Kesantunan Pragmatik dalam Irai Hyougen Bahasa Jepang pada Acara Berita Asaichi

Metahumaniora ◽  
2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Thamita Islami Indraswari ◽  
Riza Lupi Ardiati

Penelitian ini berfokus pada deksripsi bentuk irai hyougen dan bentuk kesantunan dalam irai hyougen yang muncul pada percakapan di acara berita Asaichi. Penelitian dilakukan lewat kajian pragmatik. Identifikasi komponen percakapan yang mengandung irai hyougen dilakukan berdasarkan bentuk irai hyougen maupun implikasi percakapan. Penanda kesantunan diamati lewat kemunculan ungkapan hormat, ungkapan kerendahan hati, ungkapan penimbang rasa, ungkapan beri-terima, serta ungkapan tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada acara Asaichi, irai hyougen dinyatakan dalam bentuk suikoukei irai hyougen, meireikei irai hyougen, youkyuukei irai hyougen, ganbou hyoushutsuteki irai hyougen, dan enkyokuteki irai hyougen. Penanda kesantunan irai hyougen ditemukan dalam bentuk penggunaan kenjougo, penggunaan bentuk formal dari nomina dan pronomina, sebutan hormat, penggunaan irai dalam bentuk tidak langsung, penambahan adverbia maupun partikel akhir kalimat untuk menunjukkan rasa hormat pada petutur, menunjukkan kerendahan hati, empati, kehati-hatian, penghindaran kesan paksaan serta penghalus tuturan. This article examine form of irai hyogen and politeness which reflected in irai hyougen in Japanese television programme called Asaichi. In this study, using pragmatic approach, forms of irai hyougen  are being examined through lexical forms, grammatical forms and conversational implicature. Politeness in irai hyougen are being examined by the emergence of expression of respect, expression of humility, expression of concern for others, expression of giving and receiving favor, indirect expression in irai hyougen. The findings of the study showed that in Asaichi, irai hyogen are expressed through suikoukei irai hyougen, meireikei irai hyougen, youkyuukei irai hyougen, ganbou hyoushutsuteki irai hyougen, and enkyokuteki irai hyougen. Politeness in irai hyougen can be identified by the use of kenjougo, formal forms of noun or pronoun to defer the hearer, terms of respect, indirect request pattern, the use of adverbs and sentence ending particles to show humility, empathy, carefulness, to smooth the request, and avoiding constraint in request are preferable.

Metahumaniora ◽  
2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Thamita Islami Indraswari ◽  
Riza Lupi Ardiati

Penelitian ini berfokus pada deksripsi bentuk irai hyougen dan bentuk kesantunan dalam irai hyougen yang muncul pada percakapan di acara berita Asaichi. Penelitian dilakukan lewat kajian pragmatik. Identifikasi komponen percakapan yang mengandung irai hyougen dilakukan berdasarkan bentuk irai hyougen maupun implikasi percakapan. Penanda kesantunan diamati lewat kemunculan ungkapan hormat, ungkapan kerendahan hati, ungkapan penimbang rasa, ungkapan beri-terima, serta ungkapan tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada acara Asaichi, irai hyougen dinyatakan dalam bentuk suikoukei irai hyougen, meireikei irai hyougen, youkyuukei irai hyougen, ganbou hyoushutsuteki irai hyougen, dan enkyokuteki irai hyougen. Penanda kesantunan irai hyougen ditemukan dalam bentuk penggunaan kenjougo, penggunaan bentuk formal dari nomina dan pronomina, sebutan hormat, penggunaan irai dalam bentuk tidak langsung, penambahan adverbia maupun partikel akhir kalimat untuk menunjukkan rasa hormat pada petutur, menunjukkan kerendahan hati, empati, kehati-hatian, penghindaran kesan paksaan serta penghalus tuturan. This article examine form of irai hyogen and politeness which reflected in irai hyougen in Japanese television programme called Asaichi. In this study, using pragmatic approach, forms of irai hyougen  are being examined through lexical forms, grammatical forms and conversational implicature. Politeness in irai hyougen are being examined by the emergence of expression of respect, expression of humility, expression of concern for others, expression of giving and receiving favor, indirect expression in irai hyougen. The findings of the study showed that in Asaichi, irai hyogen are expressed through suikoukei irai hyougen, meireikei irai hyougen, youkyuukei irai hyougen, ganbou hyoushutsuteki irai hyougen, and enkyokuteki irai hyougen. Politeness in irai hyougen can be identified by the use of kenjougo, formal forms of noun or pronoun to defer the hearer, terms of respect, indirect request pattern, the use of adverbs and sentence ending particles to show humility, empathy, carefulness, to smooth the request, and avoiding constraint in request are preferable.


