scholarly journals HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN ORANG TUA DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI PUSKESMAS SEPATAN KABUPATEN TANGERANG

2021 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
pp. 688-696
Author(s):  
Lastri Mei Winarni ◽  
Beti Prihandini ◽  
Febi Ratnasari

Kejadian stunting merupakan permasalah pada gizi dan salah satunya dipengaruhi juga oleh faktor genetik (tinggi badan). Terjadi peningkatan kejadian stunting yang signifikan di Puskesmas Sepatan dimana tahun 2018 sebanyak 44 kasus dan tahun 2019 sebanyak 70 kasus. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan orang tua dan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian stunting di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang. Metode penelitian menggunakan case control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang. Besaran sampel menggunakan rumus Yamane diperoleh sampel sebanyak 60 responden untuk masing-masing kasus dan kontrol dengan total sampel 120 responden. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh dengan cara menelpon orang tua balita atau kader dan menanyakan sesuai dengan kuesioner. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian dari 120 orang tua pada balita, sebagian besar memiliki tinggi badan ayah dan ibu yang normal yaitu 93 responden (77,5%) dan 89 responden (74,2%). Balita sebagian besar mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebanyak 79 responden (65,8%). Terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting dengan P value = 0,000 dan 0,007. Tidak terdapat hubungan tinggi badan ayah dengan kejadian stunting dengan P value = 0,190. Kesimpulan  ada hubungan antara tinggi badan ibu dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang. Disarankan perlunya edukasi secara rutin untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga mengetahui faktor yang mempengaruhi permasalahan pertumbuhan balita khususnya stunting sehingga mampu melakukan tindakan pencegahan kejadian stunting.

2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Eni Yuliawati

<p>Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. <em>Stunting</em> di Asia Tenggara tahun 2015 sebanyak 59 juta anak, sedangkan di Afrika 60 juta anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan dan jaminan kesehatan dengan kejadian stunting di Kabupaten Mentawai. Jenis penelitian  ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain case control dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019. Populasi penelitian berjumlah 2955 anak sampel dalam penelitian ini anak usia 24-59 bulan di kabupaten kepulauan Mentawai. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik chi square untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu inisiasi menyusu dini dengan P value 0.004 (OR: 11.11), keanekaragaman makanan P value 0.004 (OR:11.11) dan jaminan kesehatan P value 0.79 kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan sedangkan jaminan kesehatan tidak berhubungan dengan kejadian stunting.</p><p> </p>


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Wandira Wandira ◽  
Uti Rusdian Hidayat ◽  
Aryanto Purnomo

Latar Belakang: Hipertensi disebut sebagai silent killer karena sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat akibat dari penderita tidak menyadari bahwa dia menderita hipertensi karena tidak mendapat gejala, pengontrolan yang kurang dan tidak rutin serta tidak minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.Tujuan: untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan terjadinya hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kakap.Metode: penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik korelatif dengan desain penelitian case control. Besar sampel yaitu 68 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, dengan nilai P 0,05.Hasil: hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dengan terjadinya hipertensi (p value=0,000) dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan dengan terjadinya hipertensi (p value=0,002).Kesimpulan: Terdapat Hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan tingkat pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan terjadinya hipertensi.


2017 ◽  
Vol 36 (4) ◽  
pp. 331-339
Author(s):  
Umi Mukarromah ◽  
Lagiono Lagiono

Tuberkulosis (TB) Paru sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, terutama di negara-negaraberkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan praktik pencegahandan kondisi fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh KabupatenBanyumas Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh KabupatenBanyumas pada bulan Maret – April tahun 2016 menggunakan rancangan penelitian case control denganpendekatan retrospektif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 orang diambil dengan teknik totalsampling dan sampel kontrol 46 orang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis datamenggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa praktek pencegahan TB paru sebagianbesar baik = 51 orang (73,9%), jenis lantai rumah memenuhi syarat = 43 rumah (62,3%), kondisi dindingrumah memenuhi syarat = 55 rumah (79,7%), ventilasi rumah memenuhi syarat = 46 rumah (66,7%),kondisi dapur rumah memenuhi syarat = 55 rumah (79,7%) dan kepadatan hunian memenuhi syarat = 61rumah (88,4%). Ada hubungan antara praktik pencegahan TB paru (p value = 0,020; OR = 3,654), jenislantai (p value = 0,022; OR = 3,300), dinding rumah (p value = 0,001; OR = 6,395), ventilasi rumah (pvalue = 0,019; OR = 3,471), kondisi fisik dapur (p value = 0,006; OR = 5,271) dan kepadatan hunian rumah(p value = 0,001; OR = 19,688). dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II SumpiuhKabupaten Banyumas. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan hubungan praktik pencegahan dankondisi fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh Kabupaten BanyumasTahun 2016. Hasil penelitian ini perlu dipublikasikan sebagai bahan referensi ilmiah dan kepustakaansekaligus sebagai bahan pengembangan ilmu kesehatan khususnya


