scholarly journals Efeitos da associação de estresse físico e uso crônico de cloridrato de fluoxetina no córtex cerebral de ratos

2021 ◽  
Vol 10 (11) ◽  
pp. e114101119509
Author(s):  
Reginaldo Moreira de Castro ◽  
Wagner Costa Rossi Junior ◽  
Wagner Corsini ◽  
Leticia da Costa Siqueira ◽  
Ítalo Augusto Silva Ferreira ◽  
...  

A exposição a fatores estressantes tem papel importante no desenvolvimento de transtornos depressivos. Os efeitos deletérios do estresse na neuroplasticidade e a apoptose podem ser acentuados pelo uso crônico de antidepressivos. Este estudo tem como objetivo avaliar e correlacionar os efeitos e as consequências do estresse físico (EF) associado ao tratamento de cloridrato de fluoxetina (CF) no volume cerebral e espessura cortical de três áreas cerebrais. Foram utilizados cérebros de 25 ratos (Rattus norvegicus) machos da linhagem Wistar. Os animais foram divididos em 5 grupos: G1 – grupo controle; G2 - CF e sem EF; G3 - EF porém sem CF; G4 – CF até o dia anterior ao procedimento cirúrgico (EF) e G5 –CF até 30 dias após o procedimento cirúrgico (EF). Os resultados obtidos mostram que os grupos G3, G4 e G5 tiveram uma redução significativa no volume cerebral. Com relação a espessura cortical na área límbica os dados mostram que os grupos G4 e G5 tiveram uma redução significativa em relação ao G1, assim como os grupos G3, G4 e G5 também apresentaram uma diferença significativa em relação ao G2. Na área sensitiva os grupos G3, G4 e G5 tiveram uma redução expressiva quando comparados ao G1; o mesmo foi observado para G4 e G5 em relação aos grupos G2 e G3. Já em relação a área motora observou-se o mesmo para os grupos G3 e G4 em relação ao G1. Estes dados nos permitem concluir que, o estresse físico associado ou não ao uso crônico de cloridrato de fluoxetina diminui o volume cortical do cérebro de ratos machos como consequência desta redução de volume tem-se uma redução significativa da densidade cortical das áreas límbica, sensitiva e motora.

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Bara Pawana Satya Nagara

ABSTRAK Latar Belakang: Kebiasaan masyarakat Indonesia menggunakan obat-obatan yang mudah didapat seperti parasetamol, dimana parasetamol dijual secara bebas akan menyebabkan penyalahgunaannya menjadi lebih besar.Penyalahgunaan ini berakibat timbulnya efek samping  seperti efek hepatotoksik yang menimbulkan kerusakan pada sel-sel hati. Pengendalian efek hepatotoksi didalam tubuh dapat dibantu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan. .Ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) memiliki kandungan antioksidan seperti flavanoid yang diyakini dapat menurunkan aktivitas SGPT dan mengurangi efek toksisitas hepar oleh parasetmol. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) terhadap penurunan aktivitas SGPT  tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol. Metode: Merupakan post-test only control group mengunakan hewan coba tikus putih jantan galur Wistar yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (-), kelompok kontrol (+), kelompok perlakuan yang mendapat terapi ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) 500 mg/Kg BB Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) dosis 500 mg/kg/BB/hari pada tikus tidak menurunkan secara bermakna aktivitas SGPT pada kelompok tikus yang diberi parasetamol dosis tinggi ( p=0,401 α=0,05) Kesimpulan: Parasetamol dosis tinggi meningkatkan secara bermakna aktivitas SGPT tikus putih (Rattus norveicus) galur Wistar. Pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) pada aktivitas SGPT tikus putih (Rattus norveicus) galur Wistar menurunkan  secara tidak bermakna. Kata kunci : Artocarpus camansi, Parasetamol, SGPT


Author(s):  
Ni Made Ridla Parwata

Overtraining syndrome is a decrease in physical capacity, emotions and immunity due to training that is too often without adequate periods of rest. Overtraining is often experienced by athletes who daily undergo heavy training with short break periods. This research aims to look at the effect of overtraining aerobic physical exercise on memory in mice. The research method was experimental in vivo with the subject of adult male rat (Rattus Norvegicus) Winstar strain aged 8-10 weeks, body weight 200-250 gr. Divided into three groups, namely the control group, aerobic group and overtraining group. The results of memory tests with water E Maze showed an increase in the duration of travel time and the number of animal errors made by the overtraining group (p = 0.003). This study concludes that overtraining aerobic physical exercise can reduce memory in rat hippocampus.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Rizqi Nur Azizah ◽  
Rachmat Kosman ◽  
Syarifah Khaerunnisa