JALABAHASA ◽  
2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 56-71
Author(s):  
Selva Putri Yanika ◽  
Ixsir Eliya ◽  
Ali Akbar Jono

Salah satu jenis sastra lisan yang hingga kini masih membudaya di Bengkulu Selatan adalah bedindang. Bedindang sebagai sastra lisan mengandung tuturan yang memiliki makna ilokusi beragam karena banyak mengandung perumpamaan dan makna yang tersirat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud implikatur dan fungsi implikatur dalam bedindang. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan pragmatik dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada dua wujud implikatur dalam sastra lisan bedindang, yaitu (1) implikatur konvensional dan (2) implikatur percakapan yang terbagi menjadi tiga, yaitu (a) implikatur percakapan umum, (b) implikatur percakapan berskala, dan (c) implikatur percakapan khusus. Wujud-wujud implikatur yang ditemukan dalam analisis memiliki fungsi tertentu yang ingin disampaikan penutur. Ada tiga jenis fungsi, yaitu (1) fungsi direktif, (2) fungsi ekspresif, dan (3) fungsi asertif. One type of oral literature that is still cultivated in South Bengkulu is bedindang. Bedindang, as an oral literature, contains utterances that have various illocutionary meanings as it contains many parables and implied meanings. This study aims to describe the implicature form and implicature function in bedindang. There are two approaches used, namely the pragmatic approach and the qualitative descriptive approach. The results revealed two forms of implicature in bedindang oral literature: (1) conventional implicature and (2) conversational implicature. Conversational implicature is divided into three, namely (a) general conversation, (b) scaled conversation, and (c) conversation implicature with special context. Additionally, the implied forms found in the analysis have three specific functions which the speaker wishes to convey: (1) directive, (2) expressive, and (3) assertive.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Fitri Isnaeni ◽  
Asep Purwo Yudi Utomo

AbstrakHubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ucapan yang disampaikan ketika terjadi konflik sangat mungkin memiliki makna yang berbeda dengan apa yang disampaikan. Perbedaan makna dan maksud tuturan yang disampaikan inilah yang disebut implikatur percakapan. Film Dilan 1991 merupakan salah satu film yang diminati penoton khususnya kalangan remaja. Film Dilan 1991 menunjukkan konflik interpersonal antartokohnya yang menyebabkan munculnya implikatur percakapan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk implikatur percakapan dalam hubungan konflik interpersonal remaja dalam film Dilan 1991. Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan pragmatik dan analisis deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa penggalan tuturan dalam konflik interpersonal remaja yang diduga terdapat implikatur dalam tuturannya. Sumber data dalam penelitian ini yaitu keseluruhan tuturan di dalam film Dilan 1991 yang menunjukkan dialog yang dilakukan tokoh remaja. Dari 129 data tuturan, secara umum terdapat 42 tuturan yang mengandung implikatur percakapan. Hasil seleksi data yang dilakukan menghasilkan 14 data yang mengandung implikatur percakapan dalam konflik interpersonal remaja dan selanjutnya dideskripsikan dalam penelitian ini.AbstractInterpersonal relationships are relationships that consist of two or more people who have dependencies with one another and use a consistent pattern of interaction. The utterance that is conveyed when a conflict occurs is very possible to experience a different meaning from what is conveyed. The difference in meaning and purpose of the speech delivered is what been kown as the conversational implicature. Dilan 1991 is one of the films that interested  to the audience, especially among teenagers. The film Dilan 1991 shows interpersonal conflicts between characters that lead to the emergence of conversational implicature. This study aims to explain the implicative form of conversation in adolescent interpersonal conflict relationships in the  film Dilan 1991. The research approach was carried out with a pragmatic approach and qualitative descriptive analysis. This research data in the form of fragments of speech in adolescent interpersonal conflicts that allegedly contained implications in the speech. The data source in this study is the whole utterance in the film Dilan 1991 which shows the dialogue carried out by teenage characters. From 129 speech data, in general there are 42 speech that contain conversational implicature. The results of the data selection were conducted to produce 14 data that contain conversational implicature in adolescent interpersonal conflicts and are further described in this study.


