scholarly journals Analisis Vegetasi, Estimasi Biomassa dan Stok Karbon EkosistemMangrove Pesisir Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka

Author(s):  
La Ode Abdul Fajar Hasidu ◽  
Akhmad Fadli Ibrahim ◽  
Arif Prasetya ◽  
Maharani Maharani ◽  
Asni Asni ◽  
...  

Studi analisis vegetasi, estimasi biomasa dan stok karbon ekosistem mangrove sangat penting dilakukan untuk menentukan kondisi ekosistem dan kemampuan ekosistem mangrove dalam menyerap karbon dan menyimpannya ke dalam biomassanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi vegetasi mangrove, persentase tutupan vegetasi, status biomassa permukaan (AGB), serta potensi stok karbon yang tersimpan di vegetasi mangrove di pesisir Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2019. Metode penelitian menggunakan transek kuadrat untuk menghitung kerapatan mangrove, selanjutnya dibandingkan dengan metode Hemispherichal Photography untuk mengukur persentase penutupan vegetasi mangrove berbasis pemisahan antara pixel langit dan pixel vegetasi. Data AGB dihitung berdasarkan data diameter batang mangrove (Diameter at Breast Heigh/DBH) dan persamaan allometrik dari setiap spesies. Data stok karbon dihitung dengan menggunakan konstanta karbon dari bahan organik dan data biomassa (AGB). Hasil penelitian menunjukkan, kerapatan mangrove tertinggi secara berturut-turut terdapat di stasiun 2 (5299,99 ind/ha2), stasiun 1 (3466,66 ind/ha2),  dan stasiun 3 (3066,66 ind/ha2). Persentase tutupan mangrove berbasis pixel kanopi  menunjukkan hasil yang sama dengan kerapatan mangrove, dimana persentase tutupan mangrove tertinggi terdapat di stasiun 2 (84,0716%), stasiun 1 (81,5368%), dan stasiun 3 (80,9978%). Ekosistem mangrove yang ada lokasi tersebut dalam kondisi baik dengan kerapatan  dan persentase tutupan yang cukup tinggi. Komposisi penyusun vegetasi mangrove yang ada di Kecamatan Latambaga didominasi oleh mangrove jenis Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dengan kelas pertumbuhan sapihan (DBH < 10cm)  dan tiang (DBH < 20 cm). Meskipun dalam kondisi yang baik, ekosistem mangrove di pesisir Kecamatan Latambaga mengalami ancaman alih fungsi lahan menjadi tambak. Total AGB tertinggidi stasiun 1 (226,76 ton/ha), diikuti oleh stasiun 3 (181,47 ton/ha), dan stasiun 2 (76,06 ton/ha). Stok karbon berbanding lurus dengan data AGB. Total stok karbon tertinggi juga terdapat pada stasiun 1 (106,57 ton/ha), diikuti oleh stasiun  3 (85,29 ton/ha), dan stasiun 2 (35,75 ton/ha).

2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Agus Putra A. Samad ◽  
Pitri Agustina ◽  
Mus Herri

Langsa merupakan salah satu kota pesisir Aceh yang memiliki kawasan mangrove yang  sangat  potensial.  Kota  ini  memiliki  panjang  garis  pantai  16  km dengan luas kawasan mangrove sebesar 7.837 Ha. Keberadaan mangrove di wilayah ini menjadi aset strategis untuk dikembangkan menjadi basis kegiatan ekonomi untuk memakmurkan masyarakat dan meningkatkan pendapatan  asli  daerah. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melestarikan potensi sumberdaya ekosistem mangrove yang ada di Kota Langsa agar dapat memberikan fungsi ekologis dan ekonomis secara berkesinambungan kepada masyarakat disekitarnya. Kajian ini dilakukan menggunakan metode survei, analisa laboratorium dan observasi lapangan. Hasil pengamatan terhadap komposisi jenis tumbuhan yang terdapat di ekosistem mangrove menunjukkan 8 jenis tumbuhan mangrove yaitu: jenis Avicennia lanata, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Rhizophora apiculata, Rhizophora  mucronata, Sonneratia Caseolaris dan Xylocarpus granatum. Nilai rata-rata parameter kualitas air di ekosistem mangrove secara beturut-turut adalah DO (6.3 ppm),salinitas (27 ‰), pH tanah dasar (6.0), pH tanah permukaan (5.08), pH air (7.33), suhu (30 oC) dan kecerahan (5 m).  Perhitungan terhadap nilai manfaat ekosistem mangrove meliputi: 1) Nilai manfaat langsung perikanan tangkap: Rp. 8.710.000.000 per tahun, 2) Nilai manfaat budidaya tambak: Rp. 93.940.000.000,- per tahun, 3) Nilai penahan abrasi dan banjir: Rp. 300.000.000,- per hektar per tahun, 4) Nilai sebagai penyediaan unsur hara: Rp. 28.634.000,- per tahun, 5) Nilai manfaat pilihan: Rp. 210.000.000,- per tahun dan 6) Nilai manfaat keberadaan: Rp. 1.464.493.000,- per tahun.  Nilai keberadaan ekosistem mangrove yang dinilai adalah Nilai Keaslian = 70 % (lebih dari asli), Nilai Keindahan Alam = 74 % (lebih dari indah), Nilai Kenyamanan = 66% (kondisi lebih dari nyaman),  dan Nilai Aspirasi masyarakat = 98 % (sangat didukung masyarakat). Alternatif  pengelolaan  dan  pemanfaatan  ekosistem  mangrove  yang diperkirakan cocok secara ekonomi dan ekologis terdiri dari beberapa kegiatan pilihan yaitu budidaya ikan, udang, tiram dan kepiting, budidaya ikan kerapu dan kakap, pengolahan buah dan daun mangrove, dan pengembangan obyek wisata.


