scholarly journals Pelatihan konselor pemeriksaan sindrome metabolic pada pengurus majlis taklim masjid Al Mustaqim di Sanggrahan Kasihan Bantul

Hayina ◽  
2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 15-21
Author(s):  
Dika Rizki Imania ◽  
Mohammad Ali Imron

Latar belakang :  World Health Organization (WHO) 2013 mengemukakan bahwa non-communicable disease (NCDs) merupakan tantangan kesehatan terbesar pada abad 21. Dari seluruh angka morbiditas NCDs, jumlah cardiovascular disease (CVD) merupakan yang terbesar yaitu 17,3 juta jiwa/ tahun.  Berkaitan dengan diabetes, pada sebagian penderita diabetes tipe dua atau intoleransi glukosa, didapatkan serangkaian faktor risiko yang muncul bersamaan dengan faktor risiko CVD. Fenomena tersebut disebut dengan kejadian sindrom metabolik. Tujuan : memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kader untuk melakukan screening sindrom metabolik sehingga pengurus maupun peserta majlis taklim bisa mengubah pola hidup menjadi lebih sehat lagi. Metode : metode yang digunakan adalah koordinasi, pemberdayaan sumber daya manusia, promosi dan sosialisasi kader, pelatihan kader, penyusunan buku pedoman kader, pelaksanaan jasa layanan kesehatan, evaluasi kegiatan, dan pelaporan pencatatan kegiatan. Hasil : menghasilkan empat kader terlatih dan hasil pada peserta bahwa kategori usia dewasa akhir, lansia akhir dan manula lebih rentan terkena Sindrom Metabolik. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengetahui pentingnya pengetahuan tentang sindrome metabolik. Kesimpulan :  Pemberian penyuluhan dan pelatihan kader dalam screening sindrome mmetabolik dapat menambah  pengetahuan dan wawasan  pengurus majlis taklim masjid Al Mustaqim Di Sanggrahan Ngestiharjo Kasihan Bantul.

Hayina ◽  
2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 15-21
Author(s):  
Dika Rizki Imania ◽  
Mohammad Ali Imron

Latar belakang :  World Health Organization (WHO) 2013 mengemukakan bahwa non-communicable disease (NCDs) merupakan tantangan kesehatan terbesar pada abad 21. Dari seluruh angka morbiditas NCDs, jumlah cardiovascular disease (CVD) merupakan yang terbesar yaitu 17,3 juta jiwa/ tahun.  Berkaitan dengan diabetes, pada sebagian penderita diabetes tipe dua atau intoleransi glukosa, didapatkan serangkaian faktor risiko yang muncul bersamaan dengan faktor risiko CVD. Fenomena tersebut disebut dengan kejadian sindrom metabolik. Tujuan : memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kader untuk melakukan screening sindrom metabolik sehingga pengurus maupun peserta majlis taklim bisa mengubah pola hidup menjadi lebih sehat lagi. Metode : metode yang digunakan adalah koordinasi, pemberdayaan sumber daya manusia, promosi dan sosialisasi kader, pelatihan kader, penyusunan buku pedoman kader, pelaksanaan jasa layanan kesehatan, evaluasi kegiatan, dan pelaporan pencatatan kegiatan. Hasil : menghasilkan empat kader terlatih dan hasil pada peserta bahwa kategori usia dewasa akhir, lansia akhir dan manula lebih rentan terkena Sindrom Metabolik. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengetahui pentingnya pengetahuan tentang sindrome metabolik. Kesimpulan :  Pemberian penyuluhan dan pelatihan kader dalam screening sindrome mmetabolik dapat menambah  pengetahuan dan wawasan  pengurus majlis taklim masjid Al Mustaqim Di Sanggrahan Ngestiharjo Kasihan Bantul.


2021 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 359-369
Author(s):  
Putri Ananda Salsabilla ◽  
Ricky Riyanto Iksan ◽  
Sri Atun Wahyuningsih

ABSTRACT : APPLICATION OF FAMILY FUNCTIONS IN ABILITY TO CARE FOR MEMBERS FAMILIES WITH STROKES Background: Stroke is a non-communicable disease that is one of the leading causes of death and disability rates in the world. Stroke becomes a health threat due to impaired cerebral function, both focal and global, which lasts quickly and lasts more than 24 hours or ends in death without the discovery of the disease other than vascular disorders (World Health, 2017). World Health Organization (2018) stroke sufferers are increasing every year.. It shows that every year there are 13.7 million new cases of stroke, and about 5.5 million deaths occur from stroke. About 70% of strokes and 87% of stroke deaths and disabilities occur in low- and middle-income countries.Objective: Identified Application of Family Function Intervention in the Ability to Care for Family Members With Stroke in the Puskesmas Area of North Meruya Village of West JakartaMethod: This type of research is case studydesign research that according to Basuki Case Study is a form of research on a problem that has the nature of specificity with individual or group targets, even the wider community. In this study, researchers conducted family function interventions in four families with strokes, namely the same four sufferers were given family function interventions.Results: The results of research conducted the influence of affective function, socialization function, economic function, and health care function with the application of nursing care in stroke patients.Conclusion: The conclusion of this study results in the application of family functions in the ability to care for family members with stroke experienced significant changes to intervention. Keywords: Family Function, Caring Ability, Stroke INTISARI : PENERAPAN FUNGSI KELUARGA DALAM KEMAMPUAN MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN STROKE Latar Belakang: Stroke merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama angka kematian dan kecacatan di dunia. Stroke menjadi ancaman kesehatan karena gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya penyakit selain dari pada gangguan vaskular (World Health Organization, 2017). World Health Organization (2018) penderita stroke semakin meningkat setiap tahunnya. Menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan rendah dan menengah.Tujuan: Teridentifikasi Penerapan Intervensi Fungsi Keluarga Dalam Kemampuan Merawat Anggota Keluarga Dengan Stroke di Wilayah Puskesmas Kelurahan Meruya Utara Jakarta BaratMetode: Jenis penelitian ini adalah penelitian case studydesign yaitu menurut Basuki Case Study adalah bentuk penelitian suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan dengan sasaran perorangan ataupun kelompok, bahkan masyarakat luas.Pada penelitian ini Peneliti melakukan Intervensi Fungsi keluarga pada empat keluarga dengan stroke yaitu keempat penderita sama – sama diberikan Intervensi Fungsi Keluarga.Hasil: Hasil penelitian yang dilakukan adanya pengaruh fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan kesehatan dengan penerapan asuhan keperawatan pada pasien stroke.Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini hasil penerapan fungsi keluarga dalam kemampuan merawat anggota keluarga dengan stroke mengalami perubahan yang signifikan terhadap intervensi. Kata Kunci : Fungsi Keluarga, Kemampuan Merawat, Stroke


