PERAN PERAWAT DIMASA PANDEMI COVID 19

2021 ◽  
Author(s):  
Novi astri
Keyword(s):  

COVID-19 merupakan penyakit yang menular sehingga diperlukan perawat khusus untuk memberikan asuhan keperawatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering kontak dengan pasien Covid-19 selama asuhan keperawatan dilakukan. Kecemasan, ketakutan perawat akan resiko tertularnya virus Covid-19 dapat melahirkan sikap dan perilaku perawat yang tidak profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengalaman perawat selama merawat pasien terinfeksi Covid-19. Hasil penelitian menemukan empat tema utama yaitu pengetahuan tentang perawatan Covid-19, motivasi perawat, Kondisi psikologis perawat selama merawat pasien, upaya mencegah penularan dan Peran perawat dalam Memberikan Asuhan keperawatan yang dilakukan perawat ke keluarga pasien Covid-19. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perlunya penelitian Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Pencegahan penularan Covid-19.

Jurnal NERS ◽  
2018 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 98 ◽  
Author(s):  
Yuni Sufyanti Arief ◽  
Nursalam Nursalam ◽  
I Dewa Gede Ugrasena ◽  
Shrimarti Rukmini Devy ◽  
Eileen Savage

Introduction: Children with leukemia desperately need serious attention, commitment and it is a hard struggle for family members. Powerlessness experienced by the family will affect the ability of the families to provide care for their children. Many factors can affect the empowerment of families in providing care to their families.Methods: The purpose of this study was to develop a family-centered empowerment model related to the family's ability to care for their child suffering from leukemia. The research design used was an explanation survey. The sample consisted of 140 families with children suffering from leukemia in the pediatric ward of Dr. Soetomo Hospital.Results: The family-centered empowerment model was formed from the family factor, patient factor and nurse factor. The greatest effect was on the nurse factor, with the T statistic value = 6.590.Conclusion: Family factors and nurse factors need to be taken into account in family-centered empowerment. The patient factor has little influence on family empowerment in relation to caring for children. More research is needed on family-centered empowerment models in relation to their ability to care for children with leukemia. For example, a nurse providing a nursing intervention, especially a pediatric nurse, in relation to empowering a parent at the time of caring for their child with leukemia.


2012 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Yoyok Bekti Prasetyo
Keyword(s):  

Integrasi konsep ini memberikan acuan bagaimana sebuah peningkatan kualitas dilakukan, meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan anak yang mengalami gangguan sulit makan, melakukan perlindungan terhadap lingkungan dan mewujudkan hal yang potensial menjadi pembelajaran organisasi. Model ini juga dapat digunakan dalam membuat strategi implementasi seperti memberikan pendidikan pada keluarga pada area yang relevan dalam upaya promosi kesehatan seperti pendidikan, komunikasi, manajemen dan ketrampilan psikososial; meningkatkan kualitas informasi program komunikasi dan pendidikan ketrampilan memberikan latihan kepada keluarga dengan anak yang mengalami gangguan sulit makan. Tannahill’s model menggambarkan bahwa  upaya  promosi kesehatan terdiri dari tiga aktivitas yang saling terkait meliputi; pendidikan kesehatan, pencegahan, dan perlindungan kesehatan (Tannahill, 1990).   Kata kunci: family centered nursing, community as partner, Tannahill’s models, anak dengan gangguan sulit makan  


Nursing Arts ◽  
2017 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Ivonne Junita Fabanjo ◽  
Maria Loihala

