scholarly journals Kemampuan Berfikir Spasial dalam Pembelajaran Abad 21

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 42-50
Author(s):  
Bayu Wijayanto ◽  
Widia Sutriani ◽  
Farisha Luthfi

Pada saat ini sistem pembelajaran sudah berbasis teknologi digital agar siswa mampu mengembangkan kemampuan dan berdaya saing. Selain itu, model Problem Based Learning (PBL) juga menjadi cara untuk melatih siswa agar dapat berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk pembelajaran pada abad ke-21, kecerdasan spasial dalam pembelajaran geografi dan urgensinya, dan Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir spasial. Adapun metode yang digunakan yaitu studi literatur dan eksperimen. Studi literatur digunakan dalam menganalisis permasalahan terkait pembelajaran pada abad ke-21 dan kecerdasan spasial. Sedangkan metode eksperimen digunakan untuk melihat kemampuan berpikir spasial dengan model Problem Based Learning. Hasil penelitian ini yaitu bentuk pembelajaran pada abad ke-21 saat ini berbasis teknologi digital karena sumberdaya manusia mulai digantikan oleh artificial intelligence mengikuti perkembangan zaman. Kecerdasan spasial dalam pembelajaran geografi menjadi suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa karena berkaitan dengan kemampuan untuk menilai suatu fenomena secara spasial. Model Problem Based Learning yang diterapkan mempengaruhi kecerdasan spasial siswa dengan nilai thitung 10,43 > ttabel 2,03.

2021 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 2171-2180
Author(s):  
Firda Khairati Amris ◽  
Desyandri Desyandri

Pengamatan ini bermanfaat dalam menjelaskan pelaksanaan metode belajar mengajar dalam pembelajaran terpadu sekolah dasar. Peserta didik tidak berpartisipasi pada bidang ini karena pelajaran ini selalu dimotivasi oleh pembelajaran teacher-centric (teacher-centric), guru tidak memberikan pengalaman langsung, dan pembelajaran tampak tidak fleksibel. Pelaksanan metode PBL yaitu model belajar mengajar yang memaparkan siswa pada permasalahan konkrit dalam kehidupan saat belajar. Permasalah disajikan untuk siswa lalu mereka memahami konsep dan materi yang berhubungan terkait masalah tersebut. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah ini, peserta didik menemukan bahwa peserta didik memerlukan wawasan baru untuk belajar bagaimana mengatasi permasalahan yang disajikan pendidik. Oleh karena itu, model ini berpusat pada siswa karena sangat penting untuk mengintegrasikan ekstrem ke dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode literature review (pencarian dokumen) untuk menyempurnakan analisis dari berbagai sumber yang digunakan. Artikel dicari menggunakan jurnal online di Google Scholar sebagai data hasil penelitian nya. Kata kunci yang dapat di manfaatkan dalam pengamatan jurnal tersebut yaitu proses belajar mengajar berbasis masalah, model belajar mengajar tematik terpadu. Hasil analisis artikel pelaksanaan metode pelajaran berbasis masalah dikatakan efektif dalam menerapkan pembelajaran terpadu tematik di tingkat dasar


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Neni Mariam Apriani

Tulisan ini mendeskripsikan peningkatan efektivitas pembelajaran menulis teks anekdot dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas X MAN 2 Cianjur. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus, setiap siklus dua kali pertemuan. Data diperoleh dengan angket, observasi, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model PBL mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Selain itu, model PBL dapat meningkatkan kreativitas menulis teks anekdot, skor rata-rata kreativitas menulis teks anekdot saat pratindakan 67% setelah diberi tindakan  (siklus I) meningkat 7% menjadi 74% dan siklus II meningkat lagi sebesar 6% menjadi 80%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model PBL dapat meningkatkan keterampilan menulis teks anekdot siswa kelas X IPS 4 MAN 2 CianjurThis paper describes an increase in the effectiveness of learning to write anecdotal texts by using Problem Based Learning (PBL) model. The research method used was Classroom Action Research with two cycles, each cycle consisted of two meetings. Data obtained from questionnaire, observation, and test. The results show that the use of PBL model was able to improve the quality of the learning process. In addition, PBL models could increase the creativity of writing anecdotal texts. This can be seen from the students’ average score of writing anecdotal text in pre-action was 67%, after an action was implemented in the first cycle it increased 7% to 74% and after the second cycle the average score of writing an anecdotal text on Grade 2 students at MAN 2 Cianjur increased 6% to 80%. Therefore, it can be concluded that the use of PBL model can improve anecdotal text writing skills of students of class X IPS 4 MAN 2 CianjurKata kunci : anekdol, Problem Based Learning