2019 ◽  
Vol 21 (4) ◽  
Author(s):  
Isfandari Siti ◽  
Betty Roosihermiatie

Intersectoral approach is essential to develop program for people with disability in Indonesia. Coordination across ministries are necessary to manage this issue. The planning, provision and monitoring of medical and support services as well as program for population groups with disability may require assessment. Purpose of this study is to assess disability in Indonesia. Methods: performing analysis of disability data from 2013 Indonesian Household Health Survey known as Riskesdas. Level of disability obtained from two main population groups: those with and without non communicable disease (NCD). They then divided by age. The World Health Organization Disability Assessment Schedule II (WHODASII) was used to measure disability. Results: contribution of NCD on disability is obvious among older age indicated by higher proportion of disability with NCD. While risk of disability among younger age is unclear, since disability with NCDproportion is lower than disability without NCD. Probably risk of disability among younger age is other than NCD. None of the groups had members with extreme disability on their global WHO-DASII scores. The analysis identifi es target groups for each stakeholder to develop program for people with disability to reach their maximum potential. Abstrak Penanganan penduduk dengan disabilitas membutuhkan keterlibatan lintas kementerian. Diperlukan informasi besar masalah penduduk dengan disabilitas di Indonesia. Analisa bertujuan mengetahui besaran masalah. Metode: analisa deskriptif univariat dan bivariat data disabilitas Riskesdas 2013 untuk memperoleh Informasi disabilitas seluruh penduduk. Selanjutnya dilakukan analisa besaran disabilitas pada penduduk dengan dan tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM). Kelompok ini kemudian digolongkan menurut umur. Instrumen The World Health Organization Disability Assessment Schedule II (WHO-DASII) digunakan untuk mengukur disabilitas. Hasil: 18% penduduk Indonesia mengalami disabilitas. Informasi lebih rinci 8,2% mengalami kesulitan ringan, 6,8% kesulitan sedang dan 3% kesulitan berat. Kontribusi PTM terhadap disabilitas terlihat jelas pada kelompok usia 45 tahun atau lebih ditunjukkan dengan lebih tingginya proporsi disabilitas dengan PTM. Sedangkan risiko disabilitas pada kelompok usia sebelum 45 tahun bukan PTM, karena proporsidisabilitas dengan PTM lebih rendah.


ESC CardioMed ◽  
2018 ◽  
pp. 2431-2444
Author(s):  
Francesco P. Cappuccio

Salt consumption is now much greater than needed for survival. High salt intake increases blood pressure in both animals and humans. Conversely, a reduction in salt intake causes a dose-dependent reduction in blood pressure in men and women of all ages and ethnic groups, and in patients already on medication. The risk of strokes and heart attacks rises with increasing blood pressure, but can be decreased by antihypertensive drugs. However, most cardiovascular disease events occur in individuals with ‘normal’ blood pressure levels. Non-pharmacological prevention is therefore the only option to reduce such events. Reduction in population salt intake reduces the number of vascular events. It is one of the most important public health measures to reduce the global cardiovascular burden. Salt reduction policies are powerful, rapid, equitable, and cost saving. The World Health Organization recommends reducing salt consumption below 5 g per day aiming at a global 30% reduction by 2025. A high potassium intake lowers blood pressure in people with and without hypertension. Its beneficial effects extend beyond blood pressure, and may include a reduction in the risk of stroke (independent of blood pressure changes). Potassium intake in the Western world is relatively low, and a lower potassium intake is associated with increased risks of cardiovascular disease, especially stroke. A moderate increase in potassium intake, either as supplement or with diet, reduces blood pressure, and the World Health Organization has issued global recommendations for a target dietary potassium intake of at least 90 mmol/day (≥3510 mg/day) for adults.


2020 ◽  
Vol 44 (8) ◽  
pp. 1625-1635
Author(s):  
Justin Knox ◽  
Jennifer Scodes ◽  
Katie Witkiewitz ◽  
Henry R. Kranzler ◽  
Karl Mann ◽  
...  

2003 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  

The European Programme for Intervention Epidemiology Training (EPIET) started in 1995. The programme is funded by the European Commission and by various European Union (EU) member states as well as Norway and the World Health Organization (WHO). Subject to agreement for another round of funding, the ninth cohort of fellows will start in October 2003. The programme invites applications for 10 fellowships for this 24 month training programme in communicable disease field epidemiology.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document