Berdasarkan hasil survei riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 Papua, Papua Barat dan Nusa tenggara timurmerupakan 3 provinsi dengan insiden malaria tertinggi. Salah satu konsep pemberdayaan keluarga yang sesuai dengan teori dan konsepkeperawatan yang dapat diterapkan pada keluarga adalah Family Centered Nursing. Penerapan model Family Centered Nursing inikhususnya pada anak dengan Malaria bertujuan untuk melihat kemandirian keluarga dalam penganan anak dengan malaria, melakukanpendidikan kesehatan pada keluarga, melakukan pembinaan bagi keluarga sehingga keluarga mampu mengatasi masalah kesehatannyakhususnya dalam penaganan malaria.Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas dari penerapan model Family Centered Nursing terhadap terhadapKemandirian keluarga dalam penanganan malaria pada Anak di wiliayah kerja Puskesmas Sanggeng Manokwari.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi Eksperimen dengan Pre-Post test Without control Group yang mencariefektifitas atau pengaruh antar variabel dengan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Orang tua yang membawaanaknya ke Puskesmas Sanggeng yang terdiagnosis malaria tersiana berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium mulai bulan Oktobers/d November 2017. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 responden. Instrument penelitian menggunakan kuisioner. Tehnikpengumpulan data yaitu data primer dan sekunder. Analisa Data secara analisa univariat dan bivariat. Data diolah dengan menggunakanProgram SPSS versi 19.Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rerata pengetahuan sebelum dan sesudah penerapan Model Family CenteredNursing mengalami peningkatan sebesar 22,4 dan tingkat kemandirian keluarga mengalami peningkatan sebesar 0,88. Hasil analisis lebihlanjut didapatkan nilai p-Value 0,000 yang berarti adaperbedaan yang signifikan. Skor rata-rata pengetahuan dan tingkat kemandiriankeluarga sebelum dan sesudah diberikan informasi.Kesimpulan bahwa dari hasil penelitian yaitu responden dalam penelitian ini adalah ibu dengan usia antara 24 sampai 46tahun. Responden mempunyai tingkat pendidikan paling banyak dengan tingkat pendidikan SMA dan paling terendah dengan pendidikanSD, dan sebagian besar dari suku Papua, skor pengetahuan keluarga lebih rendah sebelum penerapan model bila dibandingkan dengansetelah penerapan model, tingkat kemandirian keluarga lebih rendah sebelum penerapan model bila dibandingkan setelah penerapanmodel, dan ada peningkatan yang signifikan skor pengetahuan dan tingkat kemandirian keluarga sebelum dan setelah penerapan model.


2019 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 213-218
Author(s):  
Erna Susilowati ◽  
Hengky Irawan

Status gizi seorang anak menggambarkan tingkat kesehatannya, hal tersebut menunjukkan keseimbangan dari kebutuhan dan asupan zat – zat gizi. Mulai usia 6 bulan bayi umumnya tidak lagi mendapatkan cukup energy dan zat gizi dari ASI saja dalam proses pertumbuhannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui perubahan berat badan sebelum dan sesudah penerapan model family Centered Care dalam penyediaan makanan pendamping ASI. Desain penelitian pra eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design. Responden 50 ibu yang mempunyai anak usia 6- 12 bulan di wilayah posyandu kelurahan Lirboyo Kota Kediri. Variabel bebas adalah penerapan Model Family Centered Care. Variabel terikat adalah peningkatan berat badan bayi usia 6 – 12 bulan.  Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dengan T-Test dengan p<0,05 Terdapat perbedaan yang sigifikan berat badan sebelum dan sesudah penerapan model Family Centered Care dengan nilai p =0,00.   Kata kunci:  berat badan bayi, makanan  pendamping ASI   IMPROVEMENT OF BABY BODY THROUGH THE APPLICATION OF THE FAMILY CENTERED CARE MODEL IN ASI ASSEMBLY   ABSTRACT The nutritional status of a child describes the level of his health, it shows a balance of the needs and intake of nutrients. Starting at the age of 6 months babies generally no longer get enough energy and nutrients from breast milk alone in the process of growth. The aim of the study was to determine changes in body weight before and after the application of the family centered care model in the supply of complementary breast milk. Pre-experimental research design with one group pre-post test design approach. Respondents were 50 mothers who had children aged 6-12 months in the Posyandu area, Lirboyo village, Kediri City. The independent variable is the application of the Family Centered Care Model. The dependent variable is the increase in infant weight between the ages of 6-12 months. Data were analyzed using the Wilcoxon test with T-Test with p <0.05. There were significant differences in body weight before and after the application of the Family Centered Care model with a value of p = 0.00.    Keywords: infant weight, ASI complementary food


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 122
Author(s):  
Irma Darmawati

