scholarly journals PENAMBAHAN DAUN SIRSAK (Annona muricata) PADA JELLY DRINK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)

2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Merisa Suryani

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat penganekaragaman minuman fungsional yaitu jelly drink rosella dengan penambahan daun sirsak. Daun sirsak yang diekstrak pada fase air dicampurkan dengan ekstrak rosella sesuai perlakuan, kemudian ditambahkan gula dan karagenan. Penelitian menggunakan tiga formulasi dengan konsentrasi daun sirsak 0,2%; 0,6%; dan 1%. Konsentrasi rosella pada ketiga perlakuan dan kontrol adalah 1%. Penambahan daun sirsak menimbulkan pengaruh pada tingkat kecerahan, aroma, tekstur, tingkat kesukaan, total asam, dan kapasitas antioksidan. Jelly drink rosella terpilih adalah jelly drink rosella dengan daun sirsak 1%. Jelly drink rosella terpilih memiliki karakteristik sensori warna cukup merah (5,29) namun agak gelap (3,71), memiliki rasa cukup asam (5,61) dan cukup manis (5,21), dengan aroma rosella cukup kuat (5,91), dan terkstur yang kental (6,05). Jelly drink rosella ini juga disukai konsumen dengan nilai 6,36 (suka). Jelly drink rosella dengan penambahan daun sirsak terpilih mengandung antosianin sebesar 1,30 mg/Kg, fenol sebanyak 286,49 mg/Kg, kadar abu sebesar 0,23 %, total asam 20,71 mg/Kg, pH 2,93, viskositas 30078 cps, serta kapasitas antioksidan setara dengan 14,01 mg Vitamin C/100g sampel.

2020 ◽  
Vol 11 (7) ◽  
pp. 652-671
Author(s):  
Luciano Mamede de Freitas Junior ◽  
Eduardo Bezerra de Almeida Junior ◽  
Silvio Gomes Monteiro

A busca por novos medicamentos à base de plantas para tratamento de doenças tem aumentado, sendo que 3/4 da população mundial utilizam remédios tradicionais tornando importante a realização de estudos sobre as alternativas terapêuticas através de abordagens etnobotânicas e quimiotaxonômicas. Foram obtidos dados e informações de 54 informantes, vendedores de plantas para uso medicinal, entrevistados individualmente nas feiras e mercados de São Luis, Maranhão, Brasil. Os dados foram analisados utilizando a frequência relativa (RF) e o fator de consenso informativo (ICF), e 30,3% das espécies selecionadas tiveram amostras coletadas e identificadas no Herbário do MAR, pertencendo a 20 famílias botânicas, sendo que 11,1% pertencem à família Asteraceae e 11,1% à família Fabaceae. As espécies mais citadas pelos informantes foram Hibiscus sabdariffa L., Baccharis crispa Spreng., Senna alexandrina Mill., Camellia sinensis (L.) Kuntze, Quassia amara L., Annona muricata L., Equisetum arvense L., com valores de RF > 5 e ICF > 0,50. A parte vegetal mais utilizada nos fitoterápicos para o tratamento da obesidade é a folha (74,1%), tendo a infusão (92,6%) como modo de preparo mais recomendado. Nossos resultados revelam uma lista de espécies indicadas pelos informantes para o tratamento da obesidade, algumas com estudos biológicos existentes, outras ausentes de estudos pré-clínicos e clínicos. As abordagens são importantes para a validação destas plantas através de estudos experimentais, considerando a necessidade de tais estudos para garantia da função biológica, eficácia e segurança das alternativas terapêuticas propostas.  


AGROINTEK ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ike Sitoresmi mulyo Purbowati ◽  
Sujiman Sujiman ◽  
Ali Maksum

The focus of this study was to evaluate the effect of different drying methods and drying level on the bioactive compounds of roselle (Hibiscus sabdariffa L.)as antioxidant agent. The experiment has been conducted in cabinet dryer and by a direct exposure on sun light as weel as by using a green house effect panel with duration of driying: 1, 3, 5, 7 hours. The observed parameters were Colour, levels of anthocyanins,vitamin C, and free radical trapping capacity (DPPH). The data obtained were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and further test DMRT (Duncant Multiple Range Test). The best results from these study was the cabinet drying with 7 h of drying time which have value for color (L, a*, b*), total anthocyanins, vitamin C, and antioxidant activity in respective order were 21.633; 6.80; 4.53; 3.22mg/100g; 1238.29mg/100g; 74,63%.


