memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot gabah per rumpun dan bobot 1000 butir gabah kering panen, serta terdapat gulma dominan yang berbeda pada sistem organik dengan sistem TOT dan sistem konvensional. Kata Kunci : Sistem Tanam, Jarak Tanam, Gulma, Oryza sativa L.


Jurnal Agro ◽  
2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 153-163
Author(s):  
Ndari Retno Lestari ◽  
Soni Isnaini ◽  
Safiuddin Safiuddin ◽  
Yatmin Yatmin ◽  
Maryati Maryati

Sistem tanam (ST) yang sering digunakan petani yaitu ST tegel. Sampai sekarang masih banyak petani yang menggunakan bibit lebih dari tujuh batang per lubang tanam (BpLT). Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari respon tanaman padi terhadap  ST dan jumlah bibit per lubang tanam (JBpLT). Penelitian dilakukan di Desa Raman Aji, Kecamatan Raman Utara, Lampung Timur pada bulan Februari sampai Mei 2016.  Perlakuan disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Lengkap dengan pola split plot.  Petak utama adalah ST jarwo 2:1, ST Jarwo 4:1, dan ST tegel 25 x 25 cm. Anak petak terdiri atas JBpLT: 1 BpLT, 2 BpLT, dan 3 BpLT. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan uji orthogonal  kontras, semua pengujian dilakukan pada taraf 5%.  Hasil percobaan menunjukkan bahwa (1) ST jarwo 2:1 dan ST jarwo 4:1 meningkatkan pertumbuhan padi hibrida Mapan P-05 dibandingkan ST tegel 25 x 25 cm, (2) penanaman 1 BpLT meningkatkan komponen hasil padi dibandingkan penanaman 2 BpLT dan 3 BpLT, dan (3) penanaman 1 BpLT memberikan hasil GKG (6,86 t ha-1) yang lebih tinggi dari penanaman 2 BpLT (5,64 t ha-1) dan 3 BpLT (4,59 t ha-1) pada ST jarwo 2:1, ST jarwo 4:1 dan ST tegel 25 x 25 cm, secara berurutan.AbstractThe common planting system (PS) used by the farmers is Tegel system. Yet, many farmers still use more than seven seeds per planting hole (SpPH). The research objective was to study the reponse of rice plants to the planting system and the number SpPH. The research was conducted in Raman Aji Village, Raman Utara, East Lampung from February to May 2016. The treatments were arranged in a RCBD with a split plot pattern (the main plot were the PS i.e. jarwo 2: 1, jarwo 4: 1 and “Tegel” 25 x 25 cm; the subplots are the number of SpPH i.e. 1 SpPH, 2 SpPH, and 3 SpPH). The results showed that (1) the jarwo 2: 1 system increased rice growth compared to the 25 x 25 cm “Tegel”; (2) application of 1 SpPH increased the yield  component  of rice compared to planting 2 SpPH and SpPH; and (3) application of 1 SpPH (6.86 t ha-1) gave the higher weight of milled grain than using 2 SpPH (5.64 t ha-1) and 3 SpPH (4.59 t ha-1), both planted in the jarwo 2:1, jarwo 4:1 and 25 x 25 cm  “Tegel” System


2021 ◽  
pp. 1-21
Author(s):  
Jose H. S. de Sanctis ◽  
Amit J. Jhala

Abstract Velvetleaf is an economically important weed in agronomic crops in Nebraska and the United States. Dicamba applied alone usually does not provide complete velvetleaf control, particularly when velvetleaf is greater than 15 cm tall. The objectives of this experiment were to evaluate the interaction of dicamba, fluthiacet-methyl, and glyphosate applied alone or in a mixture in two- or three-way combinations for velvetleaf control in dicamba/glyphosate-resistant (DGR) soybean and to evaluate whether velvetleaf height (≤ 12 cm or ≤ 20 cm) at the time of herbicide application influences herbicide efficacy, velvetleaf density, biomass, and soybean yield. Field experiments were conducted near Clay Center, Nebraska in 2019 and 2020. The experiment was arranged in a split-plot with velvetleaf height (≤ 12 cm or ≤ 20 cm) as the main plot treatment and herbicides as sub-plot treatment. Fluthiacet provided ≥ 94% velvetleaf control 28 d after treatment (DAT) and ≥ 96% biomass reduction regardless of application rate or velvetleaf height. Velvetleaf control was 31% to 74% at 28 DAT when dicamba or glyphosate was applied alone to velvetleaf ≤ 20 cm tall compared with 47% to 100% control applied to ≤ 12 cm tall plants. Dicamba applied alone to ≤ 20 cm tall velvetleaf provided < 75% control and < 87% biomass reduction 28 DAT compared with ≥ 90% control with dicamba at 560 g ae ha−1 + fluthiacet at 7.2 g ai ha−1 or glyphosate at 1,260 g ae ha−1. Dicmaba at 280 g ae ha−1 + glyphosate at 630 g ae ha−1 applied to ≤ 20 cm tall velvetleaf resulted in 86% control 28 DAT compared with the expected 99% control. The interaction of dicamba + fluthiacet + glyphosate was additive for velvetleaf control and biomass reduction regardless of application rate and velvetleaf height.