ABSTRAK Literatur review ini membahas integrasi beberapa model yang dapat digunakan untuk mengelola masalah obesitas pada anak usia sekolah. Obesitas bukan hanya masalah bagi kalangan dewasa, namun sekarang sudah menjadi masalah serius pada kalangan anak usia sekolah. Setiap tahun selalu terjadi peningkatan prevalensi yang dapat memicu masalah serius lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Tulisan ini memberikan beberapa solusi dengan mengkombinasikan model  coordinated school health dan model family centered nursing. Berdasarkan hasil temuan, diketahui bahwa baiknya program kesehatan di sekolah dapat meningkatkan motivasi siswa dalam berperilaku sehat. Model Coordinated school health menawarkan konsep promosi kesehatan yang berfokus pada pembangunan kesehatan dan perubahan perilaku. Jika model ini digabungkan dengan model family centered in nursing yang diterapkan di rumah anak, maka diharapkan dapat menjadi sebuah konsep yang lengkap dan dapat meningkatkan motivasi anak untuk merubah perilaku kesehatannya. Literatur review ini mendiskusikan penjabaran gabungan kedua model tersebut dalam sebuah program yang dinamakan ABCD sebagai alternatif solusi mengelola masalah obesitas pada anak usia sekolah. Pada bagian akhir, tulisan ini menawarkan rekomendasi bagi puskesmas untuk menerapkannya dalam program UKS di Indonesia. Keywords: Anak Usia Sekolah, Model Coordinated school health, Obesitas, & Sekolah ABSTRACT This paper literature reviewing about integration model which can use in manage children with obesity problem. Obesity not just a problem for an adult, now this is a serious problem in school age children too. Every year the prevalence always increasing, this can be trigger for another serious problem such as diabetes and hypertention. This paper suggest some solution with combine coordinated school health model and family centered nursing. Based on findings the good program in school will increasing student motivation in health behaviour. Coordinated school health model offering intervention for children based on the principle of promotion that sees improvements in health development and changing in health behaviour. If this model combine with the family centered in nursing in their home, it will be completed and it must be can increasing student motivation to change their behaviour. This literature review also discuss about the ABCD programe as alternative for obesity children in elementary school. The final section of this paper offers recommendations for possible way forward for the puskesmas in implementing UKS program in Indonesia. Keywords: Coordinated school health , Obesity children , School, & School age children  


2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Nita Arisanti ◽  
Panji F Hadisoemarto ◽  
Elsa Pudji Setiawati Sasongko ◽  
Veranita Pandia ◽  
Dany Hilmanto

Backgorund: Many models of palliative care have already been implemented, however, a model of health care cannot be directly applied in a country because of the differences in socio-cultural, disease patterns and health systems within the country. This study aimed to conduct a systematic review to analyze models of palliative care and elements of model for palliative care.  Methods: A systematic review was conducted. Articles were searched by four electronic databases; PubMed, Web of Science, Ovid and NICE Database. Three reviewers screened the search results and data were classified according to their main objective. Further synthesize was conducted to show element and model of care.  Results: The initial search strategy identified 218. Based on Hawker quality assessment scale, only 14 articles met criteria for review and synthesis. Out of 14, 4 articles describe palliative care for chronic disease (heart failure, end stage renal disease) and 10 for cancer. The integrated palliative care model has been the most frequently described. The other models are respite care, care-aide and personal alarm model, family centered advanced care, and end of life care for young adults. This systematic review also identified elements of model for palliative care and categorized as element from patient and family, personnel and health care system. Conclusion: A few studies are describing a model of palliative care and elements of model for palliative care in detail. More detailed methodological and population specifications are needed to accurately find the results. 


1995 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 31-36 ◽  
Author(s):  
Joanne E. Roberts ◽  
Elizabeth Crais ◽  
Thomas Layton ◽  
Linda Watson ◽  
Debbie Reinhartsen

This article describes an early intervention program designed for speech-language pathologists enrolled in a master's-level program. The program provided students with courses and clinical experiences that prepared them to work with birth to 5-year-old children and their families in a family-centered, interdisciplinary, and ecologically valid manner. The effectiveness of the program was documented by pre- and post-training measures and supported the feasibility of instituting an early childhood specialization within a traditional graduate program in speech-language pathology.


2014 ◽  
Vol 24 (1) ◽  
pp. 11-18
Author(s):  
Andrea Bell ◽  
K. Todd Houston

To ensure optimal auditory development for the acquisition of spoken language, children with hearing loss require early diagnosis, effective ongoing audiological management, well fit and maintained hearing technology, and appropriate family-centered early intervention. When these elements are in place, children with hearing loss can achieve developmental and communicative outcomes that are comparable to their hearing peers. However, for these outcomes to occur, clinicians—early interventionists, speech-language pathologists, and pediatric audiologists—must participate in a dynamic process that requires careful monitoring of countless variables that could impact the child's skill acquisition. This paper addresses some of these variables or “red flags,” which often are indicators of both minor and major issues that clinicians may encounter when delivering services to young children with hearing loss and their families.


ASHA Leader ◽  
2015 ◽  
Vol 20 (11) ◽  
pp. 96-96 ◽  
Author(s):  
David Luterman
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document