Daun Kelor (Moringa oleifera L.) secara empiris digunakan oleh masyarakat sebagai antidiabetes. Penelitian ini  bertujuan untuk menentukan pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kelor terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus putih. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I merupakan kontrol negatif yang diberikan larutan Na.CMC 1%. Kelompok II, III dan IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun kelor, berurutan, 50, 100, dan 150 mg/Kg BB. Kelompok V merupakan kontrol positif diberikan suspensi glibenklamid®. Sebelum perlakuan tikus dipuasakan selama 18 jam kemudian diinduksi dengan aloksan 150 mg/KgBB. Pengukuran kadar glukosa dilakukan pada hari ke 1, ke 3, ke 5, ke 7 dan ke 9. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan ekstrak etanol daun kelor dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dosis 100 mg/Kg BB memberikan efek penurunan kadar glukosa yang optimal dibandingkan dengan dosis ekstrak lainnya.


2015 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Nita Novita ◽  
Hasrayati Agustina ◽  
Bethy S. Hernowo ◽  
Abdul H. Hassan

Wound examination is indispensable in forensic practice. The scientific field of wound age determination has advanced progressively during recent years.The purpose of this study was to determine the differences of fibronectin and TGF-β1 expression in both antemortem and postmortem wounds. This study was an experimental with completely randomized design.  The skin wounds (vital and postmortem) were taken from fourty Wistar rats and divided into 10 groups of rats. Immunohistochemical staining was performed to determine the differences between antemortem and postmortem wounds. The result showed that in 30 minutes after antemortem wound infliction, all of samples showed weak reactivity for fibronectin and TGF-β1 (100%).  In first hour after wound infliction, 3 samples (75%) showed weakly positive and 1 sample (25%) strongly positive for fibronectin and TGF-β1.  In 2 hour after wound infliction, 1 sample (25%) showed weakly positive and 3 sample (75%) strongly positive for fibronectin and TGF-β1.  In 3 and 4 hour after wound infliction, all of samples strongly positive for fibronectin and TGF-β1.  In postmortem wound, all of samples showed negativity for fibronectin and TGF-β1. In conclusion, fibronectin and TGF-β1 may be useful in the determination of wound vitality. Keywords: wound, fibronectin, TGF-β1, vitality


Author(s):  
Matheus Gaspar De Miranda ◽  
David Wesley Ribeiro Muniz ◽  
José Campelo De Sousa Neto ◽  
Renan Roberto Rodrigues Reis ◽  
Esmeralda Maria Lustosa Barros ◽  
...  
Keyword(s):  

DENTA ◽  
2015 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 209
Author(s):  
Bella Sagita Puspita ◽  
S Sularsih ◽  
Dian Widya Damaiyanti
Keyword(s):  

<p><strong>Latar Belakang: </strong>Berat molekul merupakan salah satu karakteristik dari kitosan yang mempengaruhi efektifitas aplikasi untuk penyembuhan luka pencabutan. Kitosan dapat menunjang proses penyembuhan luka karena dapat sebagai anti-inflamasi dan mendukung tahapan proliferasi. Angiogenesis merupakan salah satu komponen utama dalam fase proliferasi karena dapat mempertahankan fungsi berbagai jaringan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. <strong>Tujuan: </strong>Mengetahui perbedaan pengaruh antara kitosan berat molekul rendah dan tinggi terhadap jumlah pembuluh darah pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi. <strong>Bahan dan metode: </strong>Tiga puluh enam <em>Rattus Norvegicus</em> jantan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok I adalah kelompok kontrol (tanpa kitosan), kelompok II diberi kitosal gel berat molekul rendah, kelompok III diberi kitosan gel berat molekul tinggi. Dilakukan pengamatan pada hari ke-7 dan ke-14. Tikus didekaputasi dan mandibula tikus diambil kemudian dibuat sediaan histopatologi untuk melihat jumlah pembuluh darah. <strong>Hasil: </strong>Analisa statistik <em>One Way</em> ANOVA dan LSD dengan derajat kemaknaan p&lt;0,05 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kitosan berat molekul tinggi dan rendah pada pengamatan hari ke-7 dan ke-14. <strong>Simpulan: </strong>Kitosan berat molekul tinggi lebih efektif terhadap kenaikan jumlah pembuluh darah pada hari ke-7 dan penurunan jumlah pembuluh darah hari ke-14 pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document