scholarly journals Wayang Kulit As A Medium Learning Character

Author(s):  
Sumpana ◽  
Sapriya ◽  
Elly Malihah ◽  
Kokom Kumalasari
Keyword(s):  
Jurnal Bahasa ◽  
2019 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 169-198
Author(s):  
Darwalis Sazan ◽  
Md Zahril Nizam Md Yusoff ◽  
Noriah Mohamed
Keyword(s):  

2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Darmoko Darmoko

Wayang kulit purwa dari masa ke masa dipergunakan oleh kekuasaan sebagai media propaganda politik. Simbol-simbol dalam wayang kulit purwa dimanfaatkan oleh penguasa untuk mempengaruhi masyarakat agar mengikuti  nilai-nilai yang telah dirancang dalam sebuah pertunjukan wayang kulit purwa. Ketika presiden Soeharto berkuasa wacana kekuasaan tergambar dan berkelindan di dalam pergelaran. Pergelaran wayang kulit purwa lakon Rama Tambak, tidak terlepas dari wacana kekuasaan Soeharto. Pada bulan Februari 1998 lakon tersebut dipergelarkan di berbagai kota di Jawa untuk membendung marabahaya yang menimpa bangsa Indonesia. Permasalahan dalam paper ini dapat dirumuskan: bagaimana wacana kekuasaan Soeharto beroperasi dan berkelindan di dalam lakon Rama Tambak? Untuk menjawab permasalahan tersebut dipergunakan konsep tentang wacana kekuasaan - pengetahuan dari Foucault dan Gagasan Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa dari Benedict Anderson, serta implementasi metodologi kualitatif.  Pergelaran wayang kulit purwa lakon Rama Tambak oleh Ki Manteb Soedarsono di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta pada 13 Februari 1998 dipergunakan sebagai data kajian. Paper ini berasumsi bahwa wacana kekuasaan beroperasi dan berkelindan di dalam wayang kulit purwa untuk mempengaruhi masyarakat agar dapat turut serta menghentikan malapetaka nasional. Wacana kekuasaan tidak dapat beroperasi secara efektif karena krisis di segala bidang terus berlangsung dan Soeharto dituntut rakyat untuk turun dari tahta kepresidenan.     Kata kunci: wacana kekuasaan, pengetahuan, ruwat, sanggit, wayang.


Author(s):  
SHARULNIZAM RAMLI ◽  
MOHD ASWAWI ISA ◽  
Shaipuddin Muhammad ◽  
Md Ariff Ariffin

Kajian kes ini bertujuan bagi memperkenalkan suatu bahan berasaskan pokok tumbuhan yang belumpernah digunakan sebelum ini bagi menghasilkan patung wayang kulit Kelantan. Menerusi proses kreatifyang berlaku, kenaf atau nama saintifknya Hisbiscus Canabis telah digunakan dan seterusnya diprosesbermula daripada sejumlah debu pokok kenaf yang digaul dengan air sehinggalah kepada proses akhiriaitu menghasilkan patung wayang kulit Kelantan. Ia merupakan patung wayang kulit yang berasaskanpokok kenaf yang pertama di Malaysia. Pemerhatian dan temubual tidak berstruktur merupakan antarainstrumen utama dalam kajian ini selain daripada pengkaji sendiri sebagai instrumen dengan membina‘rapoot’ bersama penggiat seni ini ketika berada di lapangan kajian. Proses penghasilan patung wayangkulit yang berlaku sangat penting dalam analisis kepada dapatan kajian ini. Lima unsur penting telahdikenalpasti sebagai pencetus kepada inovasi ini. Penghasilan patung wayang kulit Kelantan berasaskankenaf tidak bermakna dapatan kajian ini telah menolak penggunaan kulit binatang secara total. Iamerupakan satu alternatif atau pilihan berbeza selain daripada menghasilkan patung wayang kulitberasaskan kulit binatang. Pembaharuan ini dilihat berupaya mengekalkan populariti seni teater warisanbangsa ini agar kekal relevan dan tidak dipinggirkan oleh golongan muda. Research on this case study aimed at introducing a plant-based plant that has not been used previouslyto produce Kelantan puppets. Through its creative process, kenaf or its scientific name Hibiscus Cannabishas been used and subsequently processed from the amount of kenaf tree dust mixed with water tothe final method of producing Kelantan puppets. It is a wayang kulit puppet based on the first kenaftree in Malaysia. An instrument of observations and unstructured interviews were used in this researchaside from the researchers as an actor in building rapport with the art enthusiasts during fieldwork. Theprocess of producing wayang kulit puppet is very important in the analysis of the findings of this study.Five important elements have been identified which triggered this innovation process. The productionof Kelantan puppets based on kenaf provides an alternative to the making Wayang Kulit puppet. Thesereforms help to maintain the popularity of the heritage of art theatre to remain relevant and not marginalizedby the young