2016 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 349-356
Author(s):  
Risfah Yulianty ◽  
Mufidah Murdifin ◽  
Nur Asma

Senyawa radikal bebas merupakan produk samping dari metabolisme normal tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya oksidasi seperti kerusakan membran, modifikasi protein, kerusakan DNA, dan kematian sel.  Penggunaan antioksidan dapat meredam dan menangkap radikal bebas.  Tumbuhan yang memiliki aktivitas antioksidan yaitu kayu secang (Caesalpinia sappan) dan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L).  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari kombinasi ekstrak etanol kayu secang dan kelopak bunga rosella menggunakan metode microplate 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazine (DPPH).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IC50 dari kombinasi ekstrak etanol kayu secang dan bunga rosella dengan perbandingan 1:0, 2:1, 1:1, 1:2, dan 0:1 berturut-turut sebesar 11,46; 12,34; 16,79; 19,93; dan 680,37 µg/ml, sedangkan nilai IC50 vitamin C sebesar 4,77 µg/ml (a<0,01).  Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tunggal bunga rosella (0:1) menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih rendah dibandingkan dengan vitamin C.  Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi ekstrak kayu secang dan bunga rosella pada perbandingan 2:1, 1:1, dan 1:2 memiliki efek yang sinergi berdasarkan Nilai Indeks Kombinasi (CI<1).  


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Ali Maksum

Minuman fungsional adalah minuman yang mengandung senyawa aktif seperti fenol, vitamin C, dan antosianin. Salah satu tanaman yang mengandung senyawa bioaktif adalah rosella. Namun, kandungan senyawa bioaktif yang terdapat didalam kelopak bunga rosela mudah terpengaruh oleh panas. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diteliti pengaruh daya microwave dan lama waktu ekstraksi kelopak bunga rosela yang tepat agar diperoleh rendemen senyawa bioaktif yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi daya microwave, lama waktu ekstraksi, terhadap total fenol dan pH ekstrak kelopak bunga rosela. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Dua faktor yang diteliti yaitu metode daya microwave (P), yang terdiri dari 100 watt (P1), 175 watt (P2), 250 watt (P3), 325 watt (P4), dan 400 watt (P5) dan Lama Waktu Ekstraksi (T) yang terdiri dari lama ekstraksi 1 menit (T6), 3 menit (T7), 5 menit (T8), 7 menit (T9), dan 9 menit (T10). Hasil penelitian menunjukan daya microwave terbaik yaitu pada daya 325 watt (P4) dengan total fenol 75,755 mg/100 gram dan pH sebesar 2,4. Sedangkan pada lama waktu ekstraksi terbaik pada 5 menit (T8) dengan total fenol sebesar 75,843 mg/100 gram, dan pH sebesar 2,49.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Ali Maksum