Author(s):  
Atika Dwi Evitasari

<p>Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk dapat mengembangkan higher order thinking skill dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan model Problem Based Learning pada peserta didik Sekolah Dasar. <em>Higher order thinking skills (HOTS) </em>merupakan keterampilan tingkat tinggi yang menuntut individu dapat berpikir atau bertindak secara kreatif, melakukan evaluasi dan analisis dalam memecahkan masalah. Terutama memecahan masalah yang berkaitan gejala-gejala yang muncul berkaitan dengan materi IPA. Menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi merupakan keterampilan tingkat tinggi yang harus dikuasai oleh setiap individu. Model <em>Problem Based Learning</em> (PBL) adalah model yang sangat dimungkinkan untuk dapat mengembangkan HOTS. Peserta diklat dilatih untuk dapat mendesain pembelajaran IPA berbasis model PBL<em> </em>sehingga tujuan pembelajaran terkait pengembangan HOTS bagi peserta didik tercapai<em> </em>dengan baik. Model PBL<em> </em> mempunyai tahapan pembelajaran berupa 1) orientasi peserat didik terhadap masalah; 2) mengorganisasi peserta didik untuk belajar; 3) membimbing penyelidikan individual atau kelompk; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan 5) menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Oleh karena itu model PBL dapat membantu mengembangkan <em>higher order thinking skills</em> dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.</p>


SIGMA TEKNIKA ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Zaenal Arifin

Berdasarkan penelitian ini tentang perlunya program pelatihan kewirausahaan yang tepat Untuk UKM, terutama bagi UKM yang lagi merintis ushanya, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh serta mengembangkan yang tepat  program pelatihan kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan manajemen bisnis di kalangan UKM. Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah; 1) model pengembangan ilmu dan teknologi pelatihan untuk Kewirausahaan, 2) model Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu pelatihan strategi berorientasi proses pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL). Konsep pelatihan CTL membantu pelatih / instruktur / guru untuk menghubungkan materi dengan situasi dunia nyata dan juga mendorong para peserta menggunakan pengetahuan mereka untuk diterapkan dalam situasi kehidupan nyata mereka para anggota masyarakat. Dari hasil implementasi model pelatihan, dapat disimpulkan bahwa: 1) Pelatihan memadukan model Problem Based Learning (PBL) dan pengembangan sains dan program pelatihan teknologi untuk Kewirausahaan dapat diterapkan secara efektif dalam suatu program pelatihan kewirausahaan untuk UKM pemula, 2) Program ini berhasil mensinergikan materi / teori pelatihan untuk situasi dunia nyata; 3) Program  ini juga berfungsi untuk membangun kerja sama tim. Akhirnya, model ini berhasil menunjukkan efektivitasnya dengan tingkat kehadiran di 90%, serta kerja tim terbentuk dalam membuat inovatif, asli dan layak untuk menjadi mengimplementasikan proposal bisnis


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 136
Author(s):  
Moh Syafi'i

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan pada siswa kelas IV SD 1 Ngemplak Undaan Kudus Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, serta refleksi. Jenis data yang digunakan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh berupa hasil tes dan non tes. Data hasil tes merupakan data hasil perolehan pretest, tes formatif pada tiap akhir siklus, sedangkan data hasil non tes merupakan data lembar pengamatan performansi guru, lembar pengamatan aktivitas siswa. Sumber data: guru, siswa, dan dokumentasi. Teknik pengambilan data meliputi teknik tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada data awal 47,62%, pada siklus I 66,67 % sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa 80,95 % mengalami kenaikan sebesar 12,21%.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 378-386
Author(s):  
Selly Purwita Sari ◽  
Henny Dewi Koeswanti ◽  
Sri Giarti

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis matematika melalui model Problem Based Learning pada kelas IV semester II. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Data diperoleh melalui teknik tes dan non tes. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Mulyoharjo 05 Jepara sebanyak 23 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika sebesar 73,8 % dengan kategori sangat kritis dan kritis pada siklus I, 100% siswa dengan kategori sangat kritis dan kritis pada siklus II. Meningkatnya keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika berdampak pada peningkatan hasil belajar matematika sebesar 78,2 siswa tuntas pada siklus I dan 95,6 % siswa tuntas pada siklus II. Dengan demikian telah terbukti bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan mata pelajaran matematika


Author(s):  
Issaura Sherly Pamela ◽  
Muhammad Rusdi ◽  
Asrial Asrial

Innovation is needed in learning to make meaningful learning, so the student constructs their ownknowledge from the learning experience of learning process. One of the innovations is to integrate Problem Based Learning model. Problem Based Learning involves students to be active in every problem. Eleven problems type in Problem Based Learning that have different solving steps, due to every student different metacognition character potential and can change by given treatment. This research is a pre-experimental design: the pretest-posttest control and experimental group design with embedded experimental design. The metacognition character data were analyzed qualitaively, whereas the average grade data were analyzed quantitatively. The analysis of metacognition character shows the different metacognition characters and on learning process there is improvement of student achievement from 14% to 84.4%.