2020 ◽  
Vol 2 (01) ◽  
pp. 20-26
Author(s):  
Indah Nur Syahida ◽  
Pandu Ramadhan ◽  
Dendi Pratama
Keyword(s):  

Wayang sebuah warisan budaya yang adiluhung, keagungan filosofi dan keindahan tatahan dan sunggingan kesenian wayang ini sudah mendapat pengakuan dunia. Wayang Kulit Purwa terutama pada Tokoh  Ksatria bila kita mengamati sebuah figur wayang dari dekat, maka akan terlihat detail visual grafis yang mengagumkan dan nilai pada karakter setiap tokoh yang ada agar dapat mengetahui lebih mendalam nilai karakter dalam budaya Jawa melalui cerita dalam pagelaran wayang kulit purwa dan memperoleh pemahaman. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai Tokoh Ksatria beserta  proporsi dan struktur bentuk tubuhnya dengan gaya Surakarta, yang memiliki ciri khas atau perbedaan mendasar yaitu antara lain memiliki ukuran lebih tinggi satu palemanan daripada ukuran wayang kulit gagrak lain, seperti wayang kulit gagrak Yogyakarta, Banyumas, Cirebon, Jawa Timur. Wayang kulit gagrak Surakarta ini, memiliki proporsi fisik yang ramping dan panjang.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Nunnun Bonafix

Young generation nowadays has lack of knowledge on the culture of shadow puppet (wayang kulit) which is a heritage that has a high value of art and philosophy. This is caused by the impact of foreign cultures rapidly entering Indonesia. The rapid development of the information technology through internet & game has led to globalization that seems to be not limited to space and time. The speed of information and foreign cultures cannot be stopped. The culture of shadow puppet (wayang kulit) is getting eroded and is not much known by the modern society nowadays. This is an irony to a big nation which has a rich heritage, so it is our obligation as a citizen to maintain and preserve it. Based on the formulae of AIGA 2015 that defines (time + content + context) / time = experience design, the game of wayang kulit (shadow puppet) Gatotkaca put forbattled different experience to users in exploring the information and entertainment in those media. Having the spirit of moderate Postmodernism, the design plan called User Interface which combines the modern and classic traditional elements will encourage new experience to the users (Experience Design). The design recognizes times and trends, and it keeps changing as the development of the times. The design can be a pace setter to next individuals who are called to maintain and preserve national cultures, in general, and wayang kulit purwa, in particular, through digital media. The development in the modern era will not change the identity of shadow puppet (wayang kulit) culture since it has solid foundation.


Author(s):  
Zhang Guannan

Chinese Pi Ying and Indonesian Wayang Kulit as known as the crystal of folklore from two different countries. This article is aim to make a comparison between these two traditional folklore.Pi Ying and Wayang Kulit both are made from wood and paper or animal skin. The function of these two folklore is giving a show or performance to audiences based on traditional stories or mythological stories. Compared with Wayang Kulit, Chinese Pi Ying was originated from Han Dynasty, earlier than Wayang Kulit. As traditional arts, coming with improvement of digital technology, Chinese Pi Ying and Wayang Kulit are losing their influence now, these two traditional folklore only can be seen more frequently in theater or rural area. Through this article, Pi Ying and Wayang Kulit will be analyzed, compared and found out the same and different aspects from these two traditional folklore, furthermore, this article will also give certain solutions to solve the problems these two folklore are facing.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Endah Budiarti