Salah satu fungsi bahan tambahan makanan adalah memperpanjang daya simpan produk. Saat ini terjadi pergeseran permintaan konsumen dari pemakaian bahan pengawet sintetis ke bahan pengawet alami. Salah satu sumber bahan pengawet alami adalah kelopak bunga rosela. Namun, kandungan senyawa bioaktif yang terdapat didalam kelopak bunga rosela yaitu fenol, antosianin dan vitamin C mudah terpengaruh oleh panas. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diteliti pengaruh daya microwave dan lama waktu ekstraksi kelopak bunga rosela yang tepat agar diperoleh aktivitas antibakteri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi daya microwave, lama waktu ekstraksi, dan aktivitas antibakteri terhadap karakteristik kimia ekstrak kelopak bunga rosela. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Dua faktor yang diteliti yaitu metode daya microwave (P), yang terdiri dari 100 watt (P1), 175 watt (P2), 250 watt (P3), 325 watt (P4), dan 400 watt (P5) dan Lama Waktu Ekstraksi (T) yang terdiri dari lama ekstraksi 1 menit (T6), 3 menit (T7), 5 menit (T8), 7 menit (T9), dan 9 menit (T10). Hasil penelitian menunjukan daya microwave terbaik yaitu pada daya 325 watt (P4) dengan nilai zona bening pada bakteri Staphylococcus aureus sebesar 11,85�1,69 Eschericia coli sebesar 8,95 �2,35 mm, Bacillus cereus 10,26�2,86 mm, dan Pseudomonas aeruginosa sebesar 10,13�0,96 mm. Sedangkan pada lama waktu ekstraksi terbaik pada 5 menit (T8) dengan nilai rata-rata zona bening pada bakteri Staphylococcus aureus sebesar 13,16�1,79 mm, Eschericia coli sebesar 8,22�2,35 mm, Bacillus cereus 11,2�2,86 mm, dan Pseudomonas aeruginosa sebesar10,96�0,96 mm.


2015 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Zuraida Zuraida ◽  
Eti Yerizel ◽  
Eliza Anas

Abstrak Pemberian rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) diharapkan melindung hepar tikus dari kerusakkan akibat stres oksidatif pada keracunan karbon tetraklorida (CCl 4). Senyawa yang sering dijadikan petunjuk adanya kerusakan tersebut adalah malondialdehid (MDA). Rosella mengandung vitamin C, flavonoid, polifenol dan beta karoten. Tujuanpenelitian ini adalah menentukan pengaruh pemberian ekstrak rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap MDA dan aktivitas katalase tikus yang terpapar CCl 4. Ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Post test Only Control Group Design. Sampel 24 ekor tikus Strain Wistar berumur 2-3 bulan, berat 150-200 gr. Sampel diambil secara acakdan dibagi 4 kelompok terdiri dari kelompok kontrol negatif, kontrol positif (CCl 4), perlakuan 1 (CCl 4 dan ekstrak rosella 250 mg/kg bb) dan perlakuan 2 (CCl4  dan ekstrak rosella 500 mg/kg bb). Pemberian CCl 4secara oral dosis tunggal, setelah 24 jam kemudian diberi ekstrak rosella secara oral selama 14 hari. Data dianalisis dengan uji Anova, tingkatkepercayaan 95%.Pemberian ekstrak rosella secara statistik didapatkan perbedaan yang signifikan rerata kadar MDA dan katalase antar kelompok (p < 0,05). Disimpulkan bahwa ekstrak rosella dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas katalase tikus yang terpapar CCl 4. Kata kunci: karbon tetraklorida, MDA, katalase, rosella Abstract Administering roselle (Hibiscus sabdariffa Linn) is expected to protect rat liver from damage caused by oxidative stress in CCl4 poisoning. Rosella contains vitamin C, flavonoids, polyphenol and beta carotene. Compounds which was often used as marker of the damage caused by free radicals wa MDA. The objective of this study was to determine the effect of extracts of roselle (Hibiscus sabdariffa Linn) on MDA and catalase activity of rats exposed to CCl4. Experimental research design with Post test Only Control Group Design. Samples of 24 male Wistar Strain rats were 2-3 months old. weighing 150-200 gr. Samples were taken at random and divided into 4 groups consisting of a negative control group, positive control (CCl4), treatment 1 (CCl4 and roselle extract 250 mg / kg bw) and treatment 2 (CCl4 and roselle extract 500 mg / kg bw). CCl4 was given a single dose orally, after 24 hours, the subjects were given rosella extract orally for 14 days. Data were analyzed by ANOVA with a confidence level of 95%. Rosella extract obtained statistically significant differences of MDA and catalase levels among groups (p <0.05). It can be concluded that the rosella extract can reduce levels of MDA and increase the activity of catalase mice exposed to CCl4. From the research it can be concluded that the rosella extract can reduce levels of MDA and increas the activity of catalase mice exposed to CCl4. It is needed further research on the toxicity of extracts of rosella and organ damage caused.Keywords: carbon tetrachloride, MDA, catalase, rosella


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document