2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 110
Author(s):  
Pariono Sinaga ◽  
Hartono Hartono

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit tular vektor yang menyerang masyarakat perkotaan (aedes aegypti) dan masyarakat pedesaan (aedes albopictus). Salah satu daerah endemis DBD di Kota Medan adalah wilayah kerja Puskesmas Medan Johor dimana setiap tahunnya di wilayah tersebut selalu ditemukan kasus baru DBD dan jumlah kasus DBD selalu meningkat pada akhir tahun karena musim penghujan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan case control.  Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas medan johor yaitu sebanyak 20.968 KK. Sampel dalam penelitian ini dibagi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total population untuk kelompok kasus yaitu sebanyak 20 responden dan purposive sampling untuk kelompok kontrol sebanyak 20 orang dengan perbandingan 1:1. Hasil penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), menggantung pakaian dan tidur siang/sore dengan kejadian DBD dengan masing – masing p-value < dari α (0,027<0,05), (0,022<0,05), (0,027<0,05). tidak ada hubungan kasa pada ventilasi, menggunakan obat/anti nyamuk  dan menggunakan kelambu dengan kejadian DBD dengan masing – masing  p-value > dari α (0,197>0,05), (0,311>0,05), (0,053>0,05). Kesimpulannya adalah ada hubungan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), menggantung pakaian dan tidur siang/sore dengan kejadian DBD. Disarankan kepada masyarkat untuk selalu aktif melakakukan tindakan – tindakan pencegahan penyakit DBD.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Sri Hasanah ◽  
Masmuri Masmuri ◽  
Aryanto Purnomo

Balita pendek masih menjadi masalah generasi diindonesia. Terjadinya stunting pada baduta sering kali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru terlihat ternyata balita tersebut pendek.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI terhadap kejadian balita pendek pada baduta (balita bawah 2 tahun) diwilayah kerja Puskesmas Kampung Dalam. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik korelatif dengan desain penelitian case control. Besar sampel yaitu 44 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, dengan nilai P 0,05. Ada hubungan pemberian ASI dengan kejadian stunting (p value=0,000) dan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian stunting (p value=0,002). Terdapat Hubungan yang signifikan antara ASI dan makanan pendamping ASI dengan kejadian stunting diwilayah kerja Puskesmas Kampung Dalam.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 214
Author(s):  
Ni Made Ayu Widyantari ◽  
I Kadek Nuryanto ◽  
Komang Ayu Purnama Dewi

 ABSTRAKTujuan : untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, pola makan dan pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar.Metode : penelitian ini menggunakan desain case-control dimana sampel diambil dengan teknik purposive sampling yang jumlahnya 40 sampel. Tehknik analisa data menggunakan uji Chi Square.Hasil : diperoleh hasil 60% anak obesitas berjenis kelamin perempuan dan  40% berumur 9 tahun, 66,7% anak yang punya penghasilan keluarga tinggi, 68,4% anak tidak obesitas punya penghasilan keluarga rendah, 90% anak obesitas memiliki aktivitas kurang, 90% anak tidak obesitas memiliki aktivitas baik, 83,3% anak obesitas memiliki pola makan berlebih, 100% anak tidak obesitas memiliki pola makan tidak berlebih. Hasil uji statistic Chi Square didapatkan hasil pendapatan keluarga, aktivitas fisik, dan pola makan secara berturut-turut adalah p=0.027, p=0,000, p=0,000 dimana nilai P value < 0,05 yang artinya ada hubungan antara pendapatan keluarga, aktivitas fisik, dan pola makan dengan kejadian obesitas.Simpulan : ada hubungan antara pendapatan keluarga, aktivitas fisik, dan pola makan dengan kejadian obesitas. Anak yang punya penghasilan keluarga tinggi berisiko 4,333 kali lebih besar terkena obesitas dan anak dengan aktivitas fisik baik berisiko 0,012 lebih rendah terkena obesitas. 


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Hepti Muliyati ◽  
Tuty Hertati Purba ◽  
Hasnidar Hasnidar ◽  
Nur Rahmi

Berdasarkan data WHO bahwa kejadian stunting pada tahun 2017 sebesar 150,8 juta anak. WHO menyebutkan secara global sebanyak 22,9% atau 154,8 juta anak-anak balita mengalami stunting. Balita dengan masalah stunting di Desa Padende dari tahun 2017 sampai 2019 sebanyak 33 anak. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis kebiasaan makan dan hubungannya dengan kejadian stunting pada anak balita di Desa Padende Kecamatan Marawola. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di Desa Padende Kecamatan Marawola pada tahun 2019 sebanyak 139 balita. Jumlah sampel yaitu 33 pada setiap kelompok sampel dan total sampelnya 66 balita, dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling.  Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting pada anak balita di Desa Padende Kecamatan Marawola dengan p-value = 0,014. Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting pada anak balita di Desa Padende Kecamatan Marawola.