The purpose of this study was to find the structure janturan of the Yogyakarta shadow puppet. A further goal of this research is to find a method for learning puppetry language, especially janturan language. To achieve the above objectives, the researchers will first identify and categorize the structure of janturan carried out by Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman, and Mudjanattistomo. Second, the grammatical structure of the Yogyakarta senior puppeteers’ puppets wasthen reduced to the grammatical structure of the Yogyakarta shadow puppet show. To find the structure janturan of Yogyakarta Purwa shadow puppet, this study will apply structural analysis. The concept of tatas in chess aesthetics is the version of Soetarno et al. (2007) and the grammatical structure of the Sasangka version (1989) were used as analysis blades in this study. Janturan is the ukara-ukara (‘sentences’) kenès which are arranged in a complete, sequential, and not overlapping manner. As a ukara certainly has a grammatical structure. To be able to find the grammatical structure of scattering, the tatas concept and the grammatical theory of Javanese language are used. From the results of the study of the (grammatical) structure of the Yogyakarta senior mastermind’s succession, the following pattern is obtained: The first part is a section that contains worship. The second part of the janturan contains the greatness of the kingdom which is the center of storytelling. The third part of janturan contains the great king in the great kingdom who is the center of storytelling. The fourth part of the janturan is about the preparation of the trial and those present at the hearing. It is expected that the results of this study can improve teaching materials in thesubject of Bahasa Pedalangan, Pedalangan Rhetoric, and Basics of Pakeliran in the Pedalangan Department.Tujuan penelitian ini adalah menemukan struktur janturan wayang kulit purwa Yogyakarta. Tujuan lebih jauh dari penelitian ini ialah menemukan satu metode belajar bahasa pedalangan khususnya bahasa janturan. Untuk mencapai tujuan di atas, pertama-tama peneliti akan mengidentifikasi dan mengkategorikan struktur janturan yang dibawakan oleh Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman, dan Mudjanattistomo. Kedua, struktur gramatikal janturan dalang-dalangsenior Yogyakarta tersebut kemudian direduksi menjadi struktur gramatikal janturan wayang kulit purwa Yogyakarta. Untuk menemukan struktur janturan wayang kulit purwa Yogyakarta penelitian ini akan menerapkan analisis struktural. Konsep tatas dalam estetika catur versi Soetarno dkk. (2007) dan struktur gramatikal ukara versi Sasangka (1989) digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Janturanmerupakan ukara-ukara (‘kalimat-kalimat’) kenès yang disusun secara lengkap, urut, dan tidak tumpang tindih. Sebagai sebuah ukara tentu memiliki struktur gramatikal. Untuk dapat menemukan struktur gramatikal janturan digunakan konsep tatas dan teori struktur gramatikal bahasa Jawa. Dari hasil pelacakan terhadap struktur (gramatikal) janturan para dalang senior Yogyakarta, diperoleh pola sebagai berikut: Bagian pertama merupakan satu bagian yang berisi tentang doa pemujaan.  Bagian kedua dari janturan berisi tentang kebesaran kerajaan yang menjadi pusat penceritaan. Bagian ketiga dari janturan berisi tentang raja agung di kerajaan besar yang menjadi pusat penceritaan. Bagian keempat dari janturan berisi tentang persiapan sidang dan yang hadir di dalam sidang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempurnakanbahan ajar mata kuliah Bahasa Pedalangan, Retorika Pedalangan, dan Dasar-dasar Pakeliran di Jurusan Pedalangan.


2017 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 154
Author(s):  
Putu Rendhi Kusuma Artha . ◽  
Ni Nyoman Sri Witari, S.Sn. . ◽  
I Wayan Sudiarta, S.Pd,M.Si. .