Author(s):  
Kismanto Koroy ◽  
Sandra Hi. Muhammad ◽  
Nurafni Nurafni ◽  
Nurti Boy

ABSTRACTMangroves are one of the most important natural resources in coastal areas. Availability of various types of food that are on ecosystems is already making its presence as a local nursery, where searching for eating and also serve as a regional tourist ecosystem of mangrove. In use as Regional tourist mangrove need to attention the condition of the physical environment and the distribution pattern of zoning. Research is carried out in the month October to November 2019 in the village of Juanga Regency island of Morotai. Data zoning mangrove using the method of the combination is to combine the methods of plots to track transects, to determine the four stations of observation of each respective stations and each station is divided into three zones: zone front, zone of middle and zone back starting from the point of the outermost growth of types of mangrove constituent primary to the point of transition between sea and land. The research results of the study found 5 types of mangroves namely Rhizophora mucronata, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum and Sonneratia alba. The distribution of zoning patterns in the front zones of station I and the middle zone is dominated by Rhizophora mucronata and Rhizophora apiculata types, the rear zone is dominated by Ceriops decandra. Station II front zone is dominated by Sonneratia alba, middle zone (Rhizophora mucronata), rear zone (Ceriops decandra). At station III the front zone (Rhizophora apiculata), the middle zone and the rear zone (Ceriops decandra) while at station IV the front zone, the middle zone and the rear zone are dominated by the Ceriops decandra type.


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
Author(s):  
Ariesia Ayuning Gemaputri

Kawasan hutan mangrove di Jawa Timur terdapat di sepanjang pantai utara mulai Kabupaten Tuban sampai dengan Kabupaten Situbondo seluas sekitar 19.916 hektar (Perum Perhutani, 1994). Keberadaan hutan mangrove tersebut kini semakin memprihatinkan, dimana penyusutan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo mencapai 580 hektar pada tahun 2001 (Kompas, 2001), dan 229,5 hektar di Kabupaten Situbondo (Pemerintah Kabupaten Situbondo, 2005). Dengan laju penurunan hutan mangrove yang demikian cepat, maka diperkirakan hutan mangrove akan lenyap pada tahun 2010 (Ramono, 2003). Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan sampai saat ini hanya terbatas pada penanaman pohon-pohon mangrove yang rusak karena penebangan, padahal keberhasilan upaya rehabilitasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, jenis mangrove, dan tata cara penanaman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) lokasi di pantai utara Jawa Timur bagian timur menunjukkan bahwa, tanah-tanah didominasi oleh fraksi pasir (13,80-94,92 %), pH asam (8,06-8,94), tingkat salinitas tinggi (0,2302-2,4843 %), kapasitas tukar kation rendah (7,8837-27,2901 me/100g), dan kandungan bahan organik rendah (0,1851-2,4675 %). Sehingga jenis mangrove yang dapat direkomendasikan untuk ditanam di Kabupaten Probolinggo pada zona paling dekat dengan darat (belakang) adalah Ceriops decandra, dan Ceriops tagal, pada zona tengah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, dan Xylocarpus mollucensis, pada zona paling dekat dengan laut (depan) adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora stylosa.