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 316-321
Author(s):  
Daulat Nathanael Banjarnahor

The purpose of this study was to describe: 1) How to implement civic education and learning to develop a democratic attitude and learning participation; 2) How to design a civic education learning model based on controversial issues in the mass media to develop a democratic attitude and student learning participation; 3) Based on the public To what extent can the civic education learning model of media controversial issues develop democratic attitudes and student participation in learning? It is indeed necessary to consider adopting appropriate learning methods to improve and discover students’ understanding of the knowledge conveyed by the teacher. Learning model Problem-based learning or problem-based learning is a student-oriented or student-centered learning model. Problem-based learning models have methods to deal with real-life problems, and this learning emphasizes problem-solving investigation activities. This research is a scientific paper. When using a problem-based learning learning model, a descriptive qualitative research method with a phenomenological description type is used to describe the learning process extensively and deeply. By paying attention to and analyzing the focus of reality or field experience that occurs on the research object. The object of the study is the students of HKBP Nommensen Pematangsiantar University, and the standard of study is the students participating in the civic education seminar.


Author(s):  
Umi Supraptinah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika, (2) Sejauh mana penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika, dan (3) Seberapa besar model PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII F Semester Genap SMP Negeri 1 Masaran tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus, dengan langkah-langkah setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Model PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika jika guru menguasai dan dapat menggunakannya dengan baik sesuai langkah-langkah: orientasi siswa pada masalah, mendiagnosis masalah, melakukan penyelidikan individu atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah, serta evaluasi, (2) Penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 7,52% dari 55,64% pada akhir siklus I menjadi 63,16% pada akhir siklus II, (3) Penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar aspek pemahaman konsep, yaitu nilai rata-rata ulangan harian siswa meningkat 10,86% dari 73,76% pada akhir siklus I menjadi 84.62% pada akhir siklus II dan ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 22,58% dari 64,52% pada akhir siklus I meningkat menjadi 87,10% pada akhir siklus II.


2021 ◽  
Vol 4 (6) ◽  
pp. 502-507
Author(s):  
Lili Suryaningsih ◽  
Sandi Achmad Pratama

Pengembangan pembelajaran yang memanfaatkan model pembelajaran problem based learning. Model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir dan penyelesaian masalah. Model Pembelajaran PBL menerapkan pendekatan pemberian masalah autentik pada siswa. Pemberian masalah tersebut, siswa dapat mengumpulkan fakta, mengkonstruksi pengetahuan, menumbuh kembangkan keterampilan berpikir, melatih kemandirian, dan meningkatkan kepercayaan diri. Tahapan Problem Based Learning, yaitu (a) Mengidentifikasi masalah. (b) Mengumpulkan data. (c) Menganalisis data. (d) Memecahkan masalah berdasarkan data yang ada dan analisisnya. (e) Memilih cara untuk memecahkan masalah. (f) Merencanakan penerapan pemecahan masalah. (g) Melakukan ujicoba terhadap rancana yang ditetapkan, dan (h) Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. Sesuai dengan tujuan PBL untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk PBL yang dikemukakan para ahli dalam pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk berpikir secara kritis dan ilmiah dalam melaksanakan setiap langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah. Untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi, ilmiah langkah berpikir dengan mengumpulkan data dari hasil belajar, kemudian siswa dapat menginterpretasikan, menganalisis, dan akhirnya sampai pada kesimpulan. sehingga diharapkan siswa belajar prestasi akan meningkat. Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran yang meliputi: Buku teks, RPS, LKS serta instrumen untuk kemampuan berpikir kreatif siswa yang mengacu pada model 4-D (Define, Design, Mengembangkan, dan Deiseminasi). Berdasarkan hasil analisis deskriptif, Model Alat Pembelajaran Khusus matakuliah Filologi "Naskah Aksara" untuk Melatih Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dikategorikan “sangat baik”, ditunjuk oleh terpenuhnya enam kriteria  perangkat pembelajaran yang baik yang meliputi (a) Valid menurut validator, (b) Efektif atas kemampuan Peneliti/Dosen dalam mengelola pembelajaran, (c) Efektif bagi mahasiswa kegiatan dalam pembelajaran, (d) Positif terhadap respon siswa terhadap pembelajaran, (e) Valid, reliabel, dan peka terhadap THB, dan (f) tercapai ketuntasan belajar klasikal.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document