AgriPeat ◽  
2019 ◽  
Vol 18 (01) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Admin Journal

                                                                                                                                       ABSTRACTThis research was aimed to investigate the effect of mulch type and gandasil-B fertilizer on the growth and yield of chili pepper (Capsicum frutescens L.) on inland peat soil. The method used in this research was two-factor Randomized Block Design with split plot arrangement and three replications. The main plot was the mulch type which consists of three treatments, namely: control, cogon grass and silver-black plastic mulch, and as sub plot was the dose of gandasil-B which consists of four 4 levels, namely: 0, 1, 2, and 3 g L-1 water. Results showed that the interaction between different types of mulch and gandasil-B fertilizer only had significant effect on the diameter of the stem, the number of productive branch, the number of fruit per plant, and the weight of fruit per plant. The utilization of silver-black plastic mulch and gandasil- B fertilizer at the concentration of 3 g L-1 water showed more number of productive branch (14.00 branches) and number of fruit (151.17 fruits) per plant and the weight of fruit (166.52 g) per plant was significantly higher.Keywords : Mulch, cogon grass, silver-black plastic, Gandasil-B, inland peat soil                                                                                                                                       ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa dan pupuk gandasil-B terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum fruestescens L.) pada tanah gambut pedalaman. Percobaan ini menggunaakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) disusun secara split plot dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Sebagai petak utama, yaitu jenis mulsa terdiri dari tiga jenis, yaitu : kontrol, mulsa alang-alang dan mulsa plastik hitam perak. Sebagai anak petak adalah dosis pupuk Gandasil-B terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu : 0, 1, 2 dan 3 g L-1 air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi penggunaan jenis mulsa dengan pupuk gandasil-B hanya berpengaruh nyata terhadap diameter batang, jumlah cabang produktif, jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman. Penggunaan mulsa plastik hitam perak dan pupuk gandasil-B 3 g L-1 air diperoleh jumlah cabang produktif (14.00 cabang) dan jumlah buah (151.17 buah) per tanaman) nyata lebih banyak dan berat buah (166.52 g) per tanaman nyata lebih tinggi.Kata kunci : Mulsa, alang-alang, plastik hitam perak, pupuk gandasil-B, gambut pedalaman


2020 ◽  
Vol 29 (1) ◽  
pp. 55-62
Author(s):  
Darko Jovanović ◽  
Ivan Cuvaca ◽  
Jon Scott ◽  
Stevan Knežević

Field experiment was conducted in 2019 at Haskell Agriculture Laboratory, Concord, NE, USA. Goal of the study was to test the influence of PRE-EM herbicides on the Critical Time for Weed Removal (CTWR) in dicamba-tolerant soybean. The study was arranged in a split-plot design which consisted of four herbicide regimes as main plot treatments and seven weed removal timings as subplot treatments, with four replications. The herbicide regimes included: (1) no PRE and glyphosate, (2) acetochlor and dicamba as PRE and glyphosate as POST, (3) acetochlor and dicamba as PRE and glyphosate and dicamba as POST, and (4) acetochlor and fomesafen as PRE and acetochlor, glyphosate and dicamba as POST. The five weed removal times included the V1, V3, V6, R2 and R5, and there were also weedy and weed-free season long plots. By utilizing herbicide regimes, the CTWR was delayed to 632 GDD (until V4 soybean growth stage, 28 days after emergence) for acetochlor and dicamba as PRE and glyphosate as POST, 861 GDD (until V6 soybean growth stage, 32 days after emergence) for acetochlor and dicamba as PRE and glyphosate and dicamba as POST, and 1060 GDD (until R1 soybean growth stage, 42 days after emergence) for acetochlor and fomesafen as PRE and acetochlor, glyphosate and dicamba as POST.


Author(s):  
Amir Mahmud ◽  
Mukhlis Mukhlis

Penelitian ini telah di lakukan di Desa Purwodadi Kecamatan Padang Sidimpuan Batunadua Kota Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji beberapa jenis mulsa dalam mengendalikan gulma pada beberapa varietas tanaman padi sawah dengan metode System Of Rice Intensification. Percobaan ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split plot design) dalam pola RAK dengan dua faktor. Faktor utama adalah varietas padi sawah yang terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu varitas Aryze H6444, varitas Situ Bagendit dan varitas Siganteng. Faktor anak petak adalah penggunaan mulsa yang terdiri dari empat taraf perlakuan yaitu jerami padi, sekam padi, titonia dan mulsa plastik hitam.Varitas Aryze H6444 Gold dan varitas Siganteng menunjukkan hasil terbaik pada penggunaan mulsa plastik, sedangkan varitas Situ Bagendit menunjukkan hasil terbaik pada mulsa jerami padi. Jenis gulma Ludwigia octovalvis merupakan gulma yang mendominasi pada pemberian mulsa jerami padi, sekam padi dan mulsa plastik. Sedangkan pada mulsa Titonia jenis gulma yang mendominasi adalah gulma Eleusine indica. Penggunaan mulsa plastik lebih baik dari pada penggunaan mulsa Titonia, mulsa jerami padi dan sekam padi dalam menekan pertumbuhan gulma pada tanaman padi sawah dengan sistem SRI. Kata Kunci : pengendalian gulma, jenis mulsa, beberapa varitas,metode SRI.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document