2017 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Budiman Budiman ◽  
Rosmariana Sihombing ◽  
Paramita Pradina

Kasus kematian akibat penyakit tidak menular terbanyak disebabkan oleh penyakit jantung (American Heart Association, 2010). Menurut data rekam medik RSUD ’45 Kuningan pada tahun 2014 menunjukan bahwa kasus penyakit jantung dengan CFR tertinggi terjadi pada penyakit Infark miokardakut sebanyak 15 %,gagal jantung 13 % dan gangguan hantaran dan aritmia 11%.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “hubungan dislipidemia, hipertensi dan diabetes melitus dengan kejadian infark miokard akut pada pasien rawat inap di RSUD 45 Kuningan”. Rancangan penelitian menggunakan case control. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling diambil dari data rekam medik pasien rawat inap penyakit infark miokard akut dan penyakit dalam secara berpasangan dengan teknik purposive sampling pada kontrol. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah rekam medik status pasien di RSUD ’45 Kuningan dengan menggunakan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara dislipidemia (p value = 0.0001), hipertensi (p value = 0.003) dan diabetes melitus (p value = 0.0001) dengan kejadian infark miokard akut. Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara–cara yang tepat untuk mengurangi penyebaran penyakit tidak menular khususnya penyakit jantung ini.Kata Kunci: Infark miokrad akut, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 179
Author(s):  
Dessy A Ningsi ◽  
Zakiyatul Faizah ◽  
Jimmy Yanuar Annas

Abstrak Latar Belakang : Infertilitas merupakan problem yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan seksual teratur tanpa menggunakan kontrasepsi tetapi belum berhasil memperoleh kehamilan. usia dan tingkat stres merupakan faktor yang berhubungan erat dengan tingkat kesuburan seorang wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dan tingkat stres dengan kejadian infertilitas. Metode : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain hospital based case control di Poli Obgyn RSUD dr. Soetomo Surabaya yang dilakukan sejak bulan maret sampai bulai april 2019. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdari dari 42 orang wanita infertil dan 42 orang wanita fertil yang diambil dengan metode Purposive Sampling. Data dianalisa menggunakan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dan uji Spearman. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kasus 76,2% responden berada pada kategori usia kurang dari 35 tahun dan pada kelompok kontrol sebanyak 81% pada kategori yang sama. Tingkat stress pada kelompok kasus dan kontrol masing - masing sebanyak 83,3% berada pada kategori normal. Hasil uji chi square antara usia dan kejadian infertilitas didapatkan p value = 0,595 (p value > 0,05). Hasil uji Spearman antara tingkat stress dengan kejadian infertilitas didapatkan p value = 0,906 (p value > 0,05). Kesimpulan: Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan tingkat stress dengan kejadian infertilitas.AbstractBackground: Infertility is a problem faced by married couples who have been married for at least one year, have regular sexual intercourse without using contraception but have not succeeded in obtaining a pregnancy. Age and stress level are factors that are closely related to a woman's fertility rate. This study aims to identify the relationship between age and stress levels with the incidence of infertility. Method: This study was an observational analytic study with a hospital based case control design at Poli Obgyn RSUD dr. Soetomo Surabaya was carried out from March until April 2019. The samples used in this study were from 42 infertile women and 42 fertile women taken using the Purposive Sampling method. Data were analyzed by bivariate analysis with Chi Square test and Spearman test. Result: The results of the study showed that in the case group 76.2% of respondents were in the age group of under 35 years and the control group as much as 81% in the same category. Stress levels in the case and control groups were 83.3% in the normal category respectively. The results of the chi square test between age and the incidence of infertility obtained p value = 0.595 (p value> 0.05). The Spearman test results between stress levels and infertility events obtained p value = 0.906 (p value> 0.05). Conclusion: The results of the statistical test showed no significant relationship between age and stress level with the incidence of infertility.


2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Devi Permata Sari

Proses kehamilan dan kelahiran pada masa remaja turut berkontribusi dalam meningkatkan angka kematian perinatal di Indonesia. Kehamilan remaja beresiko besar menimbulkan konsekuensi negative , baik berupa konsekuensi medis (fisik),psikologis maupun social ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kehamilan remaja terhadap bayi berat badan lahir rendah.Penelitian ini merupakan case control. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan perolehan jumlah sample 92 kelompok kasus dan 92 kelompok control..Uji statistic bivariate menggunakan chi square. Hasil penelitian sebanyak 16.1% kehamilan yang terjadi pada remaja usia ≤ 19 melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan sebanyak 56.9% kehamilan terjadi pada responden bukan remaja atau usia 20-35 tahun dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Nilai chi square hitung adalah sebesar 17.108 dengan p value sebesar 0.000 (p<0.05). kesimpulan : kehamilan remaja meningkatkan resiko bayi dengan bayi berat badan lahir rendah 0.146 kali dibandingkan dengan usia produktif. Kata Kunci: bayi berat badan lahir rendah, kehamilan remaja 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document