Author(s):  
Hazri Rizaldi ◽  
Febrianti Lestari ◽  
Susiana Susiana

Research on the level of damage to mangrove ecosystems has been carried out in Estuarine Area Sei Jang. The purpose of this study was to determine the types of mangroves, the density and percentage of mangrove canopy cover, and the level of damage to mangrove ecosystems in the Sei Jang Estuary Area of Tanjung Pinang City. This research was conducted in March 2019. Determination of the research location using a purposive sampling method of 3 stations and using a 10 x 10 m transect for the density and percentage of mangrove canopy cover. The results found four types of mangroves namely Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, and Ceriops tagal with density values (1.033-1.367 individu/ha) and the percentage of mangrove canopy cover with values (61.55-78.41%). For the level of damage at Station I and III are categorized (good) and Station II is categorized (Damaged).


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18-22
Author(s):  
ABUBAKAR SIDIK KATILI ◽  
MUSTAMIN IBRAHIM ◽  
ZULIANTO ZAKARIA

Katili AS, Ibrahim M, Zakaria Z. 2017. Degradation level of mangrove forest and its reduction strategy in Tabongo Village, Boalemo District, Gorontalo Province, Indonesia. Asian J For 1: 18-22. This research aimed to assess the degradation level of mangrove forest and to develop strategy to reduce the degradation level. The overall research duration was 1 year, focusing on identification of mangrove forests degradation level, exploration of mangrove vegetation structure and preparation for mangrove degradation reduction strategy. The research was located in Tabongo Village, Dulupi Sub-district, Boalemo District, Gorontalo Province. The method used in the research was explorative survey, while the data analysis was done with quantitative descriptive analysis. The collecting method used was point quarter centered meter (PQCM) method. The degradation level of mangrove forest was analyzed by standard criteria of mangrove destruction according to Ministerial Decree of State Minister for The Environment (Kepmen. LH) No. 201 in 2004. Results showed that there are 4 species of mangrove plants in Tabongo Village, Dulupi Sub-district namely Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata Lamk., Ceriops tagal (Perr) C.B.Rob, and Bruguiera which included in the Rhizophoraceae family. Rhizophora apiculata had the highest IVI value at the stage of tree and sapling, while Rhizophora mucronata Lamk had the highest IVI value at the stage of seedling. Tabongo mangrove area was a Scrub or dwarf forest type generally. This type was classified as a typical mangrove found in low edges. The mangrove condition in the coastal area of Tabongo Village, Boalemo, was categorized as broken (TNS1 = 210). While based on Assessment of criticality level of mangrove land based on the way teristris, formula was categorized as not broken (TNS2= 330). The reduction strategy that could be implemented to recover the quality of mangrove areas include (i) the assessment of the importance of the mangrove areas with regard to their ecological and economic value, (ii) quality improvement of mangrove habitat, (iii) educational approach by making the mangrove areas as learning media and source, and (iv) empowerment of people living around the mangrove areas.


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Husnul Khatimah Ramli ◽  
Tatty Yuniarti ◽  
Noor Pitto Sari Nio Lita ◽  
Yuliati Hotmauli Sipahutar

Mangrove diketahui mempunyai komponen fitokimia yang mempunyai kemampuan bioaktif. Uji kualitatif komponen fitokimia diperlukan untuk screening awal eksplorasi komponen bioaktif tanaman. Air adalah pelarut komponen fitokimia yang relatif aman dan tidak polutif. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan komponen fitokimia yang terdapat pada buah mangrove sebelum dan sesudah diekstraksi menggunakan pelarut air. Jenis buah mangrove yang digunakan adalah Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Avicennia marina. Pembuatan ekstrak buah mangrove dilakukan dengan menggunakan pelarut akuades, dengan proses pecacahan, pembilasan dengan asam sitrat 0,5%, perendaman akuades, pengeringan, sonikasi, dan penyaringan filtrat. Hasil uji fitokimia (kualitatif) menunjukkan kandungan fitokimia yang terdapat pada ekstrak buah Rhizophora mucronata adalah saponin dan steroid, sedangkan kandungan yang terdapat pada ekstrak buah Rizophora apiculata dan Avicennia marina adalah tanin, saponin, dan steroid. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelarut akuades dan pembilasan dengan asam sitrat 0,5% dapat melarutkan komponen fitokimia tanin, saponin dan steroid dalam buah mangrove.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Marina Anggasari Putri ◽  
Febrianti Lestari ◽  
Dedy Kurniawan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerapatan seedling (semai), sapling (pancang), pohon dan tingkat regenerasi ekosistem mangrove di Perairan Sei Jang Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2019 . Penelitian ini dilakukan pada tiga stasiun yang ditentukan dengan metode purposive sampling, berdasarkan keberadaan ekosistem mangrove di Perairan Sei Jang Kota Tanjungpinang. Setiap stasiun dilakukan pengambilan data sebanyak 3 plot, dengan ukuran plot 10x10m untuk pohon, plot berukuran 5x5m untuk sapling dan 2x2 m untuk sub plot seedling. Hasil penelitian ditemukan empat jenis mangrove yaitu Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Ceriops tagal. Nilai kerapatan pada stasiun 1 untuk pohon 1.033 ind/ha, sapling 3.200 ind/ha, seedling 30.000 ind/ha, pada stasiun 2 untuk pohon 933 ind/ha, sapling 2.667 ind/ha dan seedling 22.500 ind/ha dan pada stasiun 3 untuk pohon 1.333 ind/ha, sapling 3.333 ind/ha dan seedling 38.333 ind/ha. Tingkat regenersi mangrove pada semua stasiun pengamatan tergolong baik.