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) Struktur rupa figur Tualen pada Wayang Kulit Bali Selatan dan Struktur rupa figur Tualen Bali Utara, (2) Penyebab perbedaan bentuk Tualen Bali Utara dengan bentuk Tualen Bali Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriftif kualitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan gambar. Subjek penelitian ini adalah dalang wayang kulit Jro Dalang Gede Sudarma dari Desa Bungkulan dan Jro Dalang Nyoman Warisa dari Desa Tamblang sementara objek penelitian adalah figur wayang Tualen.Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan metode dokumentasi kepustakaan. metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis domain dan taksonomi Hasil Penelitian menunjukan (1) Struktur rupa figur Tualen Bali Selatan dan figur Tualen bali Utara dari kepala, badan, kaki memang memiliki beberapa perbedaan pada bentuk dan ornamen (hiasan) yang digunakan, (2) Perbedaan Tualen Bali Utara dengan Tualen Bali Selatan terjadi karena adanya (a) pengaruh Ki Barak terhadap perkembangan kebudayaan di kerajaan Panji, Buleleng; (b) secara mitologi perbedaan visual Tualen Bali Selatan dan Utara mengacu pada asal usul tokoh Tualen yang mengalami hukuman terbakar api oleh Dewa Siwa karena mengganggu semedinya, sehinggaTualen Bali Utara digambarkantanpa jambot atau tak berambut. Kata Kunci : perbandingan visual, figur wayang kulit bali, tualen This study aims to describe (1) Tualen figure structure in Wayang Kulit Bali Selatan and Tualen Balinese Figure Structure of North Bali, (2) Cause difference of Tualen North Bali shape with Tualen form South Bali. This research uses qualitative descriptive design. The data obtained in the study are described in terms of words and images. The subject of this research is puppeteer Jro Dalang Gede Sudarma puppeteer from Bungkulan Village and Jro Dalang Nyoman Warisa from Tamblang Village while research object is Tualen puppet figure. Data collection is done by observation method, interview, and library documentation method. The method of analysis used in this study is the method of domain analysis and taxonomy The research shows (1) The structure of the figure of Tualen Bali Selatan and the northern Balinese Tualen figure from the head, body, legs do have some differences on the shape and ornaments used (2) The difference between Tualen Bali Utara and Tualen Bali Selatan is due to the fact that the structure of the Tualen figure in South Bali and the northern Balinese Tualen figure from head, body, legs have some differences in the shape and ornament, The existence of (a) the influence of Ki Barak on the development of culture in the kingdom of Panji, Buleleng; (b) mythologically, the visual difference between Tualen Bali Selatan and Utara refers to the origin of the Tualen figure who suffered a fire burning by Lord Shiva for interrupting his semed, so that Bali's North Bali is depicted without jambot or hairlessness. keyword : visual comparison, Balinese wayang kulit figure, Tualen


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Ajeng Tri Nursanti
Keyword(s):  

Wayang Wahyu pada dasarnya terinspirasi dari wayang kulit Purwa. Sumber ceritanya berasal dari kitab suci umat Katolik/Kristen atau sering disebut Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Wayang Wahyu lahir pada 2 Februari 1960 dan diprakarsai oleh Bruder Thimotheus L. Wignyosoebroto, Surakarta, Jawa Tengah.Dalam penelitian ini akan banyak membahas tentang wayang kulit Purwa gagrag Yogyakarta dan gagrag SurakartaPenelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan mengkaji, mendeskripsikan, dan menganalisis tentang beranekaragam figur Yesus dalam wayang Wahyu yang ada di Surakarta dan Yogyakarta. Sasaran penelitian ini adalah Yayasan Pangudi Luhur Surakarta (Yayasan Wayang Wahyu), Paguyuban Bhuana Alit (Galeri Wayang Wahyu), Museum Sonobudoyo Yogyakarta, dan beberapa dalang wayang Wahyu.Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengilustrasian figur Yesus dalam wayang Wahyu dibuat selaras dengan tingkat pemahaman, latar belakang dan kapasitas kreatif masing-masing senimannya. Berdasarkan pandangan diatas, figur Yesus diilustrasikan dan diolah dengan persepsi dan sudut pandang yang berbeda-beda, tetapi karakter yang diterapkan adalah sama yaitu menggambarkan sosok Yesus sesuai yang mereka yakini.Kata kunci: figur Yesus, wayang wahyu


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document