Author(s):  
باديس لهويمل (Badis Lihoeml)

ملخص البحث:يهدف هذا المقال إلى عرض مقارنة بين نظرية الاستلزام الحواري لـ"بول غرايس" وبعض مقترحات السكاكي في علم البيان، خاصةً في التشبيه والمجاز والكناية عبر الإجابة عن الإشكالية الآتية: ما نوع العلاقة المعرفية التي تربط بين ما جاء به السكاكي في علم البيان، وما أتى به بول غرايس وجون سيرل في وصفهما للاستلزام الحواري، والأفعال الكلامية غير المباشرة على التوالي؟ وصلت الدراسة إلى بعض النتائج المهمة، ومنها: لعلّ هذه الإطلالة والمقابلة بين "السّكاكي" من جهة و"جون سيرل" و"بول غرايس" من جهة أخرى، فيما يخصّ المعنى غير الحرفي أو المعنى غير الطبيعي، تعكس قدرة المفتاح على القرض والاقتراض مع النّظريات اللّسانية الحديثة مثل التّداولية واللّسانيات الوظيفية، ممّا يبيّن عمق الرّؤية البلاغيّة والتّداولية للسّكاكي في تحليله لمنطق اللّغة العربيّة وبحثه عن المعنى فيها.                                                                      الكلمات المفتاحية: الاستلزام الحواري-السّكاكي-التشبيه-المجاز-الاستعـارة. Abstract:This article aims to highlight the difference between Paul Grice and John Searle’s theory of Conversational Implicature and some of as Sukaky suggestions in ‘ilm al Bayan, specifically in simile, allegory and metonymy in answering the following: what are the common characteristics shared by as Sukaky in ‘ilm al Bayan and Paul Grice and John Searle as far as conversational implicature and indirect speech acts are concerned. The major conclusion of this study is: hopefully the discussion and comparison between as Sukaky on one side and Paul Grice and John Searle on the other, particularly on the issue of direct meaning and unnatural meaning, would be able to show a close link between modern linguistics theory e.g. pragmatics and functional linguistics and rhetoric and pragmatics views as thoroughly presented by as Sukaky in his analysis of the logic of Arabic Language and its meaning.Keywords: Conversational Implicature- as Sukaky- Simile- Allegory- Personification.Abstrak:Artikel ini akan mengemukakan perbandingan antara teori implikasi Paul Grice dan beberapa pandangan as-Sakakiyy dalam ilmu Retorik, khususnya dalam perumpamaan, metafora dan kiasan, dengan menjawab persoalan-persoalan berikut: apakah perkaitan antara pandangan as-Sakakiyy dalam ilmu Retorik serta Paul Grice dan John Searle tentang teori implikasi serta tindakan lisan secara tidak langsung? Perbandingan antara ketiga-tiga padangan dari segi maksud bukan literal atau tidak normal, mencerminkan kelebihan karya Miftahul ‘Ulum yang mampu beradaptasi dengan teori-teori liguistik baru seperti liguistik pragmatik dan fungsi, yang membayangkan ketelitian pandangan retorik serta pragmatik oleh as-Sakakiyy dalam perbahasan logika dan makna dalam Bahasa Arab.  Kata kunci: Teori Implikasi- as-Sakakiyy– Perumpamaan– Metafora– Personifikasi.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 38-53
Author(s):  
Siti Syarah Kamilah Arifin ◽  
Yadi Mardiansyah ◽  
Ajang Jamjam

Abstract: The process of communication, not only happening in real life, but in the literary work of which one of them in the form of a novel also have conversations between characters who are one with another. Such a process of communication takes place in Aulad Haratina's novel episode of Rifa'at by Najib Mahfudz. In the novel, there are a number of speeches that violate the principle of cooperation. The violation indicates a conversational implicature. The purpose of this research is to know the form of violation of cooperative principle contained in the novel Aulad Haratina episode of Rifa'at by Najib Mahfudz and to know the implicatur which happened due to violation of the principle of cooperation. The method used in this research is analytical descriptive method. The technique used in data collection is the technique of referring, and the method used to analyze the data using the method of extralingual padan, that is connecting the problem of language with things that are outside the language. The approach used in this research is pragmatic approach. Using these methods and techniques, the results of the research revealed that in Aulad Haratina's novel episode Rifa'at there is a violation of the principle of cooperation that includes violations of the maxim of quantity, maxim of quality, the maxim of relevance, and the maxim of the way or execution. These violations create conversational implicatures that include: Interrupted, Calming, Informing, Feeling Disappointed, Affirming, Reassuring, Respecting, Rejecting, Evading, Asking for Compassion, Feeling Good, Reminding, Humiliating, Defending, Pleading, Irritating, Asking for Advice, Praising, Taunting, Blaming, Not Caring, Anger, Complaining, Threatening.ملخص البحث: لا يقع التواصل في الحياة الحقيقة فحسب، بل في الإنتاج الأدبي كذلك، منها القصة. وهو يقع التواصل في المحادثة بين طبيعة الرواية. وقع هذا التواصل في قصة أولاد حرتنا حلقة رفاعة لنجيب محفوظ. وجد الكلام المخالف للمبدأ التعاوني. كان انتهاك يدل على وجود تضمين الكلام.أغراض هذا البحث هى معرفة انتهاك قواعد المبدأ التعاوني في قصة أولاد حرتنا حلقة رفاعة لنجيب محفوظ و معرفة التضمين الذي يظهر بسبب انتهاك قواعد المبدأ التعاوني في قصة أولاد حرتنا حلقة رفاعة لنجيب محفوظ.المنهج المستخدم في هذا البحث هو المنهج الوصفي التحليلي. و الطريقة المستخدمة في جمع البيانات هى منهج الملاحظة و التسجيل (Simak Catat) و في تحليل البيانات، مستخدمة منهج مباراة اللغات إضافية هى من خلال ربط مشاكل اللغة مع الأشياء التي خارج اللغة. و المدخل المستخدم في هذا البحث هو الدراسة التداولية. باستخدام المنهج و الطريقة السابقة، وجدت نتيجة البحث كما يلي، هو ان في قصة أولاد حرتنا حلقة رفاعة وجد انتهاك  قواعد المبدأ التعاوني مثل انتهاك في قاعدة الكم و النوع و الملائمة و الطريقة. و ظهر تضمين الكلام من ذلك الانتهاك، مثل المشوش و التهديئ و الاخبار و خيبة الأمل و التصريح و التصديق و الاحترام و الرفض و الابتعاد و طلب الرحمة و التذكير والاعتقاد و الاحتقار و دفاع النفس و الطلب و الغضب والاقتراح و المدح و التغريب و التغليط و الإهمال و الغضب و  التأوه و التهديد.Abstrak: Proses komunikasi, tidak hanya terjadi dalam kehidupan nyata, tetapi dalam karya sastra yang salah satunya berbentuk novel juga melakukan percakapan antar tokoh yang satu dengan yang lain. Proses komunikasi seperti itu terjadi dalam novel Aulad Haratina episode Rifa’at karya Najib Mahfudz. Dalam novel tersebut, terdapat sejumlah tuturan yang melanggar prinsip kerja sama. Pelanggaran tersebut menunjukkan adanya implikatur percakapan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam novel Aulad Haratina episode Rifa’at karya Najib Mahfudz dan mengetahui implikatur yang terjadi akibat pelanggaran prinsip kerja sama tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ialah teknik simak catat, dan metode yang dilakukan untuk menganalisis data menggunakan metode padan ekstralingual, yaitu menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan pragmatik. Dengan menggunakan metode dan teknik tersebut, hasil penelitian yang terungkap adalah bahwa dalam novel Aulad Haratina episode Rifa’at terdapat pelanggaran prinsip kerja sama yang meliputi pelanggaran terhadap maksim kuantitas, maksim kualita, maksim relevansi, dan maksim cara atau pelaksanaan. Pelanggaran-pelanggaran tersebut memunculkan implikatur percakapan yang meliputi: Terganggu, Menenangkan, Memberitahukan, Merasa Kecewa, Menegaskan, Meyakinkan, Menghormati, Menolak, Menghindar, Meminta Belas Kasih, Merasa Senang, Mengingatkan, Menghina, Membela Diri, Memohon, Kesal, Meminta Saran, Memuji, Mengejek, Menyalahkan, Tidak Peduli, Marah, Mengeluh, Mengancam.


2022 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 189-197
Author(s):  
Sri Yulianti ◽  
Burhanuddin Arafah ◽  
Ummu Rofikah ◽  
Andi Muhammad Syafri Idris ◽  
Nurfaizah Samsur ◽  
...  

Conversational implicature seems to be an everlasting concern in pragmatics for its wide-ranging investigation possibility. Applying Gricean’s principles, the present study examined the types of conversational implicatures found in the Saturday Night Live talk show. This research used a qualitative method with a pragmatic approach. The research data were collected from the utterances in Season 46 Episode 5 accessed from MBC's channel (www. saturday night live – NBC.COM). The result indicated that there were two types of conversational implicatures found in Saturday Night Live talk show namely: First, particularized conversational implicature, and second, generalized conversational implicature. We found that the utterances containing particularized implicature outnumbered the ones with generalized implicature. In our interpretation, the dominance of particularized implicature reflects the centrality of the particular context in producing and inferring utterances for meaningful and effective communication.


1981 ◽  
Vol 45 (9) ◽  
pp. 585-588
Author(s):  
MJ Kutcher ◽  
TF Meiller ◽  
CD Overholser

1996 ◽  
Vol 41 (11) ◽  
pp. 1149-1149
Author(s):  
Terri Gullickson ◽  
Pamela Ramser

2011 ◽  
Author(s):  
Nathan L. Arbuckle ◽  
William A. Cunningham
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document