Author(s):  
Triyatno Yatno Yatno ◽  
Febriandi Febriandi ◽  
Aprizon Putra ◽  
Eni Kamal

The research about the identification of mangrove physical condition and the change of mangrove area has aims are knowing of mangrove physical condition and the change of mangrove area in the coastal region southern part of Padang city. The method used in this research is the field survey and multi-temporal satellite imagery analysis in 2001 and 2018 year. Based on the field survey at the date of August 18, 2017 generally the mangrove that found in research location i.e Rhizophora Apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, and Nypa. The spatial distribution of the mangrove ecosystem is dependent on the ecological conditions of the area as reflected by the types of mangrove vegetation that grows and develops in the research location. A decrease in mangrove area that occurred between of 2001 to the 2017 years i.e in the coastal region of Bungus bay i.e 5.54 ha, where the decrease in mangrove area occurred because some mangrove plants were cut down and made the settlement land, while in the region of Sungai Pisang bay happen to increase in mangrove area i.e 36.12 ha, where the increase in mangrove area occurred because of the region obstructed by big waves of the sea (protected small the islands).


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Isviana Dwi Karyati ◽  
Acacia Zeny ◽  
Dadan Zulkifli ◽  
Hendra Irawan

Mangrove merupakan salah satu formasi hutan yang habitatnya berada di perbatasan daratan dan lautan. Secara umum mangrove berfungsi sebagai tempat berkumupulnya berbagi macam biota laut, tempat mencari makan, tempat pemijahan, dan juga sebagai tempat asuhan berbagai macam biota. Mangrove juga memiliki fungsi secara fisik, yaitu sebagai penahan gelombang tsunami, panahan amukan angin dan untuk menahan erosi. Hutan mangrove memiliki peran yang sama dengan hutan yang lainnya untuk penyerap karbon dioksida (CO2) sehingga dapat membantu dalam pencegahan perubahan iklim. Mangrove memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga serapan karbon (C) pada vegetasi mangrove di kawasan mangrove Kabupaten Belitung. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Maret sampai 15 Mei 2020, di kawasan mangrove Kecamatan Sijuk, Kecamatan Tanjung Pandan dan Kecamatan Membalong. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Purposive sampling untuk menentukan tiga stasiun pengamatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mangrove pada Kecamatan Sijuk dengan simpanan carbon 182,59 Ton C/ha dengan kerapatan 1.650,13 pohon/ha kemudian Kecamatan Membalong dengan simpanan carbon 168,62 Ton C/ha dengan kerapatan 1411,82 pohon/ha dan simpanan carbon terendah terdapat pada Kabupaten Tanjung Pandan dengan simpanan carbon 38,56 Ton C/ha dengan kerapatan 1.249,33 pohon/ha. Serapan karbon mangrove Rhizophora apiculata sebesar 217,28 g/pohon dan Rhizophora mucronata 441,8 g/pohon.


2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 115-125
Author(s):  
Maywa Widiya Pratiwi ◽  
Firman Farid Muhsoni

Kawasan hutan mangrove memiliki keanekaragaman hayati dan biota yang beragam, kawasan ini potensial dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui indeks kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, dan daya dukung pemanfaatan ekowisata mangrove di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Metode pengambilan data mangrove menggunakan transek garis dan plot (Line Transect Plot). Hasil penelitian mendapatkan jenis mangrove di lokasi penelitian adalah Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Avicennia marina, dan Aegiceras cornitulatum. Kesesuaian kawasan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata bahari kategori mangrove untuk semua stasiun pada kondisi sesuai bersyarat. Daya dukung kawasan menunjukkan hasil kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan ruang bagi pemanfaatan sebanyak 199 orang per hari, sedangkan untuk per trip sebanyak 25 orang per trip. Daya dukung pemanfaatan dengan mempertimbangkan persentase kawasan untuk konservasi sebesar 10% maka diperoleh hasil sebanyak 20 